Pernak Pernik Haji

Bawalah Barang Yang Paling Penting 

CALON jemaah haji penting untuk mengetahui apa saja barang kebutuhan yang diperlukan dan harus dibawa dari Tanah Air ke Tanah Suci. Namun, agar tidak merepotkan di perjalanan, cukup membawa barang-barang dan kebutuhan yang betul-betul sangat diperlukan.

Tidak ada salahnya kita bertanya kepada beberapa teman dan kerabat yang pernah pergi haji. Namun jangan heran, kalau dari lima teman atau kerabat yang ditanya, akan didapatkan lima saran yang berbeda sehingga kita perlu pula melakukan cross check dengan teman lain atau menanyakan ke petugas pembimbing haji.

Sebab, kalau bertanya kepada teman yang pergi haji saat musim panas, ia akan menyarankan membawa payung dan alat penyemprot air agar tidak kepanasan. Tapi dari teman yang pergi haji di musim dingin, justru ia menganjurkan membawa jaket tebal dan sleeping bag. Karena udara di Saudi Arabia, apalagi di Medinah dan Arafah, amat dingin. Bisa di bawah 10 derajat Celsius.

Saat akan berangkat menunaikan ibadah haji tahun 1427 H pun, saya sempat akan membeli sleeping bag, karena saran teman. Kalau tidak tahan dingin, cerita teman, dari hidung dan telinga akan keluar darah. Tapi karena barang itu akan menyita ruang koper haji, saya batal membelinya. Hanya baju hangat saja yang saya bawa.

Jangan bertanya barang-barang yang harus dibeli ke pedagang peralatan haji. Barang yang tidak terlalu perlu pun mereka anjurkan untuk dibeli. Karena disarankan pedagang, ada jemaah haji yang membawa kain ihram tiga setel. Kaus kaki dan sarung tangan pun membawa tiga pasang. Dengan alasan di Saudi sana udara sangat dingin.

Padahal, satu setel kain ihram pun sebenarnya sudah cukup. Atau paling banyak satu setengah setel (tiga helai). Sarung tangan dan kaus kaki pun, bagi jemaah pria, rasanya tidak perlu. Untuk jemaah wanita, memang perlu selain untuk menahan dingin, juga untuk menutup aurat.

Menahan dingin
Karena dianjurkan oleh pedagang, saya sempat membeli tiga pasang kaus kaki dan sarung tangan. Namun, tidak satu pun yang dipergunakan. Sebab, rasanya kikuk juga kalau pergi ke masjid kedua tangan tertutup sarung dan kaki terbungkus kaus seperti orang yang sedang udzur.

Sebaiknya tidak dibiasakan menggunakan kaus kaki dan sarung tangan selama di Medinah maupun Mekah. Untuk latihan menahan udara dingin sebelum wukuf di Arafah. Sebab, saat wukuf, justru udara di sana lebih dingin dibanding dengan di Medinah. Bahkan saat wukuf, jemaah pria, hanya boleh menggunakan dua helai kain ihram.

Kalau dibiasakan memakai pakaian yang menutup seluruh tubuh dan terbiasa dengan pakaian tebal, kita akan tersiksa dengan udara dingin di Arafah. Suhu udara di Arafah saat wukuf musim haji 1427 H diperkirakan antara 4 - 8 derajat Celsius. Bahkan pada malam hari, bisa mendekati nol derajat.

Saat wukuf musim haji 1427 H banyak jemaah haji yang tersiksa. Bukan saja karena udara yang amat dingin, tetapi juga karena katering tak kunjung datang. Malam menjelang wukuf, seharusnya kami disediakan makan dan bisa minum air hangat sepuasnya. Tapi, jangankan nasi, air hangat pun, tidak ada.

Celakanya, yang berjualan di Arafah memang nyaris tidak ada. Untuk sekadar menyeduh mi instan pun, jemaah harus membayar dua riyal untuk setiap mangkuk mi yang diseduh. Bahkan, karena begitu banyaknya yang membeli air panas, harga air panas pun mendadak naik. Sebagian besar jemaah, selama di Arafah, bisa dikatakan tidak makan nasi sama sekali dan baru menyantapnya setelah di Mina. Itu kemudian yang menyebabkan orang-orang di Tanah Air ribut, "Jemaah haji Indonesia kelaparan".

Cukup satu
Sebenarnya dengan membawa satu setel kain ihram, dua setel pakaian dan satu sweater saja, cukup. Jika pakaian kotor, bisa langsung dicuci. Benar apa yang disarankan teman saya, "Teu kedah riweuh-reweuh kang, nyandak dua setel acuk oge cekap. Upami kirang mah, kantun meser di ditu. Langkung mirah. Nyandak artos we nu seueur," sarannya.

Celana pangsi putih untuk sehari-hari dan pergi ke masjid, di Bandung saya beli Rp 70.000,00. Di Mekah, saya bisa mendapatkan yang jauh lebih bagus dengan harga 10 riyal (Rp 25.000,00). Bahkan dari PKL yang berjualan "kucing-kucingan", karena selalu diuber-uber askar, di depan Masjid Al-Harom, bisa lebih murah lagi, hanya 5 riyal, tanpa harus tawar menawar.

Namun pakaian dalam, sikat dan pasta gigi, dan sabun mandi,beli di Tanah Air. Namun, sabun cuci, sebaiknya beli di Saudi. Sabun di sana dibuat dengan kadar kalium yang disesuaikan dengan air di sana. Kain putih yang dicuci dengan sabun Arab, jauh lebih putih dan bersih.

Sandal jepit, sebaiknya beli tiga pasang di Indonesia. Warnanya usahakan jangan hijau. Karena sandal di sana justru semuanya hijau. Jarang sandal jepit warna lain selain hijau yang dijual. Dengan sandal kuning atau merah misalnya, sandal kita tidak akan tertukar dan bisa cepat dikenali terutama kalau kita sedang salat berjamaah di mesjid di lingkungan tempat menginap.

~ Wawan Djuwarna, Pikiran Rakyat

Pentingnya Tubuh Sehat

KESEHATAN harus dijaga. Jika sering sakit-sakitan, akan banyak tahapan-tahapan prosesi ibadah haji yang tidak bisa dilalui dengan sempurna. Oleh karena itu, menjaga kesehatan merupakan hal yang utama, agar semua rukun dan wajib haji bisa dilalui dengan mudah dan jemaah bisa menyelesaikan seluruh tahapan tanpa terganggu penyakit. Oleh karena itu, selain memakan makanan yang "empat sehat lima sempurna", bagi para penderita penyakit tertentu, agar meminta nasihat dokter dan ahli gizi, makanan apa saja yang jangan dan boleh dimakan. Sebelum berangkat ke tanah suci, kita sudah berdisiplin soal makan. Jangan sampai gara-gara makanan, kita gagal berangkat menunaikan ibadah haji.

Olah raga yang cukup, juga diperlukan agar badan tetap fit. Jalan kaki atau lari-lari kecil di pagi hari, sangat dianjurkan bagi calon jemaah haji. Apalagi, kegiatan di tanah suci nanti, sebagian besar dilakukan dengan berjalan kaki. Karena itu berlatihlah sejak di tanah air. Jangan lupa juga divaksin, baik meningitis maupun vaksin antiflu.

Batal berangkat
Saya sempat kaget karena empat hari menjelang keberangkatan ke tanah suci pada musim haji 1427 H, dokter mengharuskan saya opname. "Harus istirahat minimal delapan hari," kata dokter. Menurut dia, saya terkena gejala tifus. Beberapa teman satu KBIH, juga ada yang nyaris tidak berangkat, karena gula darahnya tidak stabil. Bahkan seorang teman terpaksa menunda keberangkatannya, karena magnya kambuh.

Malam itu saya pergi ke dokter pun, bukan untuk memeriksakan diri, tetapi hanya untuk meminta obat-obatan guna persediaan selama di tanah suci. Teman menyarankan sebaiknya membawa obat-obat ringan seperti obat mag, sakit kepala, flu serta obat batuk. Karena dokter tadi sudah sering ke tanah suci, saya minta resep obat batuk. Sebab, batuk di Arab konon susah diobati.

Berkat pertolongan Allah, saya bisa berangkat. Walaupun masih agak lemah, saya sudah mulai sehat. Alhamdulillah, selama di Madinah, Mekkah, dan wukuf di Arafah serta melempar jumroh di Jamarot, saya sehat, kecuali batuk dan flu ringan. Begitu minum obat, keesokan harinya batuk langsung hilang. Saat flu ringan menyerang, saya segera menghubungi dokter kloter. Dengan diberi obat-obat generik, flu pun hilang.

Jaga makanan
Selama di asrama haji dan sembilan hari di Kota Madinah, kita tidak perlu memikirkan makanan. Di Madinah, selama kita melaksanakan salat Arbain, kita disediakan makan siang dan malam. Makan pagi, kita bisa membeli nasi kebuli, beli roti kebab, martabak india atau makanan apa saja termasuk makanan Indonesia yang banyak dijual di sekitar Masjid Nabawi. Minum teh susu unta selain bisa meningkatkan stamina, juga rasanya enak. Apalagi diminum dalam udara dingin.

Untuk menjaga stamina, harus diupayakan setiap hari makan secukupnya, minum air dan makan buah-buahan serta sayur-sayuran sebanyak-banyaknya. Ulah ogoan. Jangan sekali-sekali mengeluh makanan nggak enak.

Sebetulnya, tidak ada masalah terkait soal makan bagi jemaah haji. Makanan melimpah, asal kita bawa uang cukup. Selama musim haji, makanan apa pun yang kita inginkan, tersedia dan bisa dengan mudah didapatkan. Bahkan para TKI yang bekerja di Arab Saudi, di musim haji, ia dibebaskan untuk nyambi, berjualan makanan. Buah-buahan termasuk jus buah banyak tersedia dengan harga murah. Bahkan, terkadang bisa kita mendapatkan secara gratis dari para pemberi sedekah.

Minumlah air zamzam sebanyak-banyaknya. Namun jangan terlalu sering meminum zamzam dingin. Di masjid-masjid, baik di Nabawi maupun Masjidilharam, banyak tabung-tabung yang bertanda huruf warna biru dan hijau. Biru artinya tidak dingin. Hijau, itu tanda air zamzam yang didinginkan. Sesekali boleh meminum yang dingin. Tetapi kalau terlalu sering, tenggorokan bisa terluka dan batuk.

Walaupun kita sudah berusaha, terkadang penyakit tidak bisa ditolak. Hampir sebagian besar jemaah haji pernah mengalami sakit, terutama batuk, sakit tenggorokan atau flu. Jika salat berjamaah di mesjid, suara jemaah yang sedang batuk seperti sedang bersahut-sahutan. Bahkan suaranya khas, sehingga dikenal dengan istilah "batuk unta".

Agar tidak terserang flu, sebelum berangkat, kita divaksin antiflu. Selalu mengenakan masker yang bersih. Hindari terlalu sering datang ke tempat-tempat berkerumun orang banyak. Istirahatlah yang cukup. Jangan terlalu sering keluar malam. Makan cukup, dan konsumsi buah-buahan segar serta sayuran. Hindari kontak dengan jemaah yang sudah terserang flu.

Jika sakit, kita bisa menghubungi dokter kloter. Namun terkadang di dokter kloter pun persediaan obat-obatan habis, terutama menjelang kepulangan. Beli saja ke apotek. Umumnya pelayan apotek di sana merangkap dokter. Jadi kalau sakit flu disertai sakit kepala, pegang saja hidung dan kening kita, dia akan mengerti sehingga segera ia memberinya obat flu. Jika sakit tenggorokan, pegang saja leher. Kalau batuk, gohgoy saja di depan penjaga apotek itu.

~ Wawan Djuwarna, Pikiran Rakyat

Berhaji, Bawa Uang Berapa?

TIDAK semua jemaah yang menunaikan ibadah haji adalah orang kaya raya. Banyak dari mereka yang sejak usia muda menabung sedikit demi sedikit, dan baru dapat melunasi biaya perjalanan ibadah haji (BPIH) di usia tua. Oleh karena itu, mereka masih memusingkan uang bekal saat surat panggilan masuk asrama (SPMA) sudah di tangan.

Sebaliknya, terdapat beberapa jemaah yang termasuk aghniya. Mereka mampu menunaikan ibadah haji menggunakan biro perjalanan umum (BPU) plus. Maka selain di kantung celana, mereka juga menyimpan uangnya di tas tentengan, bahkan di dalam kopor-kopor pakaian. Tapi sesampainya di bandara Jeddah maupun Madinah, jemaah tersebut justru berurusan dengan keamanan bandara dalam waktu yang lama karena terlalu banyak membawa uang cash.

Lalu, jemaah mesti harus membawa uang berapa? Tentu saja jumlah uang yang harus dibawa sangat relatif, tergantung dari niat keberangkatan haji. Mereka yang menunaikan rukun Islam kelima dengan niat semata untuk ibadah tidak akan ambil pusing dengan jumlah uang yang harus dibawa. Di benaknya pasti hanya ada satu rasa, rindu bertemu dengan Sang Khalik, Allah SWT.

Sebagaimana kematian, bentuk lain pertemuan makhluk dengan Sang Maha Penciptanya, maka semua unsur duniawi ditinggalkan. Segala jenis perniagaan, tabungan, deposito, uang cash dolar, rupiah, euro, emas, intan dan berlian semua ditinggalkan. Manusia menghadap Allah hanya membawa dirinya yang berbalut kain kafan. Meski demikian, berhaji adalah pertemuan manusia dengan Sang Pencipta saat masih di dunia. Mungkin, kita masih memiliki kesempatan kembali ke tanah air, meskipun mungkin hanya nama kita yang pulang dalam catatan kematian.

