Ikhlas

Ikhlas