Shalat Tahajjud
1. ”Memahami Keutamaan (atammah) Shalat Malam”
Shalat tahajjud adalah shalat yang paling utama setelah shalat wajib
“Sebaik-baik puasa setelah puasa ramadhan adalah puasa bulan muharram dan sebaik-baik shalat setelah shalat wajib adalah shalat lail” [Hadits Riwayat. Muslim no. 1163]
“Sholat yang paling utama sesudah sholat fardhu adalah qiyamul lail (sholat di tengah malam)" (Muttafaqun ‘alaih)
Orang yang menegakkan qiyamullail akan terpelihara dari gangguan setan, dan bangun di pagi hari dalam keadan segar dan bersih jiwanya
Suatu hari pernah diceritakan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang orang yang tidur semalam suntuk tanpa mengingat untuk sholat, maka beliau menyatakan: “Orang tersebut telah dikencingi setan di kedua telinganya” (Muttafaqun ‘alaih)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga menceritakan: “Setan mengikat pada tengkuk setiap orang diantara kalian dengan 3 ikatan (simpul) ketika kalian akan tidur. Setiap simpulnya ditiupkanlah bisikannya (kepada orang yang tidur itu): “Bagimu malam yang panjang, tidurlah dengan nyenyak.” Maka apabila (ternyata) ia bangun dan menyebut nama Allah Ta’ala (berdoa), maka terurailah (terlepas) satu simpul. Kemudian apabila ia berwudhu, terurailah satu simpul lagi. Dan kemudian apabila ia sholat, terurailah simpul yang terakhir. Maka ia berpagi hari dalam keadaan segar dan bersih jiwanya. Jika tidak (yakni tidak bangun sholat dan ibadah di malam hari), maka ia berpagi hari dalam keadaan kotor jiwanya dan malas (beramal shalih)” (Muttafaqun ‘alaih)
Mengetahui di malam hari itu ada 1/3 malam terakhir dimana Allah Subhanahu wa Ta’ala akan mengabulkan doa orang yang berdoa, memberi sesuatu bagi yang memintaa, dan mengampuni yang memohon ampun pada-Nya
Hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah bahwasannya Nabi bersabda: "Allah turun ke langit dunia setiap malam pada 1/3 malam terakhir. Allah lalu berfirman, Siapa yang berdoa kepada-Ku niscaya Aku kabulkan! Siapa yang meminta kepada-Ku niscaya Aku beri! Siapa yang meminta ampun kepada-Ku tentu Aku ampuni. Demikianlah keadaannya hingga terbit fajar" (HR. Bukhari no. 145 dan Muslim no. 758)
" Rabb (Tuhan) kami yang Maha Suci lagi Maha Tinggi turun kelangit dunia tiap malam ketika tersisa 1/3 malam terakhir seraya berkata: "Siapa berdo´a kepada-Ku pasti Aku kabulkan, siapa meminta kepada-Ku pasti Aku beri dan siapa memohon ampun kepada-Ku pasti Aku ampuni ia"(HR. Bukhari - Muslim)
"Posisi Rabb (Allah) yang paling dekat dengan hambanya adalah dipenghujung malam, jika anda mampu untuk berzdikir kepada Allah pada saat itu maka lakukanlah" (HR. At-Tirmidzi, Ibn Huzaimah dll dengan sanad shahih)
"Pintu-pintu langit dibuka pada pertengahan malam lalu penyeru-pun menyeru: "Apakah ada orang berdo´a, pasti dikabulkan do´anya. Apakah ada orang meminta, pasti diberi permintaannya. Dan apakah ada orang yang sumpek (banyak problem), pasti dihilangkan darinya. Maka tidaklah seorang muslimpun yang berdo´a saat itu melainkan pasti Allah mengabulkannya kecuali zaniah (pelacur yang belum bertaubat) dan `Asysyaar (Seorang yang mengambil harta manusia dengan cara bathil)" (Hadits shahih diriwayatkan at-Tabhrani)
“Sesungguhnya, di malam hari ada satu waktu. Tidaklah seorang muslim berdoa kepada Allah mohon kebaikan dunia dan akhirat di malam itu, kecuali Allah pasti mengabulkan permohonannya. Waktu tersebut ada pada tiap-tiap malam” (HR. Muslim No. 757)
“Rabb kalian turun setiap malam ke langit dunia tatkala lewat tengah malam, lalu Ia berfirman: “Adakah orang yang berdoa agar Aku mengabulkan doanya?” (HR Bukhari 3/25-26)
Dalam riwayat lain disebutkan, bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Barangsiapa yang memohon ampun kepada-Ku, niscaya Aku mengampuninya, siapa yang memohon (sesuatu) kepada-Ku, niscaya Aku pun akan memberinya, dan siapa yang berdoa kepada-Ku, niscaya Aku akan mengabulkannya” Hal ini terus terjadi sampai terbitnya fajar. (Tafsir Ibnu Katsir 3/54)
Dari Abdullah bin Amr bin Ash bahwasanya rasulullah bersabda: “shalat yang paling dicintai Allah adalah shalatnya nabi Daud, dan puasa yang paling dicintai oleh Allah adalah puasanya nabi Daud, beliau tidur separuh malam, bangung sepertiganya, tidur seperenamnya, dan berpuasa satu dan tidak berpuasa satu hari” (muttafaq alaih).
Menjadikan sebab masuk surga.
Rosululloh sholallohu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Wahai sekalian manusia, sebarkanlah salam, berilah makanan, sambunglah tali persaudaraan dan sholatlah ketika manusia terlelap tidur pada waktu malam niscaya engkau akan masuk surga dengan selamat” (HR. Ibnu Majah, dishohihkan oleh Al Albani)
Menaikkan derajat di surga: “Sungguh di dalam surga tedapat kamar-kamar yang bagian dalamnya terlihat dari luar dan bagian luarnya terlihat dari dalam. Kamar-kamar itu Allah sediakan bagi orang yang memberi makan, melembutkan perkataan, mengiringi puasa Romadhan (dengan puasa sunah), menebarkan salam dan mengerjakan sholat malam ketika manusia lain terlelap tidur” (HR. At Tirmidzi, dihasankan oleh Al Albani)
2. Membangkitkan 'Azzam (Keinginan Kuat) untuk Bangun Shalat Malam
"Berusaha merasakan penuh kesadaran mendalam, keinginan yang kuat serta harapan menggebu-gebu"
Kerinduan yang teramat sangat teruntuk bertaqarrub kepada Allah di keheningan malam dengan bangun malam-malam mengisinya dengan shalat dan ibadah
Kuatkan rasa cinta kita kepada Allah, apalagi dengan mengerjakan sholat malam kita akan dapat bercakap-cakap dengan Allah 'azza wa jalla lebih dekat. Betapa tiap patah kata yang kita ucapkan benar-benar munajat kepada Allah
Meyakini bahwa Allah 'azza wa jalla pasti akan memperhatikan dan menyaksikan apa saja yang terlintas dalam hati dan benak kita
Memahami, seseorang yang benar-benar ingin dicintai Allah pasti akan berusaha menyendiri (berkhalwat) dengan-Nya, merasakan lazatnya bermunajat sepenuh hati dan kekuatan. Sehingga akan menyebabkan tahan (kuatnya) beribadah sepanjang malam...
Saat untuk menatap diri pada-Nya di heningnya malam, mengadu menyampaikan segala kelu dan gelisah kita seharian meratap pada-Nya, serta menjemput ketenangan jiwa
3. Berusaha Menunaikanya Berarti Kita Telah Mentaati Perintah Allah dan Rasul-Nya dan Allah Akan mengangkat Kita ke Tempat yang Terpuji
“Dan pada sebagian malam hari, sholat tahajjudlah kamu sebagai ibadah nafilah bagimu, mudah-mudahan Rabb-mu mengangkatmu ke tempat yang terpuji” (Al-Isro’:79)
Dr. Muhammad Sulaiman Abdullah Al-Asyqor menerangkan: “At-Tahajjud adalah sholat di waktu malam sesudah bangun tidur. Adapun makna ayat “sebagai ibadah nafilah” yakni sebagai tambahan bagi ibadah-ibadah yang fardhu. Disebutkan bahwa sholat lail itu merupakan ibadah yang wajib bagi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan sebagai ibadah tathowwu’ (sunnah) bagi umat beliau” (lihat Zubdatut Tafsir, hal. 375 dan Tafsir Ibnu Katsir: 3/54-55)
Ketika Allah menyebutkan sifat-sifat orang yang bertakwa bahwa mereka: “Mereka sedikit sekali tidur di waktu malam; dan di akhir-akhir malam mereka mohon ampun (kepada Allah)” (Adzariyat : 17-18).
Allah Ta’aala berfirman tentang sifat 'ibadur-Rahman: "Dan orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Tuhan mereka (Shalat malam)" (QS. Al-Furqan: 64)
"Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya (untuk shalat malam), sedang mereka berdo´a kepada Tuhannya dengan rasa takut dan harap, dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang kami berikan kepada mereka. Seorangpun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyedapkan pandangan mata sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan" (QS. As-Sajdah: 16-17)
4. Meneladani Rasulullah, Sebaik-baik Teladan yang Kita Diperintah untuk Mengikutinya
“Hai orang yang berselimut (Muhammad), bangunlah (untuk shalat) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya), (yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit, atau lebih dari seperdua itu, Dan bacalah Al-Qur’an itu dengan perlahan-lahan” (Al-Muzzammil: 1-4)
Dari aisyah -Radhiallahu ‘Anha berkata: "Bahwasannya Rasulullah -Shallallaahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam shalat malam sampai pecah-pecah (bengkak) kedua kakinya, lalu akupun berkata kepada Beliau: "Mengapa Anda lakukan ini wahai Rasulullah, padahal telah diampuni dosa anda yang lalu dan yang akan datang?" Beliau -Shallallaahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam bersabda: "Tidakkah sepatutnya aku menjadi hamba yang bersyukur" (HR. Bukhari - Muslim)
Al-Aswad bin Yazid berkata: “Aku pernah bertanya kepada ‘Aisyah Radhiallaahu anha tentang shalat malam Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam. ‘Aisyah menjawab: “Biasanya beliau tidur di awal malam, kemudian tengah malamnya beliau bangun mengerjakan shalat malam. Bila merasa ada keperluan beliau segera menemui istri. Beliau segera bangkit begitu mendengar seruan azan. Beliau segera mandi bila dalam keadaan junub. Jika tidak, maka beliau segera berwudhu’ lalu berangkat (ke masjid untuk) shalat” (HR. Al-Bukhari)
Shalat malam rasulullah sangat mengagumkan: Abu Abdillah Hudzaifah ibnul Yaman Radhiallaahu anhu mengisahkan: "Pada suatu malam, aku pernah shalat tahajjud bersama Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam . Beliau mengawali shalat dengan membaca surat Al-Baqarah, saya berkata di dalam hati, “Mungkin setelah membaca kira-kira seratus ayat, ternyata beliau terus tidak berhenti, saya berkata lagi di dalam hati, “Mungkin, beliau selesaikan pembacaan surat Al-Baqarah. Dalam satu raka’at ternyata beliau terus memulai surat Ali Imron kemudian terus mem-bacanya saya berbicara di dalam hati: (mungkin) beliau mau ruku setelah selesai Ali-Imron, ternyata beliau terus membaca surat An Nisa sampai habis. Beliau membaca surat-surat tersebut dengan bacaan tartil.
Setiap kali membaca ayat yang menyebutkan kemahasucian Allah Ta’ala beliau selalu bertasbih (mengucapkan subhanallah). Setiap kali membaca ayat yang berisikan permohonan, beliau pasti berdoa.
Setiap kali membaca ayat yang menyebutkan permintaan berlindung diri kepada Allah Ta’ala, beliau segera mengucapkan ta’awwudz. Ketika ruku’ beliau membaca: Subhaana Rabbiyal ‘Adzhiim (“Maha Suci Rabbku Yang Maha Agung”)
Lama ruku’ beliau hampir sama dengan lama berdiri. Kemudian beliau mengucapkan: Sami’allahuliman hamidah, Rabbana lakal hamdu “Allah Maha mendengar terhadap hamba yang memuji-Nya. Ya Rabb kami, segala puji bagi-Mu.” Kemudian beliau tegak berdiri (i’tidal), hampir sama lamanya dengan ruku’. Kemudian beliau sujud dan membaca: Subhaana Rabbiyal ‘A’la ( “Maha Suci Rabbku Yang Maha Luhur.” ) Lama sujud beliau hampir sama dengan lama i’tidal.” (HR. Muslim)
5. Qiyamullail Adalah Kebiasaan Orang-Orang Shalih dan Calon penghuni Syurga
“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa itu berada dalam taman-taman surga dan di mata air-mata air, sambil mengambil apa yang diberikan oleh Rabb mereka. Sesungguhnya mereka sebelum itu (di dunia) adalah orang-orang yang berbuat kebaikan, (yakni) mereka sedikit sekali tidur di waktu malam, dan di akhir-akhir malam mereka memohon ampun (kepada Allah)” (Adz-Dzariyat: 15-18)
"Hendaklah kalian melakukan sholat malam, karena sholat malam itu adalah kebiasaan orang-orang sholih sebelum kalian, dan ibadah yang mendekatkan diri pada Tuhan kalian serta penutup kesalahan dan sebagai penghapus dosa” (HR. Tirmidzi no. 3549, Al Hakim I/380, Baihaqi II/502. Dihasankan oleh Syaikh Al Albani dalam Irwa Al Ghalil II/199/no. 452)
“Sebaik-baik lelaki adalah Abdullah (yakni Abdullah bin Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhuma, -ed) seandainya ia sholat di waktu malam” (HR Muslim No. 2478 dan 2479). Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menasihati Abdullah ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma: “Wahai Abdullah, janganlah engkau menjadi seperti fulan, ia kerjakan shalat malam, lalu ia meninggalkannya” (HR Bukhari 3/31 dan Muslim 2/185)
6. Meneladani Kesungguhan Para Salafus Shalih Dalam Menegakkan Qiyamul Lail
Disebutkan dalam sebuah riwayat, bahwa tatkala orang-orang sudah terlelap dalam tidurnya, Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu justru mulai bangun untuk shalat tahajjud, sehingga terdengar seperti suara dengungan lebah (yakni Al-Qur’an yang beliau baca dalam sholat lailnya seperti dengungan lebah, karena beliau membaca dengan suara pelan tetapi bisa terdengar oleh orang yang ada disekitarnya, ed.), sampai menjelang fajar menyingsing
Al-Imam Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah pernah ditanya: “Mengapa orang-orang yang suka bertahajjud itu wajahnya paling bercahaya dibanding yang lainnya?” Beliau menjawab: “Karena mereka suka berduaan bersama Allah Yang Maha Rahman, maka Allah menyelimuti mereka dengan cahaya-Nya"
Abu Sulaiman berkata: “Malam hari bagi orang yang setia beribadah di dalamnya, itu lebih nikmat daripada permainan mereka yang suka hidup bersantai-santai. Seandainya tanpa adanya malam, sungguh aku tidak suka tinggal di dunia ini”
Al-Imam Ibnu Al-Munkadir menyatakan : “Bagiku, kelezatan dunia ini hanya ada pada tiga perkara, yakni qiyamul lail, bersilaturrahmi dan sholat berjamaah”
7. Mengingat, Kemuliaan Seorang yang Beriman Ada Pada Shalat Malamnya
Ketika Jibril datang pada Rosululloh sholallohu ‘alaihi wa sallam lalu berkata, “Hai Muhammad, kemuliaan orang beriman adalah dengan sholat malam. Dan kegagahan orang beriman adalah sikap mandiri dari bantuan orang lain” (HR. Al Hakim, dihasankan oleh Al Albani, Silsilah Al Ahadits Ash Shahihah no. 831)
"Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyuk) dan bacaan di waktu itu lebih berkesan"(QS. Al-Muzammil: 6)
Qiyamul lail merupakan amalan utama, lebih utama daripada shalat sunnah di siang hari; karena di waktu sepi kita akan lebih ikhlas kepada Allah dan karena beratnya meninggalkan tidur, serta kelezatan bermunajat kepada Allah azza wajalla terutama pada kemuliaan 1/3 akhir malam
Maka berusaha menjadikan qiyamullail kebiasaan dan kebutuhan pokok kita
Sebagaimana betapa butuhnya kita akan kasih-sayang Allah menghamba pada-Nya, maka kita buktikan dengan senantiasa menghadap pada-Nya di 1/3 akhir malam, berkesendirian dengan-Nya
8. Meniatkan ('azzam yang kuat/affirmasi diri)
Sebelumnya Untuk Bisa Bangun Memuliakan Keheningan Malam dengan Beribadah Kepada Allah
Berusaha bersikap adil teruntuk dunia dan akhirat kita mengingat:
“Jika malam-malam kita sebelumnya telah sekian lama kita habiskan untuk tidur saja, sudah saatnya mulai malam ini kita bangun membasuh muka dengan air wudhu' dan lekas menyongsong perjumpaan denganNya”
Serta, sudah Adilkah jatah waktu kita antara dunia dan akhirat dalam keseharian kita?, maka mari kita menggenapi ketidak-adilan kita selama ini pada agama dan akhirat kita serta urusan diri kita kepada Allah dengan bersegera...
Mulai malam ini, saat Allah masih memberi kesempatan pada diri kita sebelum kesempatan itu tiada (Allah mencabut-Nya)...
Menjadikan tiap malam kita menjadi malam-malam yang berkesan, penuh dengan doa-doa kita memohon ampun kepada Allah, bercakap-cakap erat dengan-Nya dan bukanya bertabur dosa dan kemaksiatan
Buktikan kita benar-benar mengharap hidayah dan kekuatan dari Allah, sehingga hati kita akan menjadi bersih, dan diberi kemudahan menuju jalan kebaikan dan keselamatan akhirat kita.
Dan semoga kita termasuk golongan hamba-Nya yang beruntung merasakan manfaatnya bagi jiwa kita; dengan melaksanakannya akan mendatangkan pencerahan pada jiwa dan ketenangan hati kita
Mencukupkan malam-malam kita sebagai tempat berkeluh kesah hanya kepada Allah. Dengan sederas mungkin tangis kita, biarlah air mata meluap menunjukkan kelemahan dan ketidak-berdayaan diri kita.
Tatkala seorang hamba menyembunyikan amal ibadah tertutup pekatnya malam, insya Allah Allah akan menutup pula aib-aib kita dan terhindar dari segala keburukan amalan kita
9. Mengusahkan Hal-hal Yang Akan Mempermudah Kita Bangun Malam
Mengusahakan tidak terlalu banyak makan dan minum sebelumnya yang akan membuat perut terlalu kenyang dan mata mengantuk (terasa berat) untuk bangun ditengah malam
Mengusahakan untuk tidur pada siang hari meskipun sebentar, sebab dengan adanya tidur siang tersebut akan memudahkan kita untuk bangun malam
Berusaha senantiasa memuliakan masjid dan menitipkan hati kita disana dengan meramaikanya untuk ibadah dan shalat jamaah diawal waktu (teruntuk laki-laki) sehingga akan terbiasa, merasuk menjadi jati diri kita untuk senantiasa menjaga waktu-waktu ibadah kita kepada Allah secara berjamaah penuh kesadaran
Berusaha dekat dan bergaul merekatkan diri pada orang-orang shaleh, orang yang akan memberi kita nasehat (mengingatkan) akan kesalahan dan kekurangan diri kita.
"Kalian adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia; melaksanakan amar makruf nahi mungkar dan beriman kepada Allah" (QS Ali Imran [3]: 110)
Dan bukan sekedar teman dalam kesenangan saja yang biasanya malah menjerumuskan (menyesatkan)
10. Berusaha meninggalkan Maksiat, Dosa dan Perbuatan Bid'ah
Al-Imam Hasan Al-Bashri pernah menegaskan:
“Sesungguhnya orang yang telah melakukan dosa, akan terhalang dari qiyamul lail.” Ada seseorang yang bertanya: “Aku tidak dapat bangun untuk untuk qiyamul lail, maka beritahukanlah kepadaku apa yang harus kulakukan?” Beliau menjawab : “Jangan engkau bermaksiat (berbuat dosa) kepada-Nya di waktu siang, niscaya Dia akan membangunkanmu di waktu malam” (Tazkiyyatun Nufus, karya Dr Ahmad Farid)
Berusaha untuk senantiasa mengawasi diri (menghisab diri) tiap amalan kita. Bahkan dari segala yang terlintas dalam benak kita serta informasi yang layak (boleh masuk) dalam ingatan (perhatian) kita
11. Memanfaatkan Segala Sumber-Daya Yang Kita Miliki Untuk Bisa Bangun Shalat Malam
Seperti beker, alarm HP dan program-program reminter shalat (seperti mawaqit untuk hp yang sudah support java), dll serta teman, dan suami-istri untuk saling membantu serta berjamah melaksanakanya/
Selain saling membangunkan suami-istri, dan keluarga juga saling membangunkan tetangga atau teman dengan menelpon/misscal melalui HP-nya. Saling berta'awun dalam kebaikan dan taqwa.
“Allah memberi rahmat kepada seorang suami yang bangun malam lalu shalat dan (tidak lupa) membangunkan istrinya kemudian ia shalat juga. Jika istrinya enggan, dia (boleh) memerciki wajah istrinya dengan air. Allah memberi rahmat kepada seorang istri yang bangun malam kemudian mengerjakan shalat, dan ia tidak lupa membangunkan suaminya. Jika suaminya malas bangun, ia boleh memerciki wajah suaminya dengan air” (HR Abu Daud).
12. Mempersiapkan Diri Sebelumnya Dengan Tidur Diawal Waktu dan Meniatkan Untuk Bangun Shalat Malam
"Disunnahkan bagi seorang muslim tidur dalam keadaan suci, dan barangsiapa yang bermalam dalam keadaan suci maka malaikat ikut bermalam bersamanya, dan ia tidak bangung kecuali malaikat berkata: Ya Allah, ampunilah hambamu fulan, karena ia bermalam dalam keadaan suci"(HR. Ibnu Hibban)
Disunnahkan segera tidur (tidur di awal malam dan menjauhkan diri dari begadang kecuali dalam hal-hal yang baik) agar bisa bangun untuk shalat malam dengan segar, dan disunnahkan bangun ketika mendengar adzan, sebagaimana sabda rasulullah: "apabila salah seorang dari kalian tidur, setan membuat tiga ikatan di kepalanya, ia mengatakan pada setiap ikatan, malam masih panjang maka tidurlah"
Rasulullah membenci tidur sebelum shalat 'isya dan berbicara sesudah Shalat Isya. sebagaimana disebut dalam hadits riwayat Ibnu Mas'ud:
"Tidak diperkenankan bercakap-cakap di malam hari kecuali bagi orang yang sedang mengerjakan shalat atau sedang bepergian" (HR. Ahmad, As-Suyuti menandainya sebagai hadits hasan).
Ketika akan tidur memperhatikan adab-adab tidur. Seperti membaca do'a sebelum tidur, membaca ayat kursi, membaca 2 ayat terakhir dari surat Al Baqarah, membaca Surat Al Kaafirun, dll
Sunnah sebelum tidur berniat qiyamullail, jika ia tertidur dan tidak bangun, maka ditulis baginya apa yg ia niatkan, dan tidurnya merupakan sedekah dari Tuhan kepadanya. Termasuk permohonan untuk dibangunkan agar bisa menunaikan shalat malam dan menjaga niat ikhlas karena mengharap ridha Allah.
Seorang muslim seharusnya berusaha bangun malam dan tidak meninggalkannya, karena nabi sendiri melakukan qiyamul lail hingga kakinya pecah-pecah
13. Persiapan Sebelum Shalat Tahajjud
"Jika ia bangun dan berdzikir kepada Allah, maka lepaslah satu ikatan, jika berwudhu’ maka lepas satu ikatan, dan jika shalat, lepas satu ikatan, maka ia masuk waktu pagi dengan segar dan jiwanya tenang, kalau tidak, maka ia masuk waktu pagi dg jiwa yg tidak tenang dan malas" (Muttafaq alaih)
Begitu bangun tidur usap wajah dengan kedua telapak tangan kita seraya membaca doa bangun tidur atau sekurang-kurangnya mengucapkan:
Alhamdulillah..., dilanjutkan dengan membaca QS. Ali Imran ayat 190
Disunnahkan bagi orang yang mengerjakan shalat lail untuk bersiwak (menggosok gigi lebih dahulu sebelum wudu') dan membaca ayat-ayat terakhir dari surat Ali Imran mulai dari firman Allah..
Artinya: "Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumu dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal” [ Ali Imran : 190] dibaca sampai akhir surat
Disunnahkan shalat tahajjud di rumah, membangunkan keluarganya dan sekali-kali shalat mengimami mereka
Tidak shalat dalam keadaan mengantuk, jika sangat mengantuk segera tidur
14. Sunnah Memulai Shalat Lail Dengan 2 raka’at Yang Ringan (pendek).
Hal itu dilakukan hingga datangnya semangat untuk memanjangkan raka’atnya setelah 2 rakaat yang pendek tersebut
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“Apabila salah seorang diantara kalian mendirikan shalat lail hendaklah membuka shalatnya dengan shalat 2 raka’at yang ringan (surat-surat yang dibaca pendek. Pent)" [Hadits Riwayat. Muslim no. 768]
15. Sunnah Memulai Shalat Malam Dengan Do'a yang Shahih dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
“Ya Allah, Rabb Jibril, Mikail dan Israfil. Wahai Pencipta langit dan bumi. Wahai Rabb yang mengetahui yang ghaib dan nyata. Engkau yang menjatuhkan hukum (untuk memutuskan) apa yang mereka (orang-orang Nasrani dan Yahudi) pertentangkan. Tunjukkanlah aku pada kebenaran apa yang dipertentangkan dengan seizinMu. Sesungguhnya Engkau menunjukkan pada jalan yang lurus bagi orang-orang yang Engkau kehendaki” [Hadits Riwayat. Muslim no. 770, Abu Dawud no. 767, Ibnu Majah no. 1357]
16. Sunnah Memanjangkan Shalat Malam
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya: “Shalat apakah yang paling baik?” Rasulullah menjawab : “Yang panjang qunutnya (lama berdirinya)” [Hadits Riwayat. Muslim no.756]
Qunut dalam hadits ini memiliki banyak arti berdasarkan banyak riwayat. Dalam Hadyus Saari Muqaddimah dari Fathul Baari oleh Ibnu Hajar hal. 305 (Cet. Daar Abi Hayyaan) pasal Qaf Nun disebutkan tentang makna qunut antara lain do’a, berdiri, tenang, diam, ketaatan, shalat, kekhusu’an, ibadah, dan memperpanjang berdiri. Pent.
Juga sunnah memperpanjang sujud dan memanjangkan berdiri membaca al-Qur’an (membaca surat pabjang yang kita kuasai). Sesekali membaca dengan keras dan sekali-kali pelan
17. Sunnah Berta'wudz (Memohon Perlindungan Allah)
Ketika Membaca Ayat tentang 'Adzab dengan ucapan:
“Aku berlindung kepada Allah dari Adzab Allah”
Dan Memohon Rahmat Allah Ketika Membaca Ayat tentang Permohonan dengan ucapan
“Ya Allah aku meminta kepadaMu dari karuniaMu”
Dan Bertasbih Ketika Membaca Ayat-Ayat yang Mengandung Pujian tentang Ke-Maha-Sucian Allah
Hal diatas berdasar hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca (ayat) dengan tartil apabila beliau melewati satu ayat tasbih maka beliaupun membaca tasbih. Apabila melewati ayat permohonan (tentang rahmat,-ed) maka beliaupun memohon. Dan apabila melewati ayat memohon perlindungan, maka beliaupun memohon perlindungan (bertaawudz)…” [Hadits Riwayat. Muslim no. 772]
18. Disunnahkan (Orang yang Mengerjakan Shalat Malam) Berdoa Dengan Do'a Shahih yang Diajarkan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
“Ya Allah, bagiMu segala puji, Engkaulah Penegak langit dan bumi dan segala isinya. BagiMu segala puji, milikMu kerajaan langit dan bumi serta segala isinya. bagiMu segala puji (Engkau) Pemberi cahaya langit dan bumi (serta segala isinya). bagiMu segala puji, Engkau penguasa langit dan bumi. bagiMu segala puji Engkau lah Yang Maha benar, janji-Mu itu benar adanya dan pertemuan dengan-Mu itu benar adanya. FirmanMu itu benar, surga itu benar, neraka itu benar, para nabi itu benar, Nabi Muhammad itu benar (utusanMu), kiamat itu benar adanya. Ya Allah, kepadaMu aku bertawakal, kepadaMu aku kembali, kepadaMu aku mengadu dan kepadaMu aku berhukum. Ampunilah dosaku di masa lalu, masa yang akan datang, yang tersebunyi serta yang nampak (Karena Engkau adalah Maha Mengetahui itu daripada aku). Engkau lah Yang terdahulu dan Yang terakhir (Engkau Tuhanku) dan tidak ada Tuhan kecuali Engkau atau tidak ada Tuhan (bagiku) kecuali Engkau” [Hadits Riwayat. Bukhari no. 1120, 6317, 7385 dan Muslim no. 2717]
Dan juga memanjatkan do'a yang menjadi hajat dan keinginan kita kepada Allah serta juga berusaha memperbanyak membaca wirid (dzikir) serta jika masih ada waktu bisa mengerjakan shalat suhnah yang lain (sebelum ditutup dengan shalat witir)
(No. 17 - 21 ana kutip dari: http://wahdahsamarinda.wordpress.com/2008/03/18/sholat-sunnah-malam
Sumber asalnya dari: kitab Aktsaru Min Alfi Sunnatin Fil Yaum Wal Lailah, edisi Indonesia Lebih Dari 1000 Amalan Sunnah Dalam Sehari Semalam, Penulis Khalid Al-Husainan, Penerjemah Zaki Rachmawan]
19. Akhiri dengan salat witir
Dari Aisyah Ummul Mukminin Radhiyallahu ‘anha, dia bercerita...
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa mengerjakan shalat 11 raka’at pada waktu antara selesai shalat Isya –yaitu, suatu waktu yang oleh orang-orang disebut sebagai atamah- sampai Shubuh sebanyak 11 rakaat, dengan salam setiap dua raka’at dan mengerjakan shalat witir satu raka’at. Dan jika mu’adzin telah berhenti dari mengumandangkan adzan shalat Shubuh dan sudah tampak jelas pula fajar olehnya dan beliau juga sudah didatangi oleh muadzin, maka beliau segera berdiri dan mengerjakan 2 rakaat ringan, dan kemudian berbaring di atas lambung kanannya sehingga datang muadzin kepada beliau untuk mengumandangkan iqamah”
(Hadits shahih. Diriwayatkan oleh Muslim, di dalam kitab Shalaatul Musaafirin wa Qashruha, bab Shalaatul Lail wa Adadu Raka’aatin Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam fil Lail wa Annal Witr Rak’atan wa Anna Rak’ah Shalaatun Shahiihah, (hadits no. 736. Dan asal hadits berada pada Al-Bukhari. Lihat Jaami’ul Ushuul (VI/91-96).
Dari Abu Bashrah Al-Ghifari, dia bercerita, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda...
“Sesungguhnya Allah telah menambah untuk kalian satu shalat, yaitu witir. Oleh karena itu, kerjakanlah ia di antara shalat Isya sampai shalat Shubuh”
(Hadits shahih. Diriwayatkan oleh Ahmad di dalam kitab, Al-Musnad (VI/7 dan 397). Dan dinilai shahih oleh Al-Albani di dalam kitab, Silsilah Ash-Shahihah (hadits no. 108)
Jadi, kedua hadits di atas secara jelas menujukkan bahwa shalat malam dan witir itu waktunya dimulai dari setelah shalat Isya (yang oleh orang-orang disebut dengan atamah) sampai waktu Shubuh
Dan pernyataan yang menyebutkan bahwa akhir waktunya adalah Shubuh, diperkuat oleh apa yang ditegaskan dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
“Dan jika salah seorang di antara kalian khawatir (akan) masuk waktu Shubuh, maka hendaklah dia mengerjakan shalat satu raka’at shalat witir sebagai penutup bagi shalat yang telah dikerjakannya” (Takhrij hadits ini akan diberikan selanjutnya pada pembahasan berikutnya)
Ibnu Nashr mengatakan:
”Yang menjadi kesepakatan para ulama adalah bahwa antara shalat Isya sampai terbit fajar merupakan waktu shalat witir. Dan mereka berbeda pendapat mengenai waktu setelah itu sampai shalat Shubuh dikerjakan. Dan telah diriwayatkan dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa beliau memerintahkan untuk mengerjakan shalat witir sebelum terbit fajar” (Mukhtashar Qiyaamil Lail, hal. 119)
Maka bisa saya katakan,
"Yang terbaik bagi orang yang khawatir tidak bisa bangun, di akhir malam untuk mengerjakan shalat di awal waktu. Sedangkan bagi siapa yang yakin akan bangun, maka yang terbaik baginya adalah mengakhirkan pelaksanaan shalat witir sampai akhir malam"
Hal ini didasarkan pada apa yang ditegaskan dari Jabi Radhiyallahu ‘anhu, di mana dia bercerita. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda.
“Barangsiapa khawatir tidak bangun di akhir malam, maka hendaklah dia mengerjakan shalat witir di awal waktunya. Dan barangsiapa yang serius hendak bangun di akhir malam, maka hendaklah dia mengerjakan shalat witir di akhir malam, karena sesungguhnya shalat di akhir malam itu disaksikan (oleh para Malaikat). Dan demikian itu lebih baik”
(Hadits shahih. Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab Shalaatul Musaafiriin wa Qasruha, bab Man Khaafa an laa Yaquuma Aakhiral Lail fal Yuutir Awwaluhu, (hadits no. 755)
Tentang bab shalat witir ini dinukil dari kitab Bughyatul Mutathawwi Fii Shalaatit Tathawwu, Edisi Indonesia Meneladani Shalat-Shalat Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Penulis Muhammad bin Umar bin Salim Bazmul, Penerbit Pustaka Imam Asy-Syafi’i]. Sumber ana daptkan dari: http://www.almanhaj.or.id/content/2361/slash/0
Beberapa Kesimpulan Penutup
Hukum sholat malam adalah sunah muakkad
Waktunya adalah setelah sholat ‘isya sampai dengan sebelum waktu sholat shubuh
Akan tetapi, waktu yang paling utama adalah 1/3 malam terakhir dan boleh dikerjakan sesudah tidur ataupun sebelumnya
Jumlah rakaatnya paling sedikit adalah 1 rakaat
Berdasarkan sabda Rosululloh sholallohu ‘alaihi wa sallam,
“Shalat malam adalah 2 rakaat (salam) 2 rokaat (salam), apabila salah seorang di antara kamu khawatir akan datangnya waktu shubuh maka hendaklah dia sholat 1 rokaat sebagai witir baginya” (HR. Bukhori dan Muslim)
Dan jumlah rakaat paling banyak adalah 11 rakaat
Berdasarkan perkataan ‘Aisyah radhiyallohu ‘anha, “Tidaklah Rosululloh sholallohu ‘alaihi wa sallam:
“Sholat malam di bulan ramadhon atau pun bulan yang lainnya lebih dari 11 rokaat” (HR. Bukhori dan Muslim), walaupun mayoritas ulama menyatakan tidak ada batasan dalam jumlah rakaatnya
===================================================================
Demikianlah beberapa keutamaan, kemuliaan dan keindahan qiyamul lail
Sungguh kita akan merasakan keindahannya bila hati kita telah diberi taufik oleh Allah ta’ala dan tidak akan merasakan keindahannya bagi siapa pun yang dijauhkan dari taufik Allah subhanahu wata'ala
Semoga kita semua bisa senantiasa berusaha menjadi hamba-Nya yang beruntung tersebut; "diberi keutamaan menegakkan qiyamullail dengan beristiqamah"
Dan mari kita berazzam (mengi'tiqadkan diri dengan kuat) untuk berusaha senantiasa menghidupkan malam-malam kita bersama kemuliaan yang dianugerahi-Nya
Wallahu waliyyut taufiq
Wallahu’alam bisshowab...
Shalat tahajjud adalah shalat yang paling utama setelah shalat wajib
“Sebaik-baik puasa setelah puasa ramadhan adalah puasa bulan muharram dan sebaik-baik shalat setelah shalat wajib adalah shalat lail” [Hadits Riwayat. Muslim no. 1163]
“Sholat yang paling utama sesudah sholat fardhu adalah qiyamul lail (sholat di tengah malam)" (Muttafaqun ‘alaih)
Orang yang menegakkan qiyamullail akan terpelihara dari gangguan setan, dan bangun di pagi hari dalam keadan segar dan bersih jiwanya
Suatu hari pernah diceritakan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang orang yang tidur semalam suntuk tanpa mengingat untuk sholat, maka beliau menyatakan: “Orang tersebut telah dikencingi setan di kedua telinganya” (Muttafaqun ‘alaih)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga menceritakan: “Setan mengikat pada tengkuk setiap orang diantara kalian dengan 3 ikatan (simpul) ketika kalian akan tidur. Setiap simpulnya ditiupkanlah bisikannya (kepada orang yang tidur itu): “Bagimu malam yang panjang, tidurlah dengan nyenyak.” Maka apabila (ternyata) ia bangun dan menyebut nama Allah Ta’ala (berdoa), maka terurailah (terlepas) satu simpul. Kemudian apabila ia berwudhu, terurailah satu simpul lagi. Dan kemudian apabila ia sholat, terurailah simpul yang terakhir. Maka ia berpagi hari dalam keadaan segar dan bersih jiwanya. Jika tidak (yakni tidak bangun sholat dan ibadah di malam hari), maka ia berpagi hari dalam keadaan kotor jiwanya dan malas (beramal shalih)” (Muttafaqun ‘alaih)
Mengetahui di malam hari itu ada 1/3 malam terakhir dimana Allah Subhanahu wa Ta’ala akan mengabulkan doa orang yang berdoa, memberi sesuatu bagi yang memintaa, dan mengampuni yang memohon ampun pada-Nya
Hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah bahwasannya Nabi bersabda: "Allah turun ke langit dunia setiap malam pada 1/3 malam terakhir. Allah lalu berfirman, Siapa yang berdoa kepada-Ku niscaya Aku kabulkan! Siapa yang meminta kepada-Ku niscaya Aku beri! Siapa yang meminta ampun kepada-Ku tentu Aku ampuni. Demikianlah keadaannya hingga terbit fajar" (HR. Bukhari no. 145 dan Muslim no. 758)
" Rabb (Tuhan) kami yang Maha Suci lagi Maha Tinggi turun kelangit dunia tiap malam ketika tersisa 1/3 malam terakhir seraya berkata: "Siapa berdo´a kepada-Ku pasti Aku kabulkan, siapa meminta kepada-Ku pasti Aku beri dan siapa memohon ampun kepada-Ku pasti Aku ampuni ia"(HR. Bukhari - Muslim)
"Posisi Rabb (Allah) yang paling dekat dengan hambanya adalah dipenghujung malam, jika anda mampu untuk berzdikir kepada Allah pada saat itu maka lakukanlah" (HR. At-Tirmidzi, Ibn Huzaimah dll dengan sanad shahih)
"Pintu-pintu langit dibuka pada pertengahan malam lalu penyeru-pun menyeru: "Apakah ada orang berdo´a, pasti dikabulkan do´anya. Apakah ada orang meminta, pasti diberi permintaannya. Dan apakah ada orang yang sumpek (banyak problem), pasti dihilangkan darinya. Maka tidaklah seorang muslimpun yang berdo´a saat itu melainkan pasti Allah mengabulkannya kecuali zaniah (pelacur yang belum bertaubat) dan `Asysyaar (Seorang yang mengambil harta manusia dengan cara bathil)" (Hadits shahih diriwayatkan at-Tabhrani)
“Sesungguhnya, di malam hari ada satu waktu. Tidaklah seorang muslim berdoa kepada Allah mohon kebaikan dunia dan akhirat di malam itu, kecuali Allah pasti mengabulkan permohonannya. Waktu tersebut ada pada tiap-tiap malam” (HR. Muslim No. 757)
“Rabb kalian turun setiap malam ke langit dunia tatkala lewat tengah malam, lalu Ia berfirman: “Adakah orang yang berdoa agar Aku mengabulkan doanya?” (HR Bukhari 3/25-26)
Dalam riwayat lain disebutkan, bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Barangsiapa yang memohon ampun kepada-Ku, niscaya Aku mengampuninya, siapa yang memohon (sesuatu) kepada-Ku, niscaya Aku pun akan memberinya, dan siapa yang berdoa kepada-Ku, niscaya Aku akan mengabulkannya” Hal ini terus terjadi sampai terbitnya fajar. (Tafsir Ibnu Katsir 3/54)
Dari Abdullah bin Amr bin Ash bahwasanya rasulullah bersabda: “shalat yang paling dicintai Allah adalah shalatnya nabi Daud, dan puasa yang paling dicintai oleh Allah adalah puasanya nabi Daud, beliau tidur separuh malam, bangung sepertiganya, tidur seperenamnya, dan berpuasa satu dan tidak berpuasa satu hari” (muttafaq alaih).
Menjadikan sebab masuk surga.
Rosululloh sholallohu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Wahai sekalian manusia, sebarkanlah salam, berilah makanan, sambunglah tali persaudaraan dan sholatlah ketika manusia terlelap tidur pada waktu malam niscaya engkau akan masuk surga dengan selamat” (HR. Ibnu Majah, dishohihkan oleh Al Albani)
Menaikkan derajat di surga: “Sungguh di dalam surga tedapat kamar-kamar yang bagian dalamnya terlihat dari luar dan bagian luarnya terlihat dari dalam. Kamar-kamar itu Allah sediakan bagi orang yang memberi makan, melembutkan perkataan, mengiringi puasa Romadhan (dengan puasa sunah), menebarkan salam dan mengerjakan sholat malam ketika manusia lain terlelap tidur” (HR. At Tirmidzi, dihasankan oleh Al Albani)
2. Membangkitkan 'Azzam (Keinginan Kuat) untuk Bangun Shalat Malam
"Berusaha merasakan penuh kesadaran mendalam, keinginan yang kuat serta harapan menggebu-gebu"
Kerinduan yang teramat sangat teruntuk bertaqarrub kepada Allah di keheningan malam dengan bangun malam-malam mengisinya dengan shalat dan ibadah
Kuatkan rasa cinta kita kepada Allah, apalagi dengan mengerjakan sholat malam kita akan dapat bercakap-cakap dengan Allah 'azza wa jalla lebih dekat. Betapa tiap patah kata yang kita ucapkan benar-benar munajat kepada Allah
Meyakini bahwa Allah 'azza wa jalla pasti akan memperhatikan dan menyaksikan apa saja yang terlintas dalam hati dan benak kita
Memahami, seseorang yang benar-benar ingin dicintai Allah pasti akan berusaha menyendiri (berkhalwat) dengan-Nya, merasakan lazatnya bermunajat sepenuh hati dan kekuatan. Sehingga akan menyebabkan tahan (kuatnya) beribadah sepanjang malam...
Saat untuk menatap diri pada-Nya di heningnya malam, mengadu menyampaikan segala kelu dan gelisah kita seharian meratap pada-Nya, serta menjemput ketenangan jiwa
3. Berusaha Menunaikanya Berarti Kita Telah Mentaati Perintah Allah dan Rasul-Nya dan Allah Akan mengangkat Kita ke Tempat yang Terpuji
“Dan pada sebagian malam hari, sholat tahajjudlah kamu sebagai ibadah nafilah bagimu, mudah-mudahan Rabb-mu mengangkatmu ke tempat yang terpuji” (Al-Isro’:79)
Dr. Muhammad Sulaiman Abdullah Al-Asyqor menerangkan: “At-Tahajjud adalah sholat di waktu malam sesudah bangun tidur. Adapun makna ayat “sebagai ibadah nafilah” yakni sebagai tambahan bagi ibadah-ibadah yang fardhu. Disebutkan bahwa sholat lail itu merupakan ibadah yang wajib bagi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan sebagai ibadah tathowwu’ (sunnah) bagi umat beliau” (lihat Zubdatut Tafsir, hal. 375 dan Tafsir Ibnu Katsir: 3/54-55)
Ketika Allah menyebutkan sifat-sifat orang yang bertakwa bahwa mereka: “Mereka sedikit sekali tidur di waktu malam; dan di akhir-akhir malam mereka mohon ampun (kepada Allah)” (Adzariyat : 17-18).
Allah Ta’aala berfirman tentang sifat 'ibadur-Rahman: "Dan orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Tuhan mereka (Shalat malam)" (QS. Al-Furqan: 64)
"Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya (untuk shalat malam), sedang mereka berdo´a kepada Tuhannya dengan rasa takut dan harap, dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang kami berikan kepada mereka. Seorangpun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyedapkan pandangan mata sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan" (QS. As-Sajdah: 16-17)
4. Meneladani Rasulullah, Sebaik-baik Teladan yang Kita Diperintah untuk Mengikutinya
“Hai orang yang berselimut (Muhammad), bangunlah (untuk shalat) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya), (yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit, atau lebih dari seperdua itu, Dan bacalah Al-Qur’an itu dengan perlahan-lahan” (Al-Muzzammil: 1-4)
Dari aisyah -Radhiallahu ‘Anha berkata: "Bahwasannya Rasulullah -Shallallaahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam shalat malam sampai pecah-pecah (bengkak) kedua kakinya, lalu akupun berkata kepada Beliau: "Mengapa Anda lakukan ini wahai Rasulullah, padahal telah diampuni dosa anda yang lalu dan yang akan datang?" Beliau -Shallallaahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam bersabda: "Tidakkah sepatutnya aku menjadi hamba yang bersyukur" (HR. Bukhari - Muslim)
Al-Aswad bin Yazid berkata: “Aku pernah bertanya kepada ‘Aisyah Radhiallaahu anha tentang shalat malam Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam. ‘Aisyah menjawab: “Biasanya beliau tidur di awal malam, kemudian tengah malamnya beliau bangun mengerjakan shalat malam. Bila merasa ada keperluan beliau segera menemui istri. Beliau segera bangkit begitu mendengar seruan azan. Beliau segera mandi bila dalam keadaan junub. Jika tidak, maka beliau segera berwudhu’ lalu berangkat (ke masjid untuk) shalat” (HR. Al-Bukhari)
Shalat malam rasulullah sangat mengagumkan: Abu Abdillah Hudzaifah ibnul Yaman Radhiallaahu anhu mengisahkan: "Pada suatu malam, aku pernah shalat tahajjud bersama Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam . Beliau mengawali shalat dengan membaca surat Al-Baqarah, saya berkata di dalam hati, “Mungkin setelah membaca kira-kira seratus ayat, ternyata beliau terus tidak berhenti, saya berkata lagi di dalam hati, “Mungkin, beliau selesaikan pembacaan surat Al-Baqarah. Dalam satu raka’at ternyata beliau terus memulai surat Ali Imron kemudian terus mem-bacanya saya berbicara di dalam hati: (mungkin) beliau mau ruku setelah selesai Ali-Imron, ternyata beliau terus membaca surat An Nisa sampai habis. Beliau membaca surat-surat tersebut dengan bacaan tartil.
Setiap kali membaca ayat yang menyebutkan kemahasucian Allah Ta’ala beliau selalu bertasbih (mengucapkan subhanallah). Setiap kali membaca ayat yang berisikan permohonan, beliau pasti berdoa.
Setiap kali membaca ayat yang menyebutkan permintaan berlindung diri kepada Allah Ta’ala, beliau segera mengucapkan ta’awwudz. Ketika ruku’ beliau membaca: Subhaana Rabbiyal ‘Adzhiim (“Maha Suci Rabbku Yang Maha Agung”)
Lama ruku’ beliau hampir sama dengan lama berdiri. Kemudian beliau mengucapkan: Sami’allahuliman hamidah, Rabbana lakal hamdu “Allah Maha mendengar terhadap hamba yang memuji-Nya. Ya Rabb kami, segala puji bagi-Mu.” Kemudian beliau tegak berdiri (i’tidal), hampir sama lamanya dengan ruku’. Kemudian beliau sujud dan membaca: Subhaana Rabbiyal ‘A’la ( “Maha Suci Rabbku Yang Maha Luhur.” ) Lama sujud beliau hampir sama dengan lama i’tidal.” (HR. Muslim)
5. Qiyamullail Adalah Kebiasaan Orang-Orang Shalih dan Calon penghuni Syurga
“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa itu berada dalam taman-taman surga dan di mata air-mata air, sambil mengambil apa yang diberikan oleh Rabb mereka. Sesungguhnya mereka sebelum itu (di dunia) adalah orang-orang yang berbuat kebaikan, (yakni) mereka sedikit sekali tidur di waktu malam, dan di akhir-akhir malam mereka memohon ampun (kepada Allah)” (Adz-Dzariyat: 15-18)
"Hendaklah kalian melakukan sholat malam, karena sholat malam itu adalah kebiasaan orang-orang sholih sebelum kalian, dan ibadah yang mendekatkan diri pada Tuhan kalian serta penutup kesalahan dan sebagai penghapus dosa” (HR. Tirmidzi no. 3549, Al Hakim I/380, Baihaqi II/502. Dihasankan oleh Syaikh Al Albani dalam Irwa Al Ghalil II/199/no. 452)
“Sebaik-baik lelaki adalah Abdullah (yakni Abdullah bin Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhuma, -ed) seandainya ia sholat di waktu malam” (HR Muslim No. 2478 dan 2479). Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menasihati Abdullah ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma: “Wahai Abdullah, janganlah engkau menjadi seperti fulan, ia kerjakan shalat malam, lalu ia meninggalkannya” (HR Bukhari 3/31 dan Muslim 2/185)
6. Meneladani Kesungguhan Para Salafus Shalih Dalam Menegakkan Qiyamul Lail
Disebutkan dalam sebuah riwayat, bahwa tatkala orang-orang sudah terlelap dalam tidurnya, Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu justru mulai bangun untuk shalat tahajjud, sehingga terdengar seperti suara dengungan lebah (yakni Al-Qur’an yang beliau baca dalam sholat lailnya seperti dengungan lebah, karena beliau membaca dengan suara pelan tetapi bisa terdengar oleh orang yang ada disekitarnya, ed.), sampai menjelang fajar menyingsing
Al-Imam Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah pernah ditanya: “Mengapa orang-orang yang suka bertahajjud itu wajahnya paling bercahaya dibanding yang lainnya?” Beliau menjawab: “Karena mereka suka berduaan bersama Allah Yang Maha Rahman, maka Allah menyelimuti mereka dengan cahaya-Nya"
Abu Sulaiman berkata: “Malam hari bagi orang yang setia beribadah di dalamnya, itu lebih nikmat daripada permainan mereka yang suka hidup bersantai-santai. Seandainya tanpa adanya malam, sungguh aku tidak suka tinggal di dunia ini”
Al-Imam Ibnu Al-Munkadir menyatakan : “Bagiku, kelezatan dunia ini hanya ada pada tiga perkara, yakni qiyamul lail, bersilaturrahmi dan sholat berjamaah”
7. Mengingat, Kemuliaan Seorang yang Beriman Ada Pada Shalat Malamnya
Ketika Jibril datang pada Rosululloh sholallohu ‘alaihi wa sallam lalu berkata, “Hai Muhammad, kemuliaan orang beriman adalah dengan sholat malam. Dan kegagahan orang beriman adalah sikap mandiri dari bantuan orang lain” (HR. Al Hakim, dihasankan oleh Al Albani, Silsilah Al Ahadits Ash Shahihah no. 831)
"Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyuk) dan bacaan di waktu itu lebih berkesan"(QS. Al-Muzammil: 6)
Qiyamul lail merupakan amalan utama, lebih utama daripada shalat sunnah di siang hari; karena di waktu sepi kita akan lebih ikhlas kepada Allah dan karena beratnya meninggalkan tidur, serta kelezatan bermunajat kepada Allah azza wajalla terutama pada kemuliaan 1/3 akhir malam
Maka berusaha menjadikan qiyamullail kebiasaan dan kebutuhan pokok kita
Sebagaimana betapa butuhnya kita akan kasih-sayang Allah menghamba pada-Nya, maka kita buktikan dengan senantiasa menghadap pada-Nya di 1/3 akhir malam, berkesendirian dengan-Nya
8. Meniatkan ('azzam yang kuat/affirmasi diri)
Sebelumnya Untuk Bisa Bangun Memuliakan Keheningan Malam dengan Beribadah Kepada Allah
Berusaha bersikap adil teruntuk dunia dan akhirat kita mengingat:
“Jika malam-malam kita sebelumnya telah sekian lama kita habiskan untuk tidur saja, sudah saatnya mulai malam ini kita bangun membasuh muka dengan air wudhu' dan lekas menyongsong perjumpaan denganNya”
Serta, sudah Adilkah jatah waktu kita antara dunia dan akhirat dalam keseharian kita?, maka mari kita menggenapi ketidak-adilan kita selama ini pada agama dan akhirat kita serta urusan diri kita kepada Allah dengan bersegera...
Mulai malam ini, saat Allah masih memberi kesempatan pada diri kita sebelum kesempatan itu tiada (Allah mencabut-Nya)...
Menjadikan tiap malam kita menjadi malam-malam yang berkesan, penuh dengan doa-doa kita memohon ampun kepada Allah, bercakap-cakap erat dengan-Nya dan bukanya bertabur dosa dan kemaksiatan
Buktikan kita benar-benar mengharap hidayah dan kekuatan dari Allah, sehingga hati kita akan menjadi bersih, dan diberi kemudahan menuju jalan kebaikan dan keselamatan akhirat kita.
Dan semoga kita termasuk golongan hamba-Nya yang beruntung merasakan manfaatnya bagi jiwa kita; dengan melaksanakannya akan mendatangkan pencerahan pada jiwa dan ketenangan hati kita
Mencukupkan malam-malam kita sebagai tempat berkeluh kesah hanya kepada Allah. Dengan sederas mungkin tangis kita, biarlah air mata meluap menunjukkan kelemahan dan ketidak-berdayaan diri kita.
Tatkala seorang hamba menyembunyikan amal ibadah tertutup pekatnya malam, insya Allah Allah akan menutup pula aib-aib kita dan terhindar dari segala keburukan amalan kita
9. Mengusahkan Hal-hal Yang Akan Mempermudah Kita Bangun Malam
Mengusahakan tidak terlalu banyak makan dan minum sebelumnya yang akan membuat perut terlalu kenyang dan mata mengantuk (terasa berat) untuk bangun ditengah malam
Mengusahakan untuk tidur pada siang hari meskipun sebentar, sebab dengan adanya tidur siang tersebut akan memudahkan kita untuk bangun malam
Berusaha senantiasa memuliakan masjid dan menitipkan hati kita disana dengan meramaikanya untuk ibadah dan shalat jamaah diawal waktu (teruntuk laki-laki) sehingga akan terbiasa, merasuk menjadi jati diri kita untuk senantiasa menjaga waktu-waktu ibadah kita kepada Allah secara berjamaah penuh kesadaran
Berusaha dekat dan bergaul merekatkan diri pada orang-orang shaleh, orang yang akan memberi kita nasehat (mengingatkan) akan kesalahan dan kekurangan diri kita.
"Kalian adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia; melaksanakan amar makruf nahi mungkar dan beriman kepada Allah" (QS Ali Imran [3]: 110)
Dan bukan sekedar teman dalam kesenangan saja yang biasanya malah menjerumuskan (menyesatkan)
10. Berusaha meninggalkan Maksiat, Dosa dan Perbuatan Bid'ah
Al-Imam Hasan Al-Bashri pernah menegaskan:
“Sesungguhnya orang yang telah melakukan dosa, akan terhalang dari qiyamul lail.” Ada seseorang yang bertanya: “Aku tidak dapat bangun untuk untuk qiyamul lail, maka beritahukanlah kepadaku apa yang harus kulakukan?” Beliau menjawab : “Jangan engkau bermaksiat (berbuat dosa) kepada-Nya di waktu siang, niscaya Dia akan membangunkanmu di waktu malam” (Tazkiyyatun Nufus, karya Dr Ahmad Farid)
Berusaha untuk senantiasa mengawasi diri (menghisab diri) tiap amalan kita. Bahkan dari segala yang terlintas dalam benak kita serta informasi yang layak (boleh masuk) dalam ingatan (perhatian) kita
11. Memanfaatkan Segala Sumber-Daya Yang Kita Miliki Untuk Bisa Bangun Shalat Malam
Seperti beker, alarm HP dan program-program reminter shalat (seperti mawaqit untuk hp yang sudah support java), dll serta teman, dan suami-istri untuk saling membantu serta berjamah melaksanakanya/
Selain saling membangunkan suami-istri, dan keluarga juga saling membangunkan tetangga atau teman dengan menelpon/misscal melalui HP-nya. Saling berta'awun dalam kebaikan dan taqwa.
“Allah memberi rahmat kepada seorang suami yang bangun malam lalu shalat dan (tidak lupa) membangunkan istrinya kemudian ia shalat juga. Jika istrinya enggan, dia (boleh) memerciki wajah istrinya dengan air. Allah memberi rahmat kepada seorang istri yang bangun malam kemudian mengerjakan shalat, dan ia tidak lupa membangunkan suaminya. Jika suaminya malas bangun, ia boleh memerciki wajah suaminya dengan air” (HR Abu Daud).
12. Mempersiapkan Diri Sebelumnya Dengan Tidur Diawal Waktu dan Meniatkan Untuk Bangun Shalat Malam
"Disunnahkan bagi seorang muslim tidur dalam keadaan suci, dan barangsiapa yang bermalam dalam keadaan suci maka malaikat ikut bermalam bersamanya, dan ia tidak bangung kecuali malaikat berkata: Ya Allah, ampunilah hambamu fulan, karena ia bermalam dalam keadaan suci"(HR. Ibnu Hibban)
Disunnahkan segera tidur (tidur di awal malam dan menjauhkan diri dari begadang kecuali dalam hal-hal yang baik) agar bisa bangun untuk shalat malam dengan segar, dan disunnahkan bangun ketika mendengar adzan, sebagaimana sabda rasulullah: "apabila salah seorang dari kalian tidur, setan membuat tiga ikatan di kepalanya, ia mengatakan pada setiap ikatan, malam masih panjang maka tidurlah"
Rasulullah membenci tidur sebelum shalat 'isya dan berbicara sesudah Shalat Isya. sebagaimana disebut dalam hadits riwayat Ibnu Mas'ud:
"Tidak diperkenankan bercakap-cakap di malam hari kecuali bagi orang yang sedang mengerjakan shalat atau sedang bepergian" (HR. Ahmad, As-Suyuti menandainya sebagai hadits hasan).
Ketika akan tidur memperhatikan adab-adab tidur. Seperti membaca do'a sebelum tidur, membaca ayat kursi, membaca 2 ayat terakhir dari surat Al Baqarah, membaca Surat Al Kaafirun, dll
Sunnah sebelum tidur berniat qiyamullail, jika ia tertidur dan tidak bangun, maka ditulis baginya apa yg ia niatkan, dan tidurnya merupakan sedekah dari Tuhan kepadanya. Termasuk permohonan untuk dibangunkan agar bisa menunaikan shalat malam dan menjaga niat ikhlas karena mengharap ridha Allah.
Seorang muslim seharusnya berusaha bangun malam dan tidak meninggalkannya, karena nabi sendiri melakukan qiyamul lail hingga kakinya pecah-pecah
13. Persiapan Sebelum Shalat Tahajjud
"Jika ia bangun dan berdzikir kepada Allah, maka lepaslah satu ikatan, jika berwudhu’ maka lepas satu ikatan, dan jika shalat, lepas satu ikatan, maka ia masuk waktu pagi dengan segar dan jiwanya tenang, kalau tidak, maka ia masuk waktu pagi dg jiwa yg tidak tenang dan malas" (Muttafaq alaih)
Begitu bangun tidur usap wajah dengan kedua telapak tangan kita seraya membaca doa bangun tidur atau sekurang-kurangnya mengucapkan:
Alhamdulillah..., dilanjutkan dengan membaca QS. Ali Imran ayat 190
Disunnahkan bagi orang yang mengerjakan shalat lail untuk bersiwak (menggosok gigi lebih dahulu sebelum wudu') dan membaca ayat-ayat terakhir dari surat Ali Imran mulai dari firman Allah..
Artinya: "Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumu dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal” [ Ali Imran : 190] dibaca sampai akhir surat
Disunnahkan shalat tahajjud di rumah, membangunkan keluarganya dan sekali-kali shalat mengimami mereka
Tidak shalat dalam keadaan mengantuk, jika sangat mengantuk segera tidur
14. Sunnah Memulai Shalat Lail Dengan 2 raka’at Yang Ringan (pendek).
Hal itu dilakukan hingga datangnya semangat untuk memanjangkan raka’atnya setelah 2 rakaat yang pendek tersebut
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“Apabila salah seorang diantara kalian mendirikan shalat lail hendaklah membuka shalatnya dengan shalat 2 raka’at yang ringan (surat-surat yang dibaca pendek. Pent)" [Hadits Riwayat. Muslim no. 768]
15. Sunnah Memulai Shalat Malam Dengan Do'a yang Shahih dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
“Ya Allah, Rabb Jibril, Mikail dan Israfil. Wahai Pencipta langit dan bumi. Wahai Rabb yang mengetahui yang ghaib dan nyata. Engkau yang menjatuhkan hukum (untuk memutuskan) apa yang mereka (orang-orang Nasrani dan Yahudi) pertentangkan. Tunjukkanlah aku pada kebenaran apa yang dipertentangkan dengan seizinMu. Sesungguhnya Engkau menunjukkan pada jalan yang lurus bagi orang-orang yang Engkau kehendaki” [Hadits Riwayat. Muslim no. 770, Abu Dawud no. 767, Ibnu Majah no. 1357]
16. Sunnah Memanjangkan Shalat Malam
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya: “Shalat apakah yang paling baik?” Rasulullah menjawab : “Yang panjang qunutnya (lama berdirinya)” [Hadits Riwayat. Muslim no.756]
Qunut dalam hadits ini memiliki banyak arti berdasarkan banyak riwayat. Dalam Hadyus Saari Muqaddimah dari Fathul Baari oleh Ibnu Hajar hal. 305 (Cet. Daar Abi Hayyaan) pasal Qaf Nun disebutkan tentang makna qunut antara lain do’a, berdiri, tenang, diam, ketaatan, shalat, kekhusu’an, ibadah, dan memperpanjang berdiri. Pent.
Juga sunnah memperpanjang sujud dan memanjangkan berdiri membaca al-Qur’an (membaca surat pabjang yang kita kuasai). Sesekali membaca dengan keras dan sekali-kali pelan
17. Sunnah Berta'wudz (Memohon Perlindungan Allah)
Ketika Membaca Ayat tentang 'Adzab dengan ucapan:
“Aku berlindung kepada Allah dari Adzab Allah”
Dan Memohon Rahmat Allah Ketika Membaca Ayat tentang Permohonan dengan ucapan
“Ya Allah aku meminta kepadaMu dari karuniaMu”
Dan Bertasbih Ketika Membaca Ayat-Ayat yang Mengandung Pujian tentang Ke-Maha-Sucian Allah
Hal diatas berdasar hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca (ayat) dengan tartil apabila beliau melewati satu ayat tasbih maka beliaupun membaca tasbih. Apabila melewati ayat permohonan (tentang rahmat,-ed) maka beliaupun memohon. Dan apabila melewati ayat memohon perlindungan, maka beliaupun memohon perlindungan (bertaawudz)…” [Hadits Riwayat. Muslim no. 772]
18. Disunnahkan (Orang yang Mengerjakan Shalat Malam) Berdoa Dengan Do'a Shahih yang Diajarkan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
“Ya Allah, bagiMu segala puji, Engkaulah Penegak langit dan bumi dan segala isinya. BagiMu segala puji, milikMu kerajaan langit dan bumi serta segala isinya. bagiMu segala puji (Engkau) Pemberi cahaya langit dan bumi (serta segala isinya). bagiMu segala puji, Engkau penguasa langit dan bumi. bagiMu segala puji Engkau lah Yang Maha benar, janji-Mu itu benar adanya dan pertemuan dengan-Mu itu benar adanya. FirmanMu itu benar, surga itu benar, neraka itu benar, para nabi itu benar, Nabi Muhammad itu benar (utusanMu), kiamat itu benar adanya. Ya Allah, kepadaMu aku bertawakal, kepadaMu aku kembali, kepadaMu aku mengadu dan kepadaMu aku berhukum. Ampunilah dosaku di masa lalu, masa yang akan datang, yang tersebunyi serta yang nampak (Karena Engkau adalah Maha Mengetahui itu daripada aku). Engkau lah Yang terdahulu dan Yang terakhir (Engkau Tuhanku) dan tidak ada Tuhan kecuali Engkau atau tidak ada Tuhan (bagiku) kecuali Engkau” [Hadits Riwayat. Bukhari no. 1120, 6317, 7385 dan Muslim no. 2717]
Dan juga memanjatkan do'a yang menjadi hajat dan keinginan kita kepada Allah serta juga berusaha memperbanyak membaca wirid (dzikir) serta jika masih ada waktu bisa mengerjakan shalat suhnah yang lain (sebelum ditutup dengan shalat witir)
(No. 17 - 21 ana kutip dari: http://wahdahsamarinda.wordpress.com/2008/03/18/sholat-sunnah-malam
Sumber asalnya dari: kitab Aktsaru Min Alfi Sunnatin Fil Yaum Wal Lailah, edisi Indonesia Lebih Dari 1000 Amalan Sunnah Dalam Sehari Semalam, Penulis Khalid Al-Husainan, Penerjemah Zaki Rachmawan]
19. Akhiri dengan salat witir
Dari Aisyah Ummul Mukminin Radhiyallahu ‘anha, dia bercerita...
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa mengerjakan shalat 11 raka’at pada waktu antara selesai shalat Isya –yaitu, suatu waktu yang oleh orang-orang disebut sebagai atamah- sampai Shubuh sebanyak 11 rakaat, dengan salam setiap dua raka’at dan mengerjakan shalat witir satu raka’at. Dan jika mu’adzin telah berhenti dari mengumandangkan adzan shalat Shubuh dan sudah tampak jelas pula fajar olehnya dan beliau juga sudah didatangi oleh muadzin, maka beliau segera berdiri dan mengerjakan 2 rakaat ringan, dan kemudian berbaring di atas lambung kanannya sehingga datang muadzin kepada beliau untuk mengumandangkan iqamah”
(Hadits shahih. Diriwayatkan oleh Muslim, di dalam kitab Shalaatul Musaafirin wa Qashruha, bab Shalaatul Lail wa Adadu Raka’aatin Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam fil Lail wa Annal Witr Rak’atan wa Anna Rak’ah Shalaatun Shahiihah, (hadits no. 736. Dan asal hadits berada pada Al-Bukhari. Lihat Jaami’ul Ushuul (VI/91-96).
Dari Abu Bashrah Al-Ghifari, dia bercerita, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda...
“Sesungguhnya Allah telah menambah untuk kalian satu shalat, yaitu witir. Oleh karena itu, kerjakanlah ia di antara shalat Isya sampai shalat Shubuh”
(Hadits shahih. Diriwayatkan oleh Ahmad di dalam kitab, Al-Musnad (VI/7 dan 397). Dan dinilai shahih oleh Al-Albani di dalam kitab, Silsilah Ash-Shahihah (hadits no. 108)
Jadi, kedua hadits di atas secara jelas menujukkan bahwa shalat malam dan witir itu waktunya dimulai dari setelah shalat Isya (yang oleh orang-orang disebut dengan atamah) sampai waktu Shubuh
Dan pernyataan yang menyebutkan bahwa akhir waktunya adalah Shubuh, diperkuat oleh apa yang ditegaskan dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
“Dan jika salah seorang di antara kalian khawatir (akan) masuk waktu Shubuh, maka hendaklah dia mengerjakan shalat satu raka’at shalat witir sebagai penutup bagi shalat yang telah dikerjakannya” (Takhrij hadits ini akan diberikan selanjutnya pada pembahasan berikutnya)
Ibnu Nashr mengatakan:
”Yang menjadi kesepakatan para ulama adalah bahwa antara shalat Isya sampai terbit fajar merupakan waktu shalat witir. Dan mereka berbeda pendapat mengenai waktu setelah itu sampai shalat Shubuh dikerjakan. Dan telah diriwayatkan dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa beliau memerintahkan untuk mengerjakan shalat witir sebelum terbit fajar” (Mukhtashar Qiyaamil Lail, hal. 119)
Maka bisa saya katakan,
"Yang terbaik bagi orang yang khawatir tidak bisa bangun, di akhir malam untuk mengerjakan shalat di awal waktu. Sedangkan bagi siapa yang yakin akan bangun, maka yang terbaik baginya adalah mengakhirkan pelaksanaan shalat witir sampai akhir malam"
Hal ini didasarkan pada apa yang ditegaskan dari Jabi Radhiyallahu ‘anhu, di mana dia bercerita. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda.
“Barangsiapa khawatir tidak bangun di akhir malam, maka hendaklah dia mengerjakan shalat witir di awal waktunya. Dan barangsiapa yang serius hendak bangun di akhir malam, maka hendaklah dia mengerjakan shalat witir di akhir malam, karena sesungguhnya shalat di akhir malam itu disaksikan (oleh para Malaikat). Dan demikian itu lebih baik”
(Hadits shahih. Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab Shalaatul Musaafiriin wa Qasruha, bab Man Khaafa an laa Yaquuma Aakhiral Lail fal Yuutir Awwaluhu, (hadits no. 755)
Tentang bab shalat witir ini dinukil dari kitab Bughyatul Mutathawwi Fii Shalaatit Tathawwu, Edisi Indonesia Meneladani Shalat-Shalat Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Penulis Muhammad bin Umar bin Salim Bazmul, Penerbit Pustaka Imam Asy-Syafi’i]. Sumber ana daptkan dari: http://www.almanhaj.or.id/content/2361/slash/0
Beberapa Kesimpulan Penutup
Hukum sholat malam adalah sunah muakkad
Waktunya adalah setelah sholat ‘isya sampai dengan sebelum waktu sholat shubuh
Akan tetapi, waktu yang paling utama adalah 1/3 malam terakhir dan boleh dikerjakan sesudah tidur ataupun sebelumnya
Jumlah rakaatnya paling sedikit adalah 1 rakaat
Berdasarkan sabda Rosululloh sholallohu ‘alaihi wa sallam,
“Shalat malam adalah 2 rakaat (salam) 2 rokaat (salam), apabila salah seorang di antara kamu khawatir akan datangnya waktu shubuh maka hendaklah dia sholat 1 rokaat sebagai witir baginya” (HR. Bukhori dan Muslim)
Dan jumlah rakaat paling banyak adalah 11 rakaat
Berdasarkan perkataan ‘Aisyah radhiyallohu ‘anha, “Tidaklah Rosululloh sholallohu ‘alaihi wa sallam:
“Sholat malam di bulan ramadhon atau pun bulan yang lainnya lebih dari 11 rokaat” (HR. Bukhori dan Muslim), walaupun mayoritas ulama menyatakan tidak ada batasan dalam jumlah rakaatnya
===================================================================
Demikianlah beberapa keutamaan, kemuliaan dan keindahan qiyamul lail
Sungguh kita akan merasakan keindahannya bila hati kita telah diberi taufik oleh Allah ta’ala dan tidak akan merasakan keindahannya bagi siapa pun yang dijauhkan dari taufik Allah subhanahu wata'ala
Semoga kita semua bisa senantiasa berusaha menjadi hamba-Nya yang beruntung tersebut; "diberi keutamaan menegakkan qiyamullail dengan beristiqamah"
Dan mari kita berazzam (mengi'tiqadkan diri dengan kuat) untuk berusaha senantiasa menghidupkan malam-malam kita bersama kemuliaan yang dianugerahi-Nya
Wallahu waliyyut taufiq
Wallahu’alam bisshowab...
Komentar
Posting Komentar