Meski demikian, mungkinkah kita berangkat haji tanpa membawa uang sepeser pun? Mungkin, asalkan kita mampu mencapai kantor kabupaten/kota masing-masing secara gratis. Sebab, sebelum berangkat, jemaah berkumpul di pendopo kota atau kabupaten. Biaya ke tempat tersebut biasanya ditanggung masing-masing jemaah. Sementara dari pendopo ke asrama haji ditanggung panitia daerah.

Di asrama haji, semua biaya makan dan tempat tinggal ditanggung panitia pemberangkatan haji Indonesia (PPHI). Bahkan, di tempat ini, jemaah mendapatkan biaya hidup (living cost) sebesar RS 1.500 atau setara dengan Rp 3,75 juta. Uang inilah yang dapat digunakan sebagai bekal selama jemaah berada di kota suci. Kalau hanya digunakan untuk biaya makan dan minum --jika tidak berlebihan-- akan cukup hingga kembali ke tanah air.

Tidak disarankan berhemat dalam makan dan minum selama di Arab Saudi. Justru selama melaksanakan ibadah haji jemaah dianjurkan mengonsumsi makanan yang seimbang, bergizi, dan menyehatkan. Sebab, berhaji memerlukan kebugaran fisik yang prima. Mengurangi konsumsi air, demi penghematan misalnya, malah bisa jadi kita terserang dehidrasi.

Kalau hanya mengandalkan uang living cost, yang bisa dihemat adalah berbelanja oleh-oleh. Sama sekali tidak dianjurkan kita mengurangi makan dan minum selama di Saudi karena uangnya dibelanjakan untuk membeli buah tangan. Kalau ingin membeli berbagai souvenir, maka mau tidak mau, kita harus membawa uang tambahan di luar living cost.

Lalu, kalau membawa uang tambahan, harus membawa uang berapa? Soal ini juga relatif. Kalau di Saudi akan memborong emas, tentu kita membutuhkan ratusan juta rupiah. Tapi kalau sekadar membeli lima atau sepuluh sajadah, beberapa kilogram kurma, atau kacang khas Arab, tentu hanya dibutuhkan beberapa ratus ribu rupiah.

Tentu, membeli barang-barang seperti ini bukankah di tanah air juga banyak? Kualitasnya pun tidak kalah bagus. Tidak repot pula membawanya di jalan. Sementara kalau kita membeli di Saudi, barang-barang itu memenuhi koper, bahkan sering menumpuk di kamar-kamar tidur jemaah. Ditinggal salat pun kita was-was, masuk pesawat terkena charge. Kalau diteliti lebih seksama, barang-barang itu made ini China, sama dengan barang-barang yang kita beli di tanah air.

Pokoknya, dipakai atau tidak dibelanjakan, kita perlu membawa uang cadangan saat melaksanakan haji. Tapi uang itu dalam bentuk rupiah, dolar atau real? Uang apa pun di Saudi laku dibelanjakan, selama uang tersebut tidak dalam fluktuasi yang berat.

Ketika berbelanja di Saudi tentu kita menggunakan real. Namun uang rupiah atau dolar bisa ditukarkan di tempat penukaran uang, sharaf atau money exchanger, di Indonesia disebut money changer. Di asrama haji biasanya juga ada bank yang melayani penukaran uang ini.

Money exchanger di Saudi buka sebagaimana toko pada umumnya. Memang ada kantor yang besar, namun banyak pula yang buka sebagaimana lapak para pedagang kaki lima. Tak ada perbadaan harga yang mencolok antara penukar uang yang kecil dengan yang besar. Biasanya, pedagang tersebut duduk di atas kursi yang lebih tinggi dibandingkan para pedagang lainnya. Sebab, posisi di atas memungkinkan mereka memantau perkembangan mata uang dunia, sehinga mereka tidak menderita kerugian akibat fluktuasi mata uang.

Kalaupun tidak membawa uang cash, kita dapat menggunakan kartu kredit selama berbelanja di kota suci. Automatic teller machine (ATM) pun ada di beberapa tempat. Namun pedagang pada umumnya lebih suka menerima uang tunai daripada menggunakan kartu berbelanja. Apalagi jika mereka sedang marema, tentu dengan uang cash lebih praktis daripada harus menggesek-gesek kartu.

Sekali lagi, berhaji berarti kita menjadi tamu Allah (Dhuyufurahman). Tujuan kita adalah menghadap Allah sebagai hambanya-Nya yang taat. Kita datang bukan bertamu kepada swalayan, bukan pula tamunya barang bawaan.

~ Wakhudin, Pikiran Rakyat

Jemaah Masuk Asrama

Sebanyak 445 jemaah haji kloter pertama asal Jawa Barat mulai memasuki Asrama Haji Bekasi, Jumat (16/11). Rencananya, jemaah dari Kota Bandung itu bertolak ke tanah suci Sabtu (17/11) melalui Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta.

”Kali ini, Panitia Pemberangkatan dan Pemulangan Haji (P3H) semakin memperketat pemeriksaan barang bawaan jemaah menyusul diterapkannya aturan baru penerbangan internasional,” kata Kasi Haji dan Umrah Kantor Departemen Agama Kota Bandung, Drs. H. Ajam Mustajam ketika ditemui di kantornya, Jln. Soekarno-Hatta, Kota Bandung, Kamis (15/11).

Ajam mengatakan, panitia tidak akan lagi menoleransi jemaah yang melanggar ketentuan barang-barang bawaan. Ketegasan ini selain menghindari sweeping di bandara, juga untuk memberikan pembelajaran bagi kloter berikutnya.

Pemeriksaan barang akan kembali dilakukan di embarkasi. ”Bagaimanapun karena kami tidak punya alat deteksi, mungkin ada satu dua barang yang lolos dan kalau ketahuan itu harus diturunkan di embarkasi,” ujarnya.

Setiap jemaah wajib menandatangani kertas di atas segel Rp 6.000,00 yang berisi surat pernyataan barang bawaan. Pernyataan ini dijadikan jaminan jemaah tidak akan mencuri-curi menyembunyikan barang melebihi ketentuan. ”Kalau jemaah yang masih nakal-nakal itu berdosa pada diri sendiri dan pada orang lain,” ucapnya.

Pemberangkatan jemaah haji bertolak dari halaman Mapolda Jabar, Jln. Soekarno-Hatta, Kota Bandung. Rencananya, mereka terbang dari Bandara Soekarno-Hatta pada Sabtu (17/11) pukul 13.50 WIB menggunakan pesawat Saudi Airlines dengan nomor penerbangan SV 5017. Sebelumnya, pukul 11.30 WIB jemaah dilepas Gubernur Jawa Barat Danny Setiawan, di bandara.

Terkait titik pemberangkatan di Mapolda, Ajam merasa bersyukur karena Kapolda membolehkan jemaah memanfaatkan seluruh fasilitas dan sarana yang ada di Mapolda seperti lapangan dan masjid.

Para pengantar atau keluarga jemaah tidak diperkenankan memasuki halaman Mapolda, kecuali undangan atau kendaraan yang sudah memiliki stiker. Bagi para pengantar jemaah, Ajam mempersiapkan tidak lebih dari 100 stiker yang akan dibagikan kepada kendaraan sebagai tanda boleh masuk halaman Mapolda.

Rombongan jemaah calhaj akan diberangkatkan ke asrama haji menggunakan 10 bus ditambah 1 bus cadangan dan mobil ambulans. Hingga saat ini, Ajam belum menerima laporan jemaah yang mengalami gangguan kesehatan. ”Alhamdulillah, sehat semua,” ujarnya.

Tahun ini, jemaah yang batal berangkat dari Kota Bandung ada tiga orang. Ketiganya disebabkan hamil dan usia kehamilannya belum mencapai 14 minggu serta belum divaksin meningitis. ”Begitu mau divaksin, ia ketahuan hamil. Dinas Kesehatan tidak mau menyuntik vaksin meningitis karena takut ada ekses pada janinnya,” ujarnya.

Sebelumnya, Kepala Kantor Departemen Agama (Kandepag) Kota Bandung, Drs. H. Cecep Alamsyah M.Si. mengungkapkan, Kota Bandung tahun ini memberangkatkan 3.621 jemaah, termasuk jemaah asal luar Kota Bandung 270 orang. Jemaah terdiri dari 1.648 pria dan 1.973 wanita. Terbanyak dari Kecamatan Sukasari 500 orang.

Selain itu, warga Kota Bandung yang menjadi daftar tunggu tahun 2008/1429 berjumlah 3.018 orang terdiri 884 pria dan 2.134 wanita. Sedangkan tahun 2009/1430 H berjumlah 327 terdiri 153 pria dan 327 wanita.
Cecep menuturkan, pemberangkatan jemaah haji Kota Bandung dibagi menjadi 2 gelombang. Gelombang pertama sebanyak 4 kloter dan gelombang kedua 5 kloter, sehingga seluruhnya berjumlah 9 kloter. Tiap kloternya terdiri 445 orang jemaah yang didampingi 5 petugas, yaitu seorang TPHI, seorang TPIHI, seorang dokter, dan 2 paramedis.

~ Wakhudin, Pikiran Rakyat

Hanya Perlu Satu Kata, Pasrah

(Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barang siapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh “rafats”, berbuat fasik, dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. (Q.S. Albaqarah:197)

PESAWAT take-off pukul 8.00 pagi. Tapi jam 1.00 dini hari, sudah hiruk pikuk. Jemaah yang sudah mulai mengantuk tak lagi bisa tidur. Petugas melalui pengeras suara yang bising meminta mereka naik ke dalam bus yang segera membawanya ke bandara. Pukul 2.00, semua jemaah satu kloter kelihatannya sudah naik ke dalam bus. Ketua kloter yang dibantu ketua rombongan menghitung jemaah satu per satu. Ternyata jumlahnya 449 jemaah, kurang 6 orang.

Maka para karom (ketua rombongan) segera mencari jemaah yang belum masuk ke dalam bus. Dua orang jemaah ditemukan di dalam WC asrama, tapi tidak dapat segera naik bus, karena masih buang hajat. Petugas pun menungguinya, sampai selesai. Sementara dua jemaah yang lain segera menaiki bus setelah mengisap sebatang rokok. Ketua kloter pun kembali menghitung mereka, dan jumlahnya tetap belum genap, masih kurang dua orang.

Para petugas kembali sibuk mencari mereka. Sebagian melakukan sweeping ke kamar-kamar jemaah. Tapi hasilnya nihil. Maka petugas segera mengumumkan kembali melalui pengeras suara meminta dua jemaah segera naik ke dalam bus yang sebentar lagi berangkat. Tapi lagi-lagi tidak ada jemaaah yang memasuki bus.

Sebagian jemaah kesal, sebagan lain uring-uringan, namun sebagian lain menikmati tidur di dalam bus. Beberapa waktu kemudian seorang kakek berusia 75 tahun pun datang dengan dituntut anaknya memasuki bus. Waktu pun terus berlalu, pukul 2.30. Ketua kloter kembali menghitung jemaahnya, namun lagi-lagi kurang satu orang. “Halo... halo...” kembali berkumandang. Ternyata, jemaah yang belum masuk adalah orang yang tadi ikut mencari jemaah yang belum datang. Jam 3.05 rombongan bus itu baru berangkat ke bandara dengan jumlah jemaah yang genap, 455 orang.

Pergi menunaikan ibadah haji memang berbeda dengan melancong pada umumnya. Mengunjungi Baitullah dituntut kekompakan rombongan dan kelompok terbang. Ketua kloter, tim pembimbing haji daerah (TPHD), tim pembimbing ibadah haji (TPIH), dan tim kesehatan haji Indonesia (TKHI) yang dibantu sejumlah ketua rombongan dituntut bekerja keras mengoordinasikan jemaah. Satu saja jemaah yang ketinggalan atau mengalami peristiwa di luar dugaan, akan merepotkan semua jemaah. Oleh karena itu, sekadar naik ke dalam bus pun memakan waktu tiga jam lebih.

Padahal, bepergian biasa memerlukan waktu tak lebih dari satu jam untuk mencegat hingga naik bus. Bahkan satu jam untuk boarding pass sebelum terbang pun masih punya kesempatan jalan-jalan di bandara.

Saat berhaji sebetulnya jemaah sudah terbebas dari pekerjaan rutin kantor dan pekerjaan rumah. Tidak ada pekerjaan lain yang harus dilakukan, selain makan dan minum demi kesehatan serta beribadah. Meski demikian, peluang meningkatnya stres sangat tinggi. Bayangkan, naik bus saja memakan waktu tiga jam dan bertele-tele. Padahal, perjalanan yang penuh tekanan seperti itu berlangsung setiap hari selama sekitar 40 hari.

Setibanya di bandara, jemaah dituntut antre naik pesawat setelah sebelumnya mendapatkan pemeriksaan dokumen dan barang bawaan. Tentu, tidak semua jemaah familiar dengan bandara sehingga sering proses pemeriksaan ini memakan waktu yang tidak sebentar. Apalagi kalau pemeriksaan dilakukan di bandara Arab Saudi, baik di Bandara Jeddah maupun Madinah. Soal bahasa senantiasa menjadi kendala dalam berkomunikasi.

Setelah istirahat di bandara, jemaah melanjutkan perjalanan ke Kota Madinah atau langsung ke Mekah bagi jemaah gelombang II. Akibat kelelahan perjalanan, jemaah biasanya semakin menurut saat mulai diberangkatkan ke kota suci ini. Namun saat sampai di pemondokan, keributan sangat potensial terjadi. Jemaah yang masih berusia muda kerap tidak mau mengalah untuk menempati pondokan di lantai bawah, sementara jemaah yang berusia lanjut terpaksa tinggal di kamar lantai atas. Para petugas kali ini dituntut memberikan pengertian kepada jemaah yang berusia muda untuk mengalah.

Tinggal di pemondokan Madinah relatif lebih bagus dan longgar ruangannya dibandingkan dengan di Mekah. Tentu saja, satu kamar yang dihuni 5 sampai 10 orang tidak senyaman tinggal di rumah sendiri, meskipun bangunan pondokan tersebut setara dengan hotel berbintang. Kondisi pemondokan dapat menyebabkan jemaah bertengkar.

Soal antre menggunakan WC, memasak yang cocok untuk semua jemaah sekamar, pengaturan jam tidur dan tempat tidur, waktu berangkat ibadah ke Masjidilharam dan sebagainya sepertu kelihatan sepele. Namun demikian, banyak jemaah yang menjadikan masalah remeh temeh ini menjadi pemicu adu mulut.

Maka tidak heran kalau tiba-tiba kita baru tahu ada pasangan suami istri yang tidak melakukan tegur sapa lebih dari seminggu. Suami kadang ingin langsung pulang usai melaksanakan salat di masjid, sementara sang istri masih ingin berjalan-jalan ke toko untuk berbelanja. Kadang suami meminta bantuan membawakan barang tentengan, sementara istri yang menenteng beberapa tas menjawab dengan ketus.

Maka tidak mustahil, percekcokan pun terjadi antara suami istri, antara sesama penghuni kamar, antarkamar atau bahkan antar kloter. Tidak mustahil juga pertengkaran terjadi antara satu warga negara dengan warga negara yang lain. Peristiwa tabrakan maut di seputar Jumrah Aqabah beberapa tahun silam bermula dari tidak adanya pihak yang mengalah antara jemaah dari Afrika Selatan dengan jemaah lain dari Turki dan Pakistan.

Masalah hubungan seks antara suami dan istri kerap pula menjadi problem yang menyebabkan pasangan kehilangan keharmonisan. Melakukan hubungan intim dalam ruang terbatas yang kerap hanya disekat kain tentu tidak nyaman. Namun membiarkan suami atau istri tanpa hubungan seks menyebabkan pergaulan dalam perjalanan ini mengarah kepada konflik.

Belum lagi saat kita berada di Arafah, Muzdalifah, dan Mina yang tempat kemahnya terbatas. Saat menaikturunkan barang bawaan dari asrama ke bus atau sebaliknya, saat salat di masjid, saat berbelanja, dan semua kegiatan haji memungkinkan kita untuk stres. Apalagi kalau sampai jemaah mengalami kehilangan barang, uang, atau dokumen, atau kehilangan keluarga. Tekanan batin akan sedemikian dahsyat.

Menghadapi berbagai peristiwa seperi itu, hanya satu kata untuk menyelesaikannya, pasrah. Memasrahkan diri kepada Allah SWT. Kita harus segera berintrospeksi diri. Bukankah berhaji berarti menjadi tamu Allah? Sang Khalik tentu akan memperlakukan tamu-Nya sebagaimana tamunya bersikap.

~ Wakhudin, Pikiran Rakyat

Belanja Jangan Berlebihan

JEMAAH haji asal Indonesia, memang terkenal paling suka belanja. Itu pula yang menyebabkan, jemaah haji asal Indonesia begitu dikenal oleh hampir semua pedagang di Pasar Seng dan pasar-pasar lain di Kota Mekah maupun Medinah. Mereka mengenal jemaah Indonesia, sebagai jemaah yang doyan belanja yang sering membelanjakan riyal mereka.

Karena jemaah Indonesia merupakan ladang duit, para pedagang pun sengaja belajar bahasa Indonesia atau mempekerjakan orang Indonesia agar banyak jemaah haji Indonesia yang mampir ke tokonya serta membelanjakan uang mereka tanpa banyak menawar. Oleh karena itu, kita tidak perlu repot-repot kursus bahasa Arab jika akan belanja di Saudi Arabia. Mereka bahkan yang aktif belajar bahasa Indonesia.

Saat mengantar teman membeli jam di kawasan Hafair Kota Mekah, musim haji 1427 H, seorang pedagang asal Bangladesh menawarkan jam tangan seharga 350 riyal. Teman saya sebenarnya sudah berani membayar 300 riyal karena jamnya memang terlihat unik. Namun, saya tidak mengenal merek dan menduga jam itu jam murahan, saya membantu menawarkannya 50 riyal.

Ia memang terlihat seperti marah. Harga 350 riyal ditawar 50 riyal. Kalau dalam bahasa Sunda mungkin ia mengatakan, "Maenya barang alus kieu, ditawar sakitu. Mani teu kira-kira," kata si Bangladesh. Karena kami tetap pada penawaran awal, akhirnya ia memanggil lagi kami berdua yang sudah ngeloyor pergi. Akhirnya jam itu jadi dibeli 55 riyal. Teman saya pun sejak saat itu lebih hati-hati lagi. "Bisa-bisa kita tertipu," katanya.

Dalam membeli barang, sebaiknya kita harus lihat-lihat dulu pedagangnya berasal dari negara mana. Kalau orang Arab asli, mereka kebanyakan menetapkan harga pas. Terkadang barang seharga 150 riyal, ditawar 140 riyal pun, jarang diberikan. Namun, itu pun tidak semua orang Arab Saudi seperti itu. Pedagang emas di Madinah, yang sebagian besar merupakan orang-orang Arab Saudi, masih bisa juga dinegosiasi walaupun turunnya hanya beberapa puluh riyal saja. Akan tetapi, kalau pedagang dari Bangladesh, Pakistan, atau Afganistan, kita boleh bebas menawar karena mereka pun sering menawarkan dagangannya dengan harga yang kelewatan mahal.

Belanja di tanah suci, juga harus hati-hati. Banyak barang palsu dan barang tiruan yang dijual bebas. Bahkan di toko-toko elite sekalipun, minyak wangi palsu dan jam tangan murahan, bisa ditemukan. Oleh karena itu, perlu kejelian kita meneliti apakah barang itu asli, palsu, atau tiruan. Apalagi harga yang ditawarkan, terkadang membuat kita menduga barang itu asli. Apalagi kalau ditanya, mereka selalu bilang original.

Rekan saya sempat membeli minyak wangi yang biasa ia pakai. Harganya sih tidak terlalu jauh berbeda. Namun karena teman lain bilang cukup murah, kepincut juga untuk membelinya. "Itung-itung oleh-oleh dari Timur Tengah," katanya. Apalagi minyak wangi Arab terkenal. Namun begitu sampai di tanah air, ketahuan minyak itu palsu. Sulit memang membedakan yang asli dan palsu. Baru ketahuan setelah dicium, baunya beda.

Survei barang

*Oleh karena itu, jika akan belanja oleh-oleh haji, sebaiknya survei dulu harga-harga barang-barang di tanah air. Jika harganya di Saudi Arabia, jauh lebih murah, boleh beli. Itu pun dalam jumlah secukupnya. Sebab, seorang jemaah haji, hanya diperbolehkan membawa satu koper haji dengan berat 35 kg dan satu tas tenteng. Kalau lebih, bisa ditahan di bandara saat kepulangan nanti. Apalagi tahun ini, pengawasan terhadap barang bawaan ini lebih diperketat.

Tahun lalu pun saat belum begitu ketat, khusus untuk pesawat maskapai penerbangan Saudi Arabian Airlines. Petugas begitu ketat memeriksa barang bawaan jemaah. Dua hari sebelum kepulangan, petugas yang ditunjuk maskapai penerbangan itu, sudah datang ke pemondokan-pemondokan haji untuk menimbang barang. Kalau lebihnya hanya dua tiga kilogram, masih ditoleransi. Namun, kalau sudah di atas 40 kg, langsung dipisahkan dan disuruh dikurangi.

Kalau memang kita punya sisa riyal banyak, boleh belanja lebih banyak. Akan tetapi, harus dilakukan minimal dua minggu sebelum kepulangan. Barang harus dikirim melalui perusahaan kargo, tetapi lagi-lagi, perlu mempertimbangkan ongkos. Satu kilogram, ongkosnya RS 9. Jadi kalau kita mau mengirim 50 kg barang saja, kita harus menyediakan ongkos RS 450 (Rp 1,125 juta). Jika barang serupa bisa dibeli di tanah air walaupun harganya lebih mahal sedikit, lebih baik tidak repot-repot membelinya di Saudi.

Sebab belanja oleh-oleh di Saudi Arabia selain merepotkan dan bisa mengganggu kekhusyukan ibadah haji kita, juga ada risiko. Tidak sedikit barang yang dikirim lewat perusahaan kargo, hilang entah terkirim ke mana. Atau kalau pun sampai, tiba setelah beberapa bulan kemudian. Karena itu pula memilih perusahaan kargo pun harus hati-hati. Jangan tergiur ongkos murah, malah barang hilang entah ke mana. Sebaiknya tanya teman atau pembimbing, lewat perusahaan mana barang bisa cepat dan aman tiba di tanah air.

Jika kita menemukan barang yang diinginkan, jangan langsung membeli. Survei ke beberapa toko, untuk mencari barang termurah. Barang di Pasar Seng, bukan jaminan harga di tempat itu lebih murah dibandingkan dengan di tempat lain. Tidak sedikit barang di Pasar Seng justru lebih mahal.

Pernah seorang teman begitu kepincut saat menemukan jam kantong dengan tali rantai seharga RS 15. Ia pun memborong 10 jam itu dan dengan bangganya ia bercerita kepada teman-temannya bahwa dia baru saja menemukan jam murah. Satu jam "antik" dan jarang ditemukan di tanah air dijual dengan harga Rp 37.500,00. Namun, belakangan saya malah menemukan jam yang sama dengan harga yang jauh lebih murah, hanya RS 5. "Rp 12.500,00?" tanyanya seperti tak percaya. "Batu baterainya saja di Bandung, harganya Rp 15.000,00," katanya, menyesal.

~ Wawan Djuwarna, Pikiran Rakyat

Nikmatnya Jumatan di Raudah

TIGA kali teman saya menanyakan apakah saya sudah berhasil berdoa dan salat di Raudah. Begitu pentingkah sehingga ia seperti selalu mengingatkan saya untuk salat di Raudah? Tentu. Sebab, dalam hadis riwayat Bukhari dan Muslim pun, Raudah digambarkan sebagai tempat yang istimewa. "Di antara rumahku dan mimbarku adalah taman-taman surga dan mimbarku berada di atas telagaku." Begitulah sabda Rasulullah saw seperti dalam hadis Bukhari dan Muslim.

Bekas rumah Rasulullah sendiri sekarang sudah masuk bagian dari Masjid Nabawi sehingga tempat yang ditunjuk oleh Nabi tentu saja sudah masuk ke dalam bagian dari Masjid Nabawi. Tempat yang disebut Raudah inilah merupakan tempat favorit jemaah haji untuk melaksanakan salat. Di tempat inilah segala doa yang Insya Allah akan dikabulkan oleh Allah SWT. Itu pula yang menyebabkan teman saya sampai tiga kali mengirim SMS dan menanyakan hal itu.

Sejak dari tanah air pun saya memang sudah punya keinginan kuat untuk bisa berjuang masuk ke dalam tempat istimewa itu. Saya bisa katakan berjuang karena untuk bisa masuk ke Raudah memang butuh perjuangan. Tidak mudah memang sebab banyak pula jemaah dari penjuru dunia yang juga sama-sama ingin berdoa dan salat di tempat ini. Oleh karena itu, saya pun baru berhasil mencapai tempat ini setelah diantar pembimbing dan mengikuti trik khusus yang disampaikan teman saya di tanah air.

Kalau mau ke Raudah, saran teman saya tadi, jangan pada saat Masjid Nabawi sedang penuh dengan jemaah, tetapi saat jemaah pulang ke pemondokan, kita justru berangkat ke Raudah. Teman tadi menyarankan setelah salat Zuhur, jangan pulang dan ngajanteng (berdiri) di depan pintu masjid. Begitu akan berkumandang azan salat Asar, pintu masjid dibuka dan saat itulah saya masuk dan langsung berebut tempat di Raudah sehingga bisa salat dan berdoa di tempat itu. Bukan hanya salat sunat, tentunya, salat Asar, Magrib, hingga Isya pun saya lakukan di tempat itu.

Di Madinah, memang tidak terlalu banyak tempat yang mustajab untuk berdoa seperti di Mekah Al-Mukaramah. Oleh karena itu, salat di Raudah menjadi amat istimewa. Itu yang menyebabkan tempat ini menjadi incaran ratusan ribu jemaah yang sedang berada di Madinah. Salat di Masjid Nabawi sendiri nilainya kata ustaz pembimbing saya, sama dengan 10.000 kali dibandingkan salat di masjid yang lain. Dan salat di Masjidilharam Mekah setara dengan 100.000 salat di masjid-masjid lain.

Oleh karena itu, tidak heran kalau beberapa jam sebelum Masjid Nabawi dibuka pada pukul 3.00 dini hari waktu setempat pun, di tengah udara yang sangat dingin menusuk tulang, jemaah haji sudah banyak berkerumun di sekitar pintu Baabussalam. Sebagian jemaah berkerumun di sayap kiri Masjid Nabawi bagian depan. Sambil menunggu masjid dibuka, mereka salat tahajud, berzikir, berdoa, dan sejumlah jemaah lainnya asyik berdiskusi dengan sesama Muslim lainnya yang satu negara tentunya.

Selain menjelang subuh dan asar, waktu yang tempat untuk bisa masuk dengan mudah ke Raudah adalah setelah salat Isya. Ketika orang lain pulang dari masjid, kita berangkat ke masjid. Kira-kira menjelang tengah malam, Raudah agak kosong sehingga kita bisa dengan mudah masuk untuk salat dan berdoa di tempat itu. Oleh karena itu, hanya jemaah yang tahu trik ini yang akan lebih sering bisa masuk ke Raudah.

Jumatan di Raudah

Jemaah haji Indonesia gelombang I dipastikan akan langsung menuju Madinah. Selama 8-9 hari, para jemaah akan berada di Madinah untuk salat Arbain (salat berjemaah 40 waktu berturut-turut) dan ziarah ke berbagai tempat bersejarah di Kota Madinah, termasuk ke kebun kurma dan ke tempat pembuatan Alquran. Kitab Alquran produksi Madinah ini terkenal karena selain tulisannya indah-indah juga dicetak dengan tinta kualitas bagus pada kertas yang bagus pula. Itu sebabnya, banyak jemaah yang membeli Alquran produksi Madinah.

Karena di Madinah ini, kita tinggal hanya 8 hari, maka selama di sana kita hanya akan bertemu satu kali dengan hari Jumat, kecuali yang tiba di Madinah menjelang azan zuhur di hari Jumat. Tentunya, hal ini perlu menjadi catatan bagi para jemaah untuk memanfaatkan agar bisa merasakan salat Jumat di Raudah. Ini, perlu kita ingat karena terkadang hal ini terlupakan. Kita melakukan salat Jumat di Masjid Nabawi, tetapi ketika sudah selesai kita baru terpikir, duh, kenapa tadi tidak salat Jumat di Raudah, sementara Jumat depan sudah berangkat ke Mekah atau pulang ke tanah air.

Hari Jumat itu, saya sudah tujuh hari berada di Madinah, bersama dengan seorang teman, saya sengaja pergi ke masjid lebih awal. Pukul 8.30 waktu setempat, kami sudah berangkat ke Masjid Nabawi. Tujuannya menuju Raudah untuk bisa salat jumatan di tempat itu. Kalau berangkat menjelang azan, jelas tidak akan kebagian tempat di Raudah. Sebab tempatnya kecil, sementara yang ingin salat di tempat itu begitu banyak.

Selama berangkat ke masjid, kami ngobrol dan bertanya-tanya, apakah kami berdua akan mendapat tempat di Raudah? Apa yang akan dilakukan jika sudah mendapat tempat di Raudah, tetapi kami tiba-tiba ingin buang air kecil? Sebab, kalau pergi ke WC, sudah dipastikan, tempat yang kami duduki akan ada yang mengisi. Semua keraguan itu berkecamuk dalam hati. Namun, semuanya kami jawab dengan rasa ikhlas dan berserah diri kepada Allah.

Sekira pukul 9.00 waktu setempat ternyata para jemaah dari berbagai negara sudah banyak menungggu di pintu masuk Masjid Nabawi. Menjelang pintu masjid dibuka, kerumunan jemaah makin padat. Terjadi saling dorong. Di sinilah, kami rasakan perjuangan terasa amat berat saat menanti masuk ke Raudah.

Begitu pintu dibuka, para jemaah pun berhamburan masuk Raudah. Dengan saling bergandeng tangan kami bergegas seperti bersaing dengan jemaah dari negara lain yang lebih kuat dan tinggi yang juga sama-sama berjuang untuk bisa jumatan di Raudah. Alhamdulillah, kami mendapat tempat di saf ketiga persis di belakang imam. Dua jam lebih sambil menunggu tiba salat Jumat, kami bisa salat sunat, berzikir, berdoa, dan membaca Alquran. Sungguh ini merupakan pengalaman yang tidak mudah kami lupakan. Kami bisa "berpesta doa" di tempat ini di hari Jumat.

~ Suherlan, Pikiran Rakyat

Calhaj Obrolkan Soal Niat

SUASANA Asrama Haji Bekasi pada Sabtu (17/11) sekitar pukul 7.00 WIB, tampak semarak. Jemaah calon haji (calhaj) kelompok terbang (kloter) 1 asal Jabar terlihat sibuk di kamarnya masing-masing. Mereka mempersiapkan diri untuk segera meninggalkan Asrama Haji Bekasi menuju Bandara Soekarno- Hatta, Cengkareng.

Di pagar halaman depan Asrama Haji Bekasi, ratusan orang berdesak-desakan. Mereka berusaha ngobrol dengan anggota keluarganya yang tak lama lagi akan meninggalkan Asrama Haji. Di antara kerumunan tersebut, terdapat seorang ibu berusia lanjut yang membisikkan sesuatu ke telinga anaknya, "Sekali lagi Nak, luruskan niat. Ingat, tujuan beribadah haji hanya karena Allah SWT. Insya Allah, segalanya dimudahkan dan dilancarkan oleh Allah SWT."

Persoalan meluruskan niat beribadah haji ini menjadi bahan ceramah singkat sejumlah petugas pembimbing ibadah haji tatkala akan meninggalkan Asrama Haji Bekasi, pada Sabtu dan Minggu (17-18/11). Bahkan, ”PR” sempat menyaksikan di sejumlah kamar calhaj di Asrama Haji Bekasi, sering terjadi obrolan hangat antara petugas haji dan para calhaj.

Pernyataan "luruskan niat" sering terdengar pula, tatkala kita menyaksikan acara pelepasan haji atau berkaitan dengan aktivitas dakwah islamiah. Terlebih lagi ketika acara manasik haji, acapkali jemaah calhaj memperoleh materi dari penceramah yang berhubungan dengan niat.

Seorang ibu -- yang sedang mengikuti manasik haji -- mengaku kurang mengerti makna pernyataan Dr. K.H. Miftah Faridl tentang perlunya meluruskan niat sebelum beribadah haji. "Ustaz, apa maksudnya meluruskan niat itu? Apa niat bisa belok?" tanyanya kepada K.H. Miftah Faridl.

Pembimbing utama BPU Haji dan Umroh "Safari Suci" itu pun menjawab, niat beribadah haji harus Lillaahi Ta'ala atau karena semata-mata mencari rida Allah. Jadi, bukan karena ingin meraih gelar haji agar status sosialnya naik atau supaya terkesan menjadi orang saleh.

"Kalau niatnya tidak karena mencari rida Allah, itu disebut niatnya belok atau tidak lurus. Oleh karenanya, mari kita meluruskan niat sejak sekarang," tutur K.H. Miftah Faridl.

Terlepas dari polemik apakah niat itu harus diucapkan secara lisan atau cukup di dalam hati, sejumlah nara sumber "PR" menyatakan hal senada betapa pentingnya para calon haji (calhaj) meluruskan niatnya sejak dini.

Seseorang yang tidak niat, menurut Ir. H.D. Sodik Mujahid, M.Sc., dapat dipahami sebagai orang yang melakukan suatu perbuatan tanpa memiliki kesadaran optimal. Orang tersebut cenderung berbuat asal jadi dan tidak punya tujuan yang jelas. "Kalau niatnya betul, tentu dalam beribadah haji akan punya tujuan yakni meraih haji mabrur. Artinya, ibadah hajinya diterima oleh Allah SWT dan berbekas saat kembali ke tanah air," tutur Sodik.

Pendapat pembimbing BPU Haji dan Umroh Qiblat Tour itu, tak jauh berbeda dengan pandangan H. Rustam Sumarna. Menurut Rustam, semua rukun Islam harus diamalkan dengan penuh kesadaran. Sebagaimana salat, misalnya, harus ditegakkan dalam keadaan sadar. Oleh karenanya, Muslim yang terkena gangguan jiwa tidak dikenai kewajiban menegakkan salat.

"Seandainya sadar terhadap suatu perbuatan, penuh kerelaan, dan punya tujuan jelas, hal tersebut dinamakan niat. Islam mengajarkan segala sesuatu itu bergantung niatnya, innamal 'amalu bin niaat. Nah, niat beribadah haji harus Lillaahi Ta'ala, mencari rida Allah untuk meraih haji mabrur," kata Rustam, pengelola BPU Haji dan Umroh Khalifah.

**

NIAT beribadah haji memang sulit diketahui secara pasti. Boleh jadi, kalau ada 100 calhaj maka ada 100 pula niat yang teraktualisasikan. Ada orang yang niatnya beribadah haji kian kuat, setelah sebelumnya merasa tersudutkan oleh perilaku orang lain.

Hasan (52) -- sebut saja begitu -- seorang pekerja di Bandung menjelaskan sebetulnya dari gaji bulanan dan tunjangan serta penghasilan "TSTG" (ti sisi ti gigir) yang ia dapatkan bisa menutup Biaya Perjalanan Ibadah Haji (BPIH). "Bahkan, saya sering ditawari oleh rekanan untuk bisa berhaji. Tapi, baru tahun ini saya tersadar dan hati merasa 'terbakar' setelah seorang staf bisa berangkat haji," ujarnya.

Ada pula orang yang tertarik beribadah haji setelah mendengar cerita "seru"-nya melakukan "tawaf" di Pasar Seng (suqul-lail). "Bagi seorang wanita mah berbelanja di tanah suci suatu pengalaman menarik apalagi para tetangga, saudara, dan teman-teman juga sudah memesan. Saya buat daftar belanjaan sebelum berangkat haji," katanya.

Baik di Mekah maupun Madinah terdapat banyak pusat perbelanjaan baik pasar tradisional seperti Pasar Seng maupun pasar modern sekelas suburmarkait (supermarket) "Bin Dawood". Belum lagi dengan informasi dari teman-teman yang sudah berhaji konon emas terbaik ada di Madinah. Kualitas emas Madinah berbeda dengan emas di sini.

Sedangkan seorang karyawan di sebuah instansi di Pemda Jabar sebut saja namanya, Pak Fulan, yang ke tanah suci belum lama ini mengaku niat beribadah haji untuk "mengembangkan keturunan". "Saya dan istri sampai sekarang belum dikaruniai penerus keturunan. Semoga dengan menunaikan ibadah haji saya dan istri bisa berdoa di tempat-tempat mustajab agar Allah memberikan keturunan kepada kami," katanya.

Persoalan niat ini menjadi penting, karena -- menurut pembimbing jemaah haji Pesantren Daarut Tauhiid (DT), K.H. Abdullah Gymnastiar (Aa Gym) -- apabila niatnya keliru, pelaksanannya pun keliru. Untuk itulah, seringkali diimbau kepada jemaah haji agar meluruskan niat, menyesuaikan pelaksanaan niat dengan ajaran Alquran dan Alhadis, bertawakal, serta berdoa semoga niat dapat direalisasikan secara baik.

Kiat untuk memperbaiki atau meluruskan niat, ungkapnya, sering ditanyakan oleh jemaah haji DT tatkala berada di tanah suci. Ketika ada acara curhat di tanah suci yang langsung ditangani Aa Gym, sejumlah jemaah haji bertanya soal niat dan upaya meluruskannya agar dapat beribadah haji secara benar.

Di antara jemaah haji, ungkap Aa Gym, ada pula yang bertanya tentang kaitan antara niat, doa, dan peristiwa tertentu selama di tanah suci. Misalnya, ada jemaah yang merasa cemas karena tiba-tiba sakit. Dia bertanya apakah sakitnya itu disebabkan niatnya beribadah haji yang tidak lurus atau tidak benar?

"Terhadap pertanyaan semacam itu, biasanya saya memberi masukan tentang perlunya membersihkan niat, dan memahami bahwa sakitnya seseorang itu semata-mata kehendak dari Allah SWT," ujar Aa Gym.

~ Suherlan/Achmad Setiyaji, Pikiran Rakyat

Cegah ”Rafats”, ”Fusuq”, & ”Jidal”

”RAFATS" adalah perkataan tidak senonoh. Mengandung unsur kecabulan (porno), senda gurau berlebihan yang menjurus kepada hal-hal jelek. Setiap orang yang berhaji, dilarang melakukan "rafats", di samping dilarang "fusuq" (berbuat fasik, keburukan, dan kejahatan), serta "jidal" (debat kusir, berbantah-bantahan). Allah SWT melarang keras tiga perbuatan tersebut (Q.S. Al Baqarah:197).

"Fusuq" dan "jidal" mungkin relatif mudah dihindari. Namun, "rafats" cukup sulit. Karena selalu muncul setiap saat, tanpa disadari. Mulai dari satu kata (ucapan), kemudian berkembang ke sana ke mari tanpa kendali. Menjadi "ghibah" (membicarakan orang lain), "namimah" (adu domba), dan fitnah (mengatakan sesuatu dari atau bagi orang lain tanpa fakta yang jelas).

Untuk mencegah ketiga perbuatan tersebut, para jemaah haji harus mulai menjaga lisan masing-masing. Kata Nabi saw., "salamu insan fi hifdzil lisan". Keselamatan manusia terletak pada perkataannya. Jika tidak ada yang perlu dikatakan, lebih baik diam. Kanjeng Nabi saw. bersabda pula, "Ashamtu hikmah" (diam itu mengandung hikmah).

Hujjatul Islam, Imam al Gazhali dalam kitabnya yang termashur "Ihya Ulumuddin", menguraikan 20 (dua puluh) bahaya yang akan ditimbulkan oleh lisan (yang diucapkan sembarangan), yang jika dilakukan para jemaah haji, akan termasuk kategori "rafats", bahkan "jidal". Beberapa di antaranya, dapat disimak dan direnungkan sebagai berikut:

1. Berkata-kata yang tidak berguna. Menghabiskan waktu untuk membicarakan berbagai hal yang sama sekali tidak mengandung manfaat. Padahal waktu dapat dianggap sebagai modal pokok hidup manusia untuk beramal saleh. Sekarang, waktu amat berharga itu dibuang-buang hanya untuk menyampaikan atau mendengarkan omongan-omongan tak bermanfaat, seperti senda gurau, berkhayal, mengada-adakan sesuatu agar enak diucapkan dan didengarkan, dan hal-hal negatif lainnya.

2. Berlebih-lebihan dalam berkata. Memanjangkan kata-kata dan kalimat untuk maksud yang pendek agar dianggap indah dan fasih. Satu persoalan yang dapat diungkapkan dengan satu kalimat terdiri atas tiga empat kata, melebar menjadi sepuluh dua puluh kata, bahkan sepuluh dua puluh kalimat. Kata orang Sunda, "panjang catur pondok maksud". Kelebihan lisan ini dianggap membahayakan karena membosankan orang yang mendengar, yang berakibat mengundang kekesalan dan kebencian. Juga kemungkinan menimbulkan salah pengertian. Rasulullah saw. mengingatkan, berbahagialah orang yang menjaga kelebihan lisannya, dan menginfakkan kelebihan hartanya (riwayat Imam Baihaqi).

Hal itu ditegaskan oleh Allah SWT, Q.S. Al Mudatsir:45, "Kita semua menyukai percakapan kosong bersama orang-orang bercakap kosong pula (hingga masuk neraka Saqr).

Untuk mengobati bahaya lisan, yang akan memlindungi jemaah haji dari "rafats", "fusuq" dan "jidal", Imam Gazhali menyarankan, agar lidah dibiasakan melafalkan "wirid", baik ayat Alquran, doa, maupun "Asmaul Husna" (nama Allah yang terbaik). Memperbanyak "wirid" pada setiap waktu, tempat, dan kesempatan, akan menjadikan lidah terbiasa mengucapkan segala sesuatu yang baik dan hati menjadi lembut. Mudah menerima nasihat dari orang lain, sanggup memberi nasihat kepada orang lain dengan kata-kata baik dan menyenangkan pendengarnya, serta memperbanyak kerja (tindakan) daripada perkataan. Sebagaimana dikatakan para hukama: af'alul hal afsahu min lisanul qaul. Mengerjakan sesuatu yang nyata, lebih indah daripada mengucapkan kata-kata.

~  H. USEP ROMLI H.M.

Perlukah Sai Sampai Berkeringat?

SEORANG wartawan salah satu media massa di Indonesia tampak merasa aneh tatkala menyaksikan rekan satu kelompok terbang (kloter)-nya yang tidak berkeringat, seusai melakukan sai.

"Lho, kok sainya tidak berkeringat," ungkap wartawan itu bertanya.

"Saya bersama istri dan anak melakukan sai sesuai petunjuk pembimbing," kata rekan wartawan tersebut.

"Saya juga sesuai petunjuk pembimbing," jawab wartawan dengan nada tak "mau kalah" bicara.

Seusai bicara begitu, sang wartawan kembali ke pemondokan. Dilihatnya rekan-rekan satu kloternya sedang istirahat santai, dan mengaku sudah selesai ibadah sai sejak beberapa puluh menit sebelumnya. Sang wartawan semakin heran, sehingga muncul pertanyaan mengapa mereka tidak berkeringat saat sai?

"Mengapa saya berkeringat dan terasa lelah sai selama tujuh kali putaran dari buki Shafa ke Marwah," ungkap wartawan di benak hatinya.

Pertanyaan itu tak terjawab hingga berhari-hari, bahkan sampai tiba saatnya kembali ke tanah air. Di luar dugaan, jawaban atas pertanyaan baru diperoleh beberapa tahun kemudian setelah secara kebetulan sang wartawan membaca tulisan seorang rekannya.

Ya, rekannya itu menulis cerita sekelompok jemaah calon haji yang ibadah sai tak beraturan. Maksudnya, ada yang tujuh kali, ada 14 kali, bahkan 34 kali dari bukit Shafa ke Marwah. Juga, ada yang mengakhiri sai tetapi tidak menyaksikan adanya orang-orang yang mencukur rambutnya. Maklum, sainya itu finis di bukit Shafa, yang notabene tempat awalnya start.

Ihwal ini juga sempat diungkapkan seorang perwira yang beribadah haji dan meyakini definisi satu putaran sai adalah dari titik nol ke nol lagi. Artinya, sai itu dari Shafa ke Shafa lagi. Dengan begitu, kata perwira tersebut, sai itu berlangsung dari Shafa ke Shafa sebanyak tujuh putaran. Ada pula dongeng seorang petugas pembimbing ibadah haji yang menyebutkan ada jemaah haji yang pernah tawaf 100 putaran, dan sai sebanyak 34 kali demi mencari keafdalan (keutamaan-red.).

Persoalan sai berkeringat dan tidak berkeringat atau tawaf di luar aturan ini, sempat "PR" perbincangkan kepada Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Bandung, Dr. K.H. Miftah Faridl. Begitu usai mendengar cerita adanya wartawan yang sai berkeringat dan ada jemaah yang tidak berkeringat, K.H. Miftah Faridl pun tersenyum penuh makna.

"Ibadah sai itu dilakukan sebanyak tujuh kali, dimulai dari bukit Shafa ke bukit Marwah. Jadi, yang dimaksud itu adalah tujuh kali, bukannya tujuh putaran dari Shafa ke Marwah," tutur K.H. Miftah Faridl.

Menurut Pembimbing Utama BPU Umrah dan Haji "Shafari Suci" ini, seandainya sai dilakukan tujuh putaran, maka itu jemaah calon haji yang bersangkutan melakukan 14 kali sai dari Shafa ke Marwah.

Hal senada dikemukakan Drs. K.H. Mustafid Amna, M.A. Menurut dia, sai dilakukan sebanyak tujuh kali dari Shafa ke Marwah. Istilah tujuh putaran atau tujuh keliling, itu hanya berlaku untuk thawaf atau berjalan mengelilingi Kabah.

Bagaimana seandainya jemaah calon haji lupa jumlah hitungan saat sai atau tawaf?

Baik K.H. Miftah Faridl maupun Mustafid Amna menyatakan, jemaah calon haji yang bersangkutan dipersilakan menghitung jumlah sai atau tawafnya dari hitungan yang terkecil atau terendah. "Misalnya, kita merasa ragu apakah sudah tawaf sebanyak tujuh putaran atau enam putaran. Jika itu yang terjadi, maka ambillah hitungan angka terendah yakni dianggap baru enam putaran tawaf. Begitu pula, saat sai, kalau ragu maka ambillah yang terendah," tutur Mustafid Amna.

* *

SISI lain dari cerita adanya jemaah calon haji yang sai berkeringat dan tidak berkeringat, menurut K.H. Miftah Faridl adalah, tentang perlunya manasik haji dilakukan secara benar dan terencana baik.

Dicontohkannya, terkadang ada calon haji yang menganggap remeh atau sepele kegiatan manasik haji. Dianggapnya manasik haji itu sekadar mendengar dongeng tentang pelaksanaan haji, dan terkesan bertele-tele alias memakan waktu lama. Padahal dari keikutsertaan pada manasik haji inilah, jemaah calon haji dapat mengetahui berbagai hal penting yang kelak bisa mengantarkannya pada predikat meraih haji mabrur.

"Maaf, terkadang ada calon haji yang hanya ikut praktik manasik haji. Bahkan ada yang merasa cukup dengan membaca buku panduan ibadah haji. Padahal itu belumlah cukup, karena ibadah haji itu berkaitan dengan pengetahuan dan praktiknya," ujar K.H. Miftah Faridl.

Disarankannya, apabila terlalu sibuk sehingga tidak sempat mengikuti manasik haji, hendaknya para calon haji mengikuti bimbingan haji secara pribadi. Maksudnya, mendatangkan langsung pembimbing ibadah haji ke rumah atau ke kantor. Dengan begitu, calon haji dapat memiliki pengetahuan yang cukup perihal ibadah haji.

Mungkin karena latar belakang semacam itulah, wartawan "PR" Nanang Setiawan--yang tahun ini beribadah haji--meminta tolong seorang pembimbing ibadah haji untuk membimbingnya di kantor redaksi "PR". Kiat-kiat semacam itu, juga diungkapkan oleh beberapa jemaah calon haji yang ditemui "PR" saat berada di Asrama Haji Bekasi, baru-baru ini. Karya Gunawan, misalnya, calon haji dari Kota Cimahi mengaku senang meminta masukan dari para pembimbing ibadah haji.

” Beberapa hari lalu pun, saya sempat menonton VCD yang isinya tentang perjalanan ibadah haji. Dengan cara itu, saya berharap kelak dapat beribadah haji secara baik, dan mantap. Mudah-mudahan meraih predikat haji mabrur," tutur Karya Gunawan, karyawan "PR".

**

ADAPUN beberapa istilah yang berkaitan dengan ibadah haji, yang perlu diketahui dan dipahami oleh jemaah calon haji, antara lain tentang haji tamattu'. Haji jenis tamattu' adalah aktivitas memakai kain ihram dari mikat dengan niat umrah pada musim haji. Ya, setelah tahallul, memakai ihram lagi dengan niat haji pada hari Tarawiah (8 Zulhijah). Bagi yang melaksanakan haji tamattu diwajibkan membayar dam.

Sedangkan yang dimaksud "haji qiran" yakni memakai kain ihram dengan niat umrah dan haji sekaligus, sampai selesai melontar jumrah Aqabah dan diikuti dengan bercukur atau memotong rambut tanpa tahallul setelah selesai umrah. Bagi yang melaksanakan haji Qiran diwajibkan membayar dam.

Haji Ifrad yaitu memakai ihram dari mikat dengan niat haji saja, kemudian tetap dalam keadaan ihram sampai selesai haji (hari raya kurban). Yang melaksanakan haji ifrad tidak diharuskan membayar dam.

Lalu, apa yang dimaksud umrah? Umrah juga disebut Hajjul Ashghar (Haji Kecil), Kata ini berasal dari kata i`timaar (kata berimbuhan). Cara melaksanakannya; Orang yang hendak umrah melakukan ihram dari mikat, kemudian melaksanakan tawaf qudum, lalu sai dan tahallul dengan mencukur atau menggunting rambut.

~ H. Suherlan/Achmad Setiyaji, Pikiran Rakyat

Pancaroba, Jemaah Mimisan

Arab Saudi saat ini tengah mengalami musim pancaroba, dari musim panas menuju musim dingin. Siang hari panas begitu terik dan matahari menyengat kulit, sementara malam udaranya membuat tubuh menggigil kedinginan.

”Bahkan akibat cuaca dingin, banyak jemaah yang terkena mimisan, keluar darah dari hidung. Setidaknya, hidung terasa sangat kering dan mengeras,” kata wartawan Media Center Haji (MCH) Ali Azwar kepada ”PR”, Kamis (22/11) malam.

Dilaporkan suhu Madinah tercatat maksimum 31 derajat Celsius, namun malam hingga subuh suhu turun drastis sampai 13 derajat Celsius. Sementara udara di Mekah maksimum 35 derajat Celsius, minimum 22 derajat Celsius, dan Jeddah maksimum 33 derajat Celsius, minimum 17 derajat Celsius.

Diungkapkan, kelembapan udara maksimum 87 persen dan minimum 17 persen. Secara perlahan, suhu udara cenderung terus menurun.

Digambarkan, selain panas terik di siang hari, udara Kota Madinah Al-Munawarah juga berdebu. Banyak bangunan di sekitar Masjid Nabawi yang tengah mengalami pembongkaran. Apalagi angin yang bertiup kencang menambah kencangnya debu beterbangan.

”Oleh karena itu, petugas haji terus mengingatkan jemaah untuk selalu mengenakan masker saat berada di luar ruangan. Dengan mengenakan masker, jemaah diharapkan terhindar dari berbagai penyakit yang ditularkan melalui udara,” kata Azwar.

Di malam hari, udara secara perlahan melorot dari 30 derajat di siang hari menjadi 20 derajat, 15 derajat, bahkan kadang mencapai 10 derajat di pagi hari.

Oleh karena itu, jemaah diimbau selalu mengenakan jaket di malam hari. Mereka juga terus diingatkan untuk minum dalam satu jam sekali. Sebab, dalam keadaan dingin, jemaah seringkali merasa tidak haus.

”Karena udara di Arab Saudi sangat kering, jemaah yang kurang minum bisa mengalami dehidrasi. Oleh karena itu, jemaah terus didorong untuk minum, supaya tetap fit dan dapat beribadah dengan baik,” ujar Azwar.

Situasi yang sama diungkapkan anggota Tim Pembimbing Ibadah Haji Indonesia (TPIHI) Yaya Roesmana. Menurut dia, cuaca di Kota Madinah begitu dingin.

"Saat kami datang, Selasa (18/11), suhu udara berkisar 24-26 derajat. Namun tiap hari turun dan Kamis hari ini mencapai 12 derajat, sehingga banyak jemaah yang mimisan, keluar darah dari hidungnya," ungkap Yaya, yang tergabung dalam Kloter 1 Kota Bandung.

Namun, udara dingin tidak menghalangi jemaah Kota Bandung untuk beribadah. Selain tetap khusyuk menyelesaikan salat Arba’in di Masjid Nabawi, jemaah juga tetap rajin berziarah ke berbagai tempat bersejarah, seperti ke Masjid Quba, Masjid Bilal, Masjid Qiblatain, Jabal Uhud, percetakan Alquran, dan sebagainya.

"Suhu bulan Desember diperkirakan akan semakin dingin karena Desember merupakan puncak musim dingin," ungkap Yaya.

Di tengah musim pancaroba, jemaah yang saat ini masih terkonsentrasi di Madinah tetap antusias melaksanakan salat berjamaah di Masjid Nabawi.

Di Kota Rasul ini, jemaah tinggal selama delapan hari untuk melaksanakan salat fardu secara berjamaah, sehinga mencapai 40 kali berjamaah secara berturut-turut. Salat berjamaah secara berturut-turut inilah yang disebut salat Arba’in.

Jika mereka sudah tinggal selama delapan hari, jemaah meninggalkan Madinah dengan mengenakan kain ihram menuju Kota Mekah.

~ Madinah, Pikiran Rakyat

Masjid Nabawi Dibuka 24 Jam 

Kota Madinah Al-Munawarah sejak musim haji 1428 H lebih istimewa dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Sebab, dua hari menjelang kedatangan jemaah, Masjid Nabawi dibuka selama 24 jam.

”Sebelumnya, selesai salat Isya, masjid ditutup. Jemaah yang ingin melaksanakan salat setelah itu melakukannya di pelataran atau menunggu dibuka pukul 3.00 pagi,” kata wartawan ”PR”, Nanang Setiawan, dalam laporannya semalam.

Nanang yang tergabung dalam kloter 13 Jabar/Kota Bandung tiba di Madinah Al-Munawarah, Kamis (22/11) pukul 14.30 waktu setempat atau pukul 18.30 WIB. Jemaah yang dipimpin Ketua kloter Drs. H. Komarudin berjumlah 449 orang, termasuk Drs. H. Maman Suparman (mantan Sekda Kota Bandung) dan Buya Salimudin (pimpinan Pondok Pesantren Darussalam Margahayu Raya Bandung).

Dilaporkan, di siang hari cuaca Kota Madinah begitu terik. Namun pada malam hari, apalagi menjelang subuh, udara begitu dingin. Semakin kencang angin bertiup, semakin dingin pula udara terasa menusuk tulang.

”Meskipun dingin, banyak jemaah yang melaksanakan ibadah di malam hari. Justru mereka nyaman beribadah di dalam masjid daripada di luar. Saat di udara terbuka, dingin membuat kita menggigil. Namun begitu masuk, udara terasa hangat. Apalagi, masjid yang menggunakan karpet tebal, menambah jemaah betah tinggal di dalamnya.

Aktivitas di Masjid Nabawi berbeda dibandingkan dengan kegiatan di Masjidilharam di Mekah. Di Masjid Rasul, jemaah haji hanya melaksanakan salat fardu secara berjemaah.

Jemaah Indonesia pada umumnya mengejar salat Arba’in yaitu melaksanakan salat fardu secara berjemaah selama 40 kali berturut-turut. Selebihnya, jemaah melaksanakan salat-salat Nawafil, seperti salat Tahajud di malam hari, salat Rawatib, salat Duha di pagi hingga siang hari.

Sementara kegiatan di Mekah Al-Mukaramah, selain melaksanakan salat-salat sunat, jemaah juga melaksanakan tawaf, baik tawaf wajib maupun tawaf sunat. Di Masjidilharam, tawaf mengelilingi Kabah sebanyak tujuh kali sama dengan salat sunat Tahiyatul Masjid di masjid-masjid yang lain.

Karena tawaf ini, Masjidilharam tidak pernah berhenti beraktivitas. Bahkan di tengah malam sekalipun, jemaah tetap berjubel mengelilingi Kabah dan berebut mencium Hajar Aswad.

Di Masjid Nabawi, kegiatan favorit jemaah adalah menziarahi makam Rasulullah saw., dan makan Abu Bakar Ashiddiq, serta makam Umar bin Khattab yang letaknya di ujung paling depan masjid. Setiap selesai dilaksanakan salat fardu, jemaah yang paling depan keluar masjid sembari melewati tiga makam ini, sementara jemaah di belakangnya menyusul di belakangnya.

Sebelum Masjid Nabawi dibuka 24 jam, jemaah berebut ziarah setiap usai salat fardu atau pada jam-jam salat Duha. Akan tetapi sekarang ini, jemaah memiliki rentang waktu yang cukup lama menziarahi makam Rasul dan dua sahabatnya ini di malam hari.

Hanya saja, setelah pukul 3.00 dini hari, jemaah yang berada di Raudhah tidak mau bergerak lagi. Mereka bertahan di bagian masjid yang paling depan untuk melaksanakan salat subuh di tempat yang mustajab untuk berdoa. Ziarah pun terhenti, menunggu saat salat Subuh tiba.

~ Madinah, Pikiran Rakyat

Cuaca Bisa Berubah Ekstrem
Antisipasi dengan Banyak Minum Air dan Vitamin

Cuaca di tanah suci, diakui Koordinator Balai Pengobatan Haji Indonesia Daerah Kerja (Daker) Madinah, dr. Agus Widyatmoko, Sp.PD., sering berubah. "Kadang panas, tetapi juga kadang dingin di malam hari disertai angin dengan udara yang kering dan lembab, sehingga dapat menyebabkan kulit berbintik-bintik merah dan gatal serta sering mimisan," ujarnya.

Untuk itu, para jemaah diminta untuk mengantisipasi perubahan cuaca itu. Kepada para jemaah haji Indonesia diimbau untuk selalu minum air dan makan buah yang banyak. "Minum tidak perlu sekaligus, tetapi rutin setiap jam satu sampai dua gelas dengan diasupi beberapa vitamin."

Perubahan cuaca yang kadang ekstrem menurut dia, memang merupakan persoalan bagi para jemaah haji yang banyak di antaranya sudah berusia lanjut (uzur). Agus menambahkan, kebanyakan jemaah Indonesia, terutama yang uzur selalu bermasalah dengan kesehatan, karena mereka rentan terkena penyakit seperti influenza, infeksi saluran pernapasan, diare, dan lainnya.

Berdasarkan data Sistem Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat) Depag Daker Madinah, sampai Sabtu (24/11) pukul 20.00 WAS terdapat 7.705 kasus yang dilayani Balai Pengobatan Haji Indonesia (BPHI) Daker Madinah. Yang berobat ke kloter di Daker Madinah sebanyak 7.438 orang, ke sektor 131 orang, BPHI 123 orang dirwat di RS Al-Anshor, Madinah 9 orang, dan wafat sebanyak empat orang.

Burung merpati
Salah satu tanda bahwa di tanah suci sedang musim dingin, juga banyak dijumpai burung-burung merpati berkerumun di depan Masjidil Haram. Tidak jarang, jemaah yang datang ke Masjid Haram, selalu menyempatkan membeli makanan merpati kemudian diberikan kepada burung-burung jinak tapi sulit ditangkap ini.

Burung merpati ini , berbeda dengan jenis merpati Eropa atau Indonesia. Warna bulunya unik dihiasi dengan dua garis melintang mirip pangkat seorang perwira dalam ketentaraan. Merpati, juga menjadi burung kesayangan warga Saudi Arabia, karena terkait dengan sejarah hijrah Nabi Muhammad saw.

Ketika itu Rasulullah bersama Abubakar sedang dikejar kaum Quraisy. Beliau lalu bersembunyi di Gua Hira. Pada saat itulah di pintu gua bersarang laba-laba, dan ada pula merpati sedang bertelur. Karena melihat pintu gua ditutup laba-laba dan ada merpati bertelur, maka kaum Quraisy memastikan tidak mungkin seseorang bisa bersembunyi di dalam gua, Rasulullah dan Abubakar r.a. akhirnya lolos.

Sekarang kumpulan merpati Mekah dapat disaksikan di sudut-sudut Mekah. Kabarnya, ini menjadi petunjuk musim. Semakin banyak burung merpati berkumpul ke Mekah pertanda bahwa tanah suci akan diselimuti musim dingin.

Copet beraksi
Wartawan Pikiran Rakyat yang tergabung dalam Kloter 13 Kabupaten Bandung Nanang Setiawan melaporkan, banyak jemaah haji yang kecopetan di Masjid Nabawi Madinah. "Tadi pagi saja, di kloter kami ada dua orang yang menjadi korban. Belum lagi dari kloter lain. Kasihan mereka, hampir seluruh living cost-nya ludes," ujar Nanang Setiawan, Minggu kemarin.

Oleh karena itu, para jemaah haji yang akan pergi ke tanah suci selalu waspada terhadap tangan-tangan nakal para pencopet. Yang datang ke Masjid Nabawi dan Masjidil Haram, bukan hanya jemaah yang akan beribadah haji saja, tapi para pencopet pun banyak. Mereka datang dengan memanfaatkan kelengahan para jemaah yang sedang berdesak-desakan.

Menurut Nanang, mereka umumnya para wanita berkulit kelam. Mereka awalnya seperti wanita peminta-minta satu-dua riyal. Namun, jika jemaah haji lengah, mereka menggerayangi kantong dan mengambil uang kita. "Ada seorang ibu tua, 1.200 Riyal Saudi Arabia yang dibawanya hari itu hilang semua," ujar Nanang.

Para pembimbing pun hanya bisa mengimbau para jemaahnya untuk selalu hati-hati. Jika ada orang tidak dikenal datang menghampiri meminta sedekah atau tanya itu ini, agar hati-hati. Kalau lengah, apalagi kalau sendiri, akan menjadi sasaran copet.

~ Madinah, Pikiran Rakyat

Tips Agar tak Nyasar di Tanah Suci

SEORANG calon haji (calhaj) asal Kota Bandung, Muhammad Yazid (38), Rabu (28/11) berpesan kepada temannya untuk mencarikan peta Kota Madinah dan Kota Mekah. Sementara itu, temannya--yang juga calhaj asal Kota Bandung--Asep Hidayat (43) mengaku sudah punya kedua peta tersebut.

Persoalan peta Kota Mekah dan Madinah ini, menurut pembimbing utama BPU Haji dan Umroh “Safari Suci”, Dr. K.H. Miftah Faridl, boleh merupakan hal yang sepele. Akan tetapi, sesungguhnya bermakna penting.

“Idealnya memang setiap calhaj punya peta atau setidaknya pembimbingnya memiliki peta dan paham tentang keadaan di tanah suci,” tutur K.H. Miftah Faridl.

Mengapa perlu peta Kota Mekah dan Madinah?

Pembimbing Haji Qiblat Tour, Ir. H.D. Sodik Mudjahid, M.Sc. memandang, peta menjadi petunjuk jalan apabila calhaj ingin pergi ke suatu tempat di tanah suci. “Umumnya, warna dan bentuk bangunan pemondokan di tanah suci mirip sehingga bisa membingungkan calhaj,” kata Sodik.

Bagaimana ikhtiar agar tidak tersesat atau mudah kembali ke pemondokan setelah salat dari Masjid Nabawi atau Masjidilharam?

Pembimbing haji Khalifah Tour, H. Rustam Sumarna menyarankan agar calhaj mengingat bentuk dan warna bangunan yang mencolok. Misalnya, ada hotel yang warna dan bentuk bangunannya berbeda dibandingkan dengan yang lain.

Berkaitan hal ini, wartawan “PR” di Madinah, Nanang Setiawan mengemukakan, ada sejumlah calhaj yang tersesat atau bingung tatkala akan kembali ke pemondokannya seusai salat di Masjid Nabawi.

“Sebagian besar jemaah calhaj Indonesia mungkin nasionalismenya terlalu tinggi sehingga cinta bahasa Indonesia. Akibatnya, sulit menghafal kata-kata atau kalimat dalam bahasa Arab maupun Inggris,” ujar Nanang sambil tertawa tatkala dihubungi melalui saluran telefon internasional dari Madinah, Rabu (28/11).

Dikemukakannya, sebenarnya ada satu hal yang memudahkan jemaah Indonesia bila tersesat yakni bicaralah pakai bahasa Indonesia kepada warga setempat atau pedagang. Sebab, umumnya pedagang di tanah suci memiliki pelayan yang bisa berbahasa Indonesia.

“Cari saja toko yang ada pelayan berwajah Indonesia. Kalaupun tidak ada, nekat saja berbahasa Arab dengan gaya tarzan. Maksudnya, pakai bahasa gerak tangan atau tunjukkan kartu alamat pemondokan atau hotel,” ujar Nanang.

Bagaimana seandainya tidak ada pelayan toko yang bisa berbahasa Indonesia dan kurang berani berbahasa Arab gaya tarzan?

“Tenang saja. Sabar. Tunggu di pinggir jalan. Lihat-lihat ke kanan dan ke kiri. Jika ada askar (petugas keamanan-red.) atau petugas haji, dekati lalu tunjukkan gelang identitas dan paspornya. Insya Allah, mereka akan membantu memberi petunjuk tentang arah jalan kembali ke pemondokan atau tempat tertentu. Biasanya juga petugas askar atau petugas haji Depag akan mengantarkan ke Sektor atau Kantor Daerah Kerja (Daker) Indonesia yang terdekat,” ungkap Nanang.

Sementara itu, dari Mekah, petugas Kloter 01 JKS, H. Yaya Rusmana melaporkan, jemaah kloter yang dipimpinnya sampai sekarang dalam keadaan sehat. Kalaupun ada yang sakit, itu hanya sebatas batuk-batuk.

“Soal yang tersesat, alhamdulillah, hanya beberapa orang dan sudah bisa kembali ke pemondokannya. Biasalah, yang namanya orang baru tentu masih suka bingung melihat arah jalan. Tapi sekarang sudah beberapa hari di Mekah, alhamdulillah, jemaah kloter 01 semuanya hafal jalanan kepergian ke Masjidilharam dan kepulangannya ke pemondokan,” kata Yaya Rusmana ketika dihubungi “PR” di Mekah, Rabu (28/11).

Yaya Rusmana menyarankan, agar jemaah calhaj selalu bersama dengan rombongan kloternya atau rekan-rekannya yang satu pemondokan. Dengan begitu, insya Allah tidak akan tersesat di jalan.

Ingatlah, ungkap Yaya Rusmana, tanda-tanda identitas petugas haji Indonesia di lapangan. Mereka berbaju biru muda dan celana panjang warna biru tua. Bendera Indonesia tersemat di lengan kiri atas, nama petugas di dada kanan, identitas petugas bertuliskan Arab dalam kotak warna hijau di dada kanan.

“Kalau tidak menggunakan seragam tersebut, petugas haji juga dibekali dengan rompi dan jaket berwarna hijau tua bertuliskan ‘Indonesia’ atau ‘Petugas Haji Indonesia’ di bagian belakang baju, serta bendera Indonesia tersemat di dada kiri,” ujar Yaya Rusmana.

Data lainnya yang menjadi ciri dari petugas haji Indonesia adalah kartu identitas diri yang dikalungkan dengan tali merah bertuliskan Petugas Haji Indonesia Tahun 1428H/2007.

Selain itu, jemaah calhaj juga diimbau untuk tidak membawa uang terlalu banyak di dalam tas paspornya. Bawalah uang secukupnya ketika bepergian.

Calhaj Aceh
Berkaitan dengan persoalan pemondokan yang dialami jemaah calhaj asal Aceh, akhirnya ada solusi. Mereka ditempatkan di daerah Sulaemaniah yang letaknya lebih dekat dengan Masjidilharam. Pertimbangannya agar memudahkan perjalanan calhaj kloter 1 dan 2 Aceh yang pada umumnya berusia lanjut dan sulit berjalan kaki.

“Itu adalah keputusan yang dihasilkan dari perundingan antara koordinator jemaah calhaj Aceh dan Kepala Daerah Kerja (Kadaker) Mekah. Jadinya, karena mempertimbangkan banyaknya jemaah calhaj Aceh yang uzur, diputuskan mereka pindah dari lokasi di daerah Sektor 4 di Jumaizah bernomor pondok 123 ke daerah Sektor 2 di Sulaemaniah di nomor pondok 170, 171, dan 172,'' kata Farhan Hamid, anggota Tim Pengawas Haji dari Komisi VIII DPR usai mengunjungi beberapa pemondokan di Mekah, Selasa (27/11).

~ H. Suherlan/Achmad Setiyaji/MCH Mekah, Pikiran Rakyat

Trik Aman Memotret Kabah
IQBAL, Bilal, dan Iput, tiga kakak beradik warga Margahayu Raya difoto memakai kamera HP dengan latar belakang Kabah. Foto ini akan menjadi kenang-kenangan yang tidak mungkin terlupakan bagi mereka.* ENDANG SUPRIATNA/"PR"

SAAT pulang haji, bukan hanya oleh-oleh yang dibawa, tapi juga cerita perjalanan selama di tanah suci. Foto maupun video selama perjalanan ibadah haji memang penting untuk kenang-kenangan dan bahan cerita bagi sanak saudara serta teman di tanah air.

Namun, karena tidak semua tempat diperbolehkan untuk difoto, kita harus menyiasatinya. Jika tidak tahu triknya, jangankan bisa mendapatkan gambar, malah kamera dirampas dan dibanting askar. Selain memotret harus tersembunyi, kita juga harus bisa "menyelundupkan" kamera ke dalam Masjidilharam.

Pemerintah Kerajaan Arab Saudi melarang orang memotret Kabah. Bukan karena haram. Tapi kalau itu diizinkan, tawaf pun akan kacau. Bayangkan, ratusan ribu yang sedang mengelilingi Kabah nanti terus-menerus menjepretkan kamera dan banyak jemaah yang berhenti di depan Kabah untuk diambil fotonya.

Namun, walaupun dilarang, orang selalu "ngakal" untuk bisa mengambil gambar di depan Baitullah ini. Mengapa banyak jemaah begitu besar keinginannnya memotret di depan Kabah? Sebab, semua umat Muslim selalu merindukan bangunan yang didirikan Nabi Ibrahim a.s. ini. Karena itu berpose di depan Kabah akan begitu besar nilainya dibandingkan dengan foto di tempat-tempat lain.

Memotret Kabah

Saya dan seorang teman memang termasuk jemaah yang "ngakal". Tempat-tempat terlarang pun sempat saya ambil gambarnya. Itu karena tertangtang beberapa teman di tanah air. Teman tadi memperlihatkan foto diri sedang membelakangi Kabah. Ia pun memberikan kiat-kiat bagaimana cara "menyelundupkan" kamera masuk ke masjid.

Menurut dia, askar selalu menggeledah saku dan dada jemaah. Baik saku baju maupun kantong celana selalu diperiksa. Para petugas keamanan juga selalu menggeledah kantong atau tas yang dicurigai. Jangankan kamera, handphone saja tidak boleh dibawa masuk ke Masjidilharam. Kalaupun boleh dibawa masuk, HP biasanya harus dimatikan.

Kamera foto bisa "diselundupkan" ke dalam Masjidilharam, bisa dengan berbagai cara. Teman saya ada yang dengan menggenggamnya bersama dengan syal atau kain tipis di tangan. Kepalan tangan, sering luput dari pemeriksaan askar. Bahkan, jika punya celana dalam berkantong, simpan saja kamera dalam kantong celana dalam. Asal, kamera digitalnya yang tipis.

Ada pula yang mengikat kamera di pahanya dengan lakban. Askar jarang bahkan tidak mungkin meraba paha jemaah. Teman lain menyarankan membawa buku tebal bertuliskan huruf Arab. Buku itu bagian tengahnya dilubangi berbentuk kotak pas untuk menyimpan kamera digital tipis. Askar pasti menyangka itu buku doa sehingga diperbolehkan dibawa masuk.

Kalau membawa HP yang ada kameranya, alat ini jangan disimpan dalam tas, tapi disimpan dalam saku. Kalau membawa tas biasanya, para askar selalu memprioritaskan pemeriksaan tas, dan tidak memeriksa saku atau bagian lain. Namun kalau tidak membawa tas, saku pun akan diperiksa. Saat masuk, jemaah juga harus tenang. Kalau gugup, askar pasti akan curiga.

Walaupun kamera sudah bisa dibawa masuk ke masjid, jangan sekali-kali jeprat-jepret sembarangan. Perlu teknik agar tidak ketahuan askar. Caranya setelah tawaf dan berdoa dan melakukan kegiatan ibadah lain, nyalakan kamera. Suruh anak, istri atau teman yang akan difoto berbalik ke arah kita. Jika objek sudah berdiri atau duduk membelakangi Kabah, kamera dipegang dirapatkan dengan perut. Usahakan saat kita akan memfoto, seolah terlihat masih sedang berdoa.

Tetap waspada dan lirik kiri kanan, kalau-kalau ada askar yang memerhatikan. Kalau ketahuan, risikonya dihardik dan kamera dibanting. Bidik objek dan ambil gambar beberapa kali dari berbagai sudut dengan mengubah-ubah sudut pengambilan. Dari sekian jepretan, tentu ada satu dua yang pas dan bagus. Waktu yang bagus untuk memotret sebagainya pagi hari antara pukul 8.00-10.00 saat belum begitu banyak jemaah yang sedang tawaf. Selamat mencoba! Pergi ke Mekah selain sangat mahal, penuh pengorbanan dan kesempatannya jarang terulang. Sayang kalau tidak memiliki foto di depan Kabah.

~ H. Endang S./H. Wawan Djuwarna, Pikiran Rakyat


Lantai Dua Jamarat Selesai Dibangun

Lokasi melontar jumrah atau Jamarat di Mina dipastikan sudah layak untuk dipergunakan jemaah haji. Pemerintah Arab Saudi hingga Minggu (2/12) tampak masih terus melakukan kegiatan penyelesaian pembangunan Jamarat di lantai satu dan dua.

Wartawan "PR" di Mekah, Nanang Setiawan melaporkan, rencananya pemerintah Arab Saudi akan membangun Jamarat lima lantai. Akan tetapi, yang dibangun baru dua lantai. "Para petugas bekerja keras, dari pagi hingga malam," kata Nanang, yang dihubungi melalui saluran telefon internasional, Senin (3/12).

Dirjen Departemen Urusan Perkotaan dan Pedesaan Arab Saudi Wilayah Mekah, Dr. Habib Zainal Abidin yang dikutip suplemen berbahasa Melayu terbitan Jumat (30/11), mengatakan pembangunan pada lantai dua telah selesai. Hal itu dilakukan demi keselamatan jemaah haji ketika pergi melontar ke Jamarat.

"Pada lantai dua sudah dibangun dua jalan menurun dari arah selatan khusus untuk jemaah haji dari Aziziah dan tanjakan Syudqi. Diharapkan jemaah dapat melontar Jamarat di lantai dua. Setelah itu, mereka dapat kembali ke perkemahan di Mina atau pemondokannya," ujar Habib Zainal Abidin.

Adapun jalan menurun lainnya yang berada di sebelah utara, dikhususkan bagi para jemaah haji yang datang dari al-Adl dan Syisyah. "Jalan menurun ini akan mengatur aktivitas pada saat pelontaran, kemudian kembali ke tempat perkemahan mereka tanpa kesulitan," katanya.

Untuk jalur transportasi bolak-balik (Taraddudy) di tingkat dua jembatan pertama, itu akan dilalui oleh jemaah haji dari stasiun persimpangan Jln. Syaikh Abdullah Hayyat dengan Jln. Malik Kholid. Selanjutnya, jemaah dapat melalui terowongan Malik Kholid bawah tanah sebelah selatan di bawah halaman tempat pelontaran Jamarat dan jemaah haji kembali ke perkemahan.

Untuk jalur yang kedua akan dilalui jemaah haji dari wilayah Sya`bain dan Muaishim melalui Jln. Malik Fahd sampai ke terowongan sebelah selatan bawah jembatan tempat pelontaran, lalu ke stasiun sebelah selatan yang sudah dibangun di lantai bawah tanah (basement).

Jalur ketiga diperuntukkan bagi jemaah haji yang datang dari Dukum al-Wabir dan Muzdalifah melalui Jln. Malik Abdul Aziz sampai ke stasiun sebelah utara yang sudah dibangun di lantai bawah tanah jembatan tempat pelontaran.

Pemerintah Arab Saudi yang diwakili Nur Samad Kamba, mengimbau jemaah haji untuk hati-hati ketika melempar jumrah sebab Jamarat masih belum selesai sepenuhnya pembangunannya.

Transportasi aman
Perusahaan transportasi di Kota Mekah telah menyiapkan 2.929 unit bus untuk mengangkut jemaah pada musim haji 1428 H. Angkutan tersebut mulai aktif mengangkut jemaah sejak tanggal 24 Dzulqaidah (4 Desember 2007) hingga 23 Zulhijah (3 Januari 2008).

Ketua Tim Keamanan di Majelis Permusyawaratan Arab Saudi, Ir. Bakar Hamzah Khusaim mengisyaratkan musim haji tahun 1428 H berjalan lancar. Suplemen berbahasa Melayu melansir pernyataan Bakar Hamzah Khusaim, yang menegaskan sikap keras Arab Saudi dalam menghadapi Gerakan Pengacau Keamanan (GPK) setiap hari.
Sejumlah pakar percaya terhadap petugas keamanan dalam menjaga keselamatan musim haji dari gangguan teroris. Kementerian Dalam Negeri Arab Saudi, menurut Bakar Hamzah, mengetahui betul seluk-beluk dan sepak terjang gerakan pengacau sehingga dapat segera diambil tindakan pengamanan. "Pihak keamanan telah berhasil menangkap para teroris pengganggu keamanan," katanya.

~ Mch, Mekah, Pikiran Rakyat

Tak Terlupakan
Terjebak di Tengah "Lautan" Tawaf

JANGAN sekali-kali melakukan tawaf selepas salat Jumat. Selain sinar matahari sedang bersinar sangat terik, juga pada saat itu umat Islam yang melakukan tawaf akan banyak sekali sehingga amat padat. Kalimat tersebut diungkapkan Hj. Cucu Hayati (33) yang melaksanakan ibadah haji tahun 2006. "Saya mendapat amanah untuk ikut mengawal khususnya jemaah haji perempuan," kata wanita berjilbab yang sehari-hari menjadi karyawan Bidang Pelayanan Ibadah dan Haji Pusdai Jabar.

Ditemui "PR" Rabu (28/11), Hj. Cucu mengatakan, ia membawa enam ibu-ibu yang usianya rata-rata di atas 50 tahun atau masuk kategori lanjut usia. "Tinggi ibu-ibu yang saya bawa tersebut, rata-rata sekitar 150 cm. Tubuh mereka juga rata-rata kecil-kecil. Kami benar-benar harus melakukan perjuangan yang sangat berat, karena harus tawaf di tengah ratusan ribu jemaah yang rata-rata berbadan besar dan tinggi," kata Hj. Cucu.

Karena belum pernah pergi ke tanah suci, Hj. Cucu melakukan kesalahan perhitungan saat itu sehingga terjebak saat tawaf. "Padahal, kami semua waktu itu sama-sama belum berpengalaman. Artinya kami semua baru pertama kali menginjakkan kaki di tanah suci. Saat tawaf wajib itu, kami benar-benar harus berjuang di tengah orang lain yang sedang tawaf. Saya harus menyelamatkan enam ibu-ibu yang kecil-kecil tadi saat terseret dan terdorong oleh jemaah haji lainnya," katanya.

Hj. Cucu hanya berpikiran untuk bisa menyelamatkan diri dan jemaahnya sehingga selamat dan menyelesaikan tawafnya, ia tak henti-hentinya berdoa "Allahumma yassir wala tu`assir" (Ya Allah mudahkan urusan ini dan jangan dipersulit). "Alhamdulillah ada orang Timur Tengah yang tinggi besar lalu saya ikuti di belakangnya. Dengan cara itu saya dan jemaah bisa menyelesaikan tawaf dengan selamat," ucapnya.

Terseret dan berbenturan dengan jemaah haji lain juga dialami Hj. Cucu ketika membawa dua jemaah perempuan untuk melontar jumrah di Jamarot. "Kedua jemaah saya suruh memegang lengan saya sehingga seorang jemaah memegang lengan kiri dan satunya di lengan kanan. Dengan memohon kepada Allah, saya dan jemaah sedikit demi sedikit mendekati jumrah Aqabah," katanya.

Setelah selesai jumrah dan perjalanan ke tenda di Mina, Hj. Cucu baru merasakan sakit di kedua tangannya. "Setelah sampai tenda saya amati kedua lengan saya ternyata membiru dan terasa amat pegal dan sakit," kata ibu dua anak ini.

Pekerjaan mengawal jemaah yang "bermasalah" dengan fisiknya juga dilakukan Hj. Cucu ketika melaksanakan tawaf wada sebelum meninggalkan Kota Mekah untuk pulang ke tanah air. "Ada seorang jemaah perempuan yang menderita penyakit asam urat sehingga untuk berjalan kaki saja amat susah. Apalagi untuk melaksanakan tawaf tujuh putaran, di tengah jemaah yang masih begitu banyak," katanya.

Sebelum melaksanakan tawaf, Hj. Cucu meyakinkan jemaah tersebut bahwa ia akan mampu menyelesaikan tawaf meski kakinya susah digerakkan. "Dengan berdoa meminta kepada Allah agar tawaf lancar, saya dan jemaah itu memulai tawaf. Awalnya ia harus menyeret salah satu kakinya. Akan tetapi Alhamdulillah, di putaran keempat, ia sudah bisa berjalan normal. Penyakit asam uratnya langsung sembuh," ungkapnya menambahkan.

~ Sarnapi, Pikiran Rakyat


Komentar

  1. KISAH NYATA..............
    Ass.Saya IBU SERI HASTUTI.Dari Kota Surabaya Ingin Berbagi Cerita
    dulunya saya pengusaha sukses harta banyak dan kedudukan tinggi tapi semenjak
    saya ditipu oleh teman hampir semua aset saya habis,
    saya sempat putus asa hampir bunuh diri,tapi saya buka
    internet dan menemukan nomor Ki Dimas,saya beranikan diri untuk menghubungi beliau,saya dikasi solusi,
    awalnya saya ragu dan tidak percaya,tapi saya coba ikut ritual dari Ki Dimas alhamdulillah sekarang saya dapat modal dan mulai merintis kembali usaha saya,
    sekarang saya bisa bayar hutang2 saya di bank Mandiri dan BNI,terimah kasih Ki,mau seperti saya silahkan hub Ki
    Dimas Taat Pribadi di nmr 081340887779 Kiyai Dimas Taat Peribadi,ini nyata demi Allah kalau saya bohong,indahnya berbagi,assalamu alaikum.

    KEMARIN SAYA TEMUKAN TULISAN DIBAWAH INI SYA COBA HUBUNGI TERNYATA BETUL,
    BELIAU SUDAH MEMBUKTIKAN KESAYA !!!

    ((((((((((((DANA GHAIB)))))))))))))))))

    Pesugihan Instant 10 MILYAR
    Mulai bulan ini (juli 2015) Kami dari padepokan mengadakan program pesugihan Instant tanpa tumbal, serta tanpa resiko. Program ini kami khususkan bagi para pasien yang membutuhan modal usaha yang cukup besar, Hutang yang menumpuk (diatas 1 Milyar), Adapun ketentuan mengikuti program ini adalah sebagai berikut :

    Mempunyai Hutang diatas 1 Milyar
    Ingin membuka usaha dengan Modal diatas 1 Milyar
    dll

    Syarat :

    Usia Minimal 21 Tahun
    Berani Ritual (apabila tidak berani, maka bisa diwakilkan kami dan tim)
    Belum pernah melakukan perjanjian pesugihan ditempat lain
    Suci lahir dan batin (wanita tidak boleh mengikuti program ini pada saat datang bulan)
    Harus memiliki Kamar Kosong di rumah anda

    Proses :

    Proses ritual selama 2 hari 2 malam di dalam gua
    Harus siap mental lahir dan batin
    Sanggup Puasa 2 hari 2 malam ( ngebleng)
    Pada malam hari tidak boleh tidur

    Biaya ritual Sebesar 10 Juta dengan rincian sebagai berikut :

    Pengganti tumbal Kambing kendit : 5jt
    Ayam cemani : 2jt
    Minyak Songolangit : 2jt
    bunga, candu, kemenyan, nasi tumpeng, kain kafan dll Sebesar : 1jt

    Prosedur Daftar Ritual ini :

    Kirim Foto anda
    Kirim Data sesuai KTP

    Format : Nama, Alamat, Umur, Nama ibu Kandung, Weton (Hari Lahir), PESUGIHAN 10 MILYAR

    Kirim ke nomor ini : 081340887779
    SMS Anda akan Kami balas secepatnya

    Maaf Program ini TERBATAS . KLIKDISINI UANG GOIP DIMAS KANJENG TAAT PERIBADI

    BalasHapus
  2. INI ADALAH TAHUN BARU LAGI, APAKAH ANDA USAHA MAN / WANITA, A PEKERJA DI ORGANISASI, Wiraswasta? Membutuhkan pinjaman pribadi untuk bisnis tanpa stres, Jika demikian, hubungi kami hari ini, kami menawarkan pinjaman tahun baru pada tingkat bunga rendah dari 2%, Anda dapat memulai tahun baru dengan senyum di wajah Anda, keselamatan, kebahagiaan kami pelanggan adalah kekuatan kita. Jika Anda tertarik, mengisi formulir aplikasi pinjaman di bawah ini:
    Informasi Peminjam:

    Nama lengkap: _______________
    Negara: __________________
    Sex: ______________________
    Umur: ______________________
    Jumlah Pinjaman Dibutuhkan: _______
    Durasi Pinjaman: ____________
    Tujuan pinjaman: _____________
    Nomor ponsel: ________

    Untuk informasi lebih lanjut silahkan hubungi kami sekarang melalui email: gloryloanfirm@gmail.com

    BalasHapus
  3. KABAR BAIK!!!

    Nama saya Aris. Saya ingin menggunakan media ini untuk mengingatkan semua pencari pinjaman sangat berhati-hati karena ada penipuan di mana-mana. Beberapa bulan yang lalu saya tegang finansial, dan putus asa, saya telah penipuan oleh beberapa pemberi pinjaman online. Saya hampir kehilangan harapan sampai Tuhan menggunakan teman saya yang merujuk saya ke pemberi pinjaman sangat handal disebut Ibu Cynthia meminjamkan pinjaman tanpa jaminan dari Rp800,000,000 (800 Juta) dalam waktu kurang dari 24 jam tanpa tekanan atau stres dengan tingkat bunga hanya 2%.

    Saya sangat terkejut ketika saya memeriksa saldo rekening bank saya dan menemukan bahwa jumlah yang saya diterapkan untuk dikirim langsung ke rekening saya tanpa penundaan. Karena saya berjanji bahwa saya akan berbagi kabar baik sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi, jika Anda membutuhkan pinjaman apapun, silahkan menghubungi dia melalui email: cynthiajohnsonloancompany@gmail.com dan oleh kasih karunia Allah dia tidak akan pernah mengecewakan Anda dalam mendapatkan pinjaman jika Anda mematuhi perintahnya.

    Anda juga dapat menghubungi saya di email saya: ladymia383@gmail.com dan kehilangan Sety saya diperkenalkan dan diberitahu tentang Ibu Cynthia Dia juga mendapat pinjaman baru dari Ibu Cynthia Anda juga dapat menghubungi dia melalui email-nya: arissetymin@gmail.com sekarang, semua yang akan saya lakukan adalah mencoba untuk memenuhi pembayaran pinjaman saya yang saya kirim langsung ke rekening bulanan.

    BalasHapus
  4. AKHIR TAHUN PINJAMAN DI RATE SANGAT RENDAH.
    Halo, aku Mrs. Sandra Ovia, pemberi pinjaman uang pribadi, yang Anda dalam utang? Anda membutuhkan dorongan keuangan? pinjaman untuk mendirikan sebuah bisnis baru, untuk bertemu dengan tagihan Anda, memperluas bisnis Anda di tahun ini dan juga untuk renovasi rumah Anda. Aku memberikan pinjaman untuk lokal, internasional dan juga perusahaan pada tingkat bunga yang sangat rendah dari 2%. Anda dapat menghubungi kami melalui Email: (sandraovialoanfirm@gmail.com)
    Anda dipersilakan untuk perusahaan pinjaman kami dan kami akan memberikan yang terbaik dari layanan kami.

    BalasHapus
  5. Halo Semua, nama saya Ibu Najwa Mohamed seorang wanita yang tinggal di Indonesia, dan saya bekerja dengan sebuah negara kompensasi bersatu, dan kami telah mendengar dan juga meminjam dari perusahaan pinjaman, dengan cepat saya ingin menggunakan media ini untuk memberitahukan ke seluruh Indonesia untuk mencari untuk pinjaman internet Sangat hati-hati, hati-hati Berhati-hatilah untuk tidak jatuh di tangan scammers dan penipu, ada banyak kreditor kredit palsu di sini di internet dan beberapa di antaranya asli dan nyata,
    Saya ingin melempar testimonial tentang bagaimana Tuhan menuntun saya kepada pemberi pinjaman sebenarnya dan dana pinjaman Real telah mengubah hidup saya dari rumput menjadi Grace, setelah saya tertipu oleh beberapa kreditor kredit di internet, saya kehilangan banyak uang untuk membayar biaya pendaftaran. . . , Garansi, pajak, dan setelah pembayaran saya masih belum mendapat pinjaman saya.
    Setelah berbulan-bulan berusaha mendapatkan pinjaman di internet dan jumlah uang yang dihabiskan tanpa mendapat pinjaman dari perusahaan mereka, maka saya menjadi sangat putus asa untuk mendapatkan pinjaman dari kreditor kredit genue online yang tidak akan meningkatkan rasa sakit saya jadi saya memutuskan untuk Hubungi teman saya yang baru saja mendapatkan pinjaman online, kami mendiskusikan kesimpulan kami mengenai masalah ini dan dia bercerita tentang seorang wanita bernama Ibu Rika Anderson, seorang CEO Rika Anderson Loan Company.
    Jadi saya mengajukan permohonan untuk jumlah pinjaman (Rp400.000.000) dengan tingkat bunga rendah 2%, tidak mengurus se umur saya, karena saya mengatakan kepadanya apa yang ingin saya gunakan untuk membangun bisnis saya dan pinjaman saya telah disetujui dengan mudah. Tidak ada tekanan dan semua persiapan yang dilakukan dengan transfer kredit dan dalam waktu kurang dari 24 jam setelah mendapatkan sertifikat yang diminta telah disetorkan ke bank dan impian saya masuk. Jadi saya ingin saran yang memerlukan panggilan pinjaman cepat sekarang atau email via: rikaandersonloancompany@gmail.com
    Dia tidak tahu bahwa saya melakukan ini. Saya berdoa agar Tuhan memberkati dia atas hal-hal baik yang telah dia lakukan dalam hidup saya. Anda juga bisa menghubungi saya di najwamohamedh@gmail.com selamat hari ..

    BalasHapus
  6. KABAR BAIK!!!

    Nama saya Aris Mia, saya ingin menggunakan media ini untuk mengingatkan semua pencari pinjaman sangat berhati-hati, karena ada penipuan di mana-mana, mereka akan mengirim dokumen perjanjian palsu untuk Anda dan mereka akan mengatakan tidak ada pembayaran dimuka, tetapi mereka adalah orang-orang iseng, karena mereka kemudian akan meminta untuk pembayaran biaya lisensi dan biaya transfer, sehingga hati-hati dari mereka penipuan Perusahaan Pinjaman.

    Beberapa bulan yang lalu saya tegang finansial dan putus asa, saya telah tertipu oleh beberapa pemberi pinjaman online. Saya hampir kehilangan harapan sampai Tuhan digunakan teman saya yang merujuk saya ke pemberi pinjaman sangat handal disebut Ibu Cynthia, yang meminjamkan pinjaman tanpa jaminan dari Rp800,000,000 (800 juta) dalam waktu kurang dari 24 jam tanpa tekanan atau stres dan tingkat bunga hanya 2%.

    Saya sangat terkejut ketika saya memeriksa saldo rekening bank saya dan menemukan bahwa jumlah yang saya diterapkan, telah dikirim langsung ke rekening bank saya tanpa penundaan.

    Karena saya berjanji bahwa saya akan membagikan kabar baik, sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi, jika Anda membutuhkan pinjaman apapun, silahkan menghubungi dia melalui email nyata: cynthiajohnsonloancompany@gmail.com dan oleh kasih karunia Allah ia tidak akan pernah mengecewakan Anda dalam mendapatkan pinjaman jika Anda menuruti perintahnya.

    Anda juga dapat menghubungi saya di email saya: ladymia383@gmail.com dan Sety yang memperkenalkan dan bercerita tentang Ibu Cynthia, dia juga mendapat pinjaman baru dari Ibu Cynthia, Anda juga dapat menghubungi dia melalui email-nya: arissetymin@gmail.com sekarang, semua akan saya lakukan adalah mencoba untuk memenuhi pembayaran pinjaman saya bahwa saya kirim langsung ke rekening mereka bulanan.

    Sebuah kata yang cukup untuk bijaksana.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kematian Menurut Islam

Tabung Haji Umroh

Doa-doa Nabi dan Rasul yang Mustajab