Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2014

Mawar Terakhir Dari Bunda

Gambar
Dari kecil mawar tak pernah melihat sosok seorang ayah karena saat bundanya sedang mengandung sembilan bulan ayah dan bundanya berpisah dan ayahnya membawa anak pertamanya yaitu bernama melati dia kakak dari mawar, namun mawar sama sekali tidak mengetahui bahwa mawar punya seorang kakak, dan wajah ayahnyapun sama sekali tak tahu bagaimana. Tapi mawar bangga punya bunda yang sangat baik, punya bunda yang begitu menyayanginya, walaupun bundanya seorang pedagang kue tapi mawar tetap bangga sama bunda, bundanya itu bagaikan pahlawan buat mawar. Sekarang mawar telah duduk di bangku SMA kelas dua, dia sering di ejek oleh teman-temannya karena tak punya ayah, dan seringkali dia di ejek dengan ejekan “Anak Haram” sakit memeng hati mawar tapi, mawar tak menaruh dendam sama sekali kepada teman-temanya, seringkali mawar menanyakan tentang ayahnya kepada Bundanya, namun sering kali juga bundanya mengalihkan pembicaraannya. Sering kali terfikirkan oleh mawar tentang seorang ayah, “ayah… sebenar

Wiro Sableng #8 : Dewi Siluman Bukit Tunggul

Gambar
WIRO SABLENG Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 Karya: Bastian Tito Wiro Sableng menghentikan jalannya di tikungan itu. Matanya memandang ke muka memperhatikan beberapa buah gerobak besar ditumpangi oleh perempuan-perempuan dan anakanak. Gerobak-gerobak itu juga penuh dengan muatan berbagai macam perabotan rumah tangga. Belasan orang laki-laki kelihatan berjalan kaki dan membawa buntalan barang-barang. Jelaslah bahwa semua mereka itu tengah melakukan pindah besar-besaran. "Saudara, hendak pergi ke manakah rombonganmu ini?" bertanya Wiro sewaktu seorang anggota rombongan melangkah ke jurusannya. Orang itu memandang sebentar kepadanya dengan pandangan curiga. Demikian juga anggota rombongan yang lain. "Kami terpaksa meninggalkan kampung, pindah ke tempat lain yang jauh dari daerah ini...." "Kenapa pindah?" Seorang laki-laki tua yang mengemudikan gerobak, menghentikan gerobak itu dan menjawab pertanyaan Wiro Sableng. ... baca selengkapnya

Panggil Aku Pahlawan Penghianat

Gambar
Ribuan, bahkan jutaan manusia memenuhi Taman Pemakaman Umum (TPU) di Desa Sukamenang. Sebuah Desa yang berada di ujung Negeri Indonesia. Puluhan orang yang menggotong keranda kematian, saling silang untuk mengganti sudut pemikul keranda. Mereka berharap dapat mencatat jasa terakhir untuk kematianku, walau hanya sebatas mengangkat jenazahnya. Maklum, aku adalah aktifis yang selalu membela hak orang lain. Dari abang becak, tukang ojek, mahasiswa, buruh, TKW, pedagang kakilima hingga pekerja seks komersial alias lonthe. Kini mereka datang untuk kali terakhir; mengantarkan jasadku untuk kemudian dikubur bersama cerita semasa di dunia. Aku terbunuh dalam sebuah becak, saat aku hendak pulang. Bukan karena becak yang kutumpangi tertabrak mobil. Tetapi karena aku minum air mineral yang belakangan diketahui sudah dimasuki racun air seni seorang pengidap HIV/AIDS. Virusnya secara cepat kemudian menjalar ke sekujur tubuhku, hingga aku terkulai lemas diatas becak tak berdaya. Persis seorang laki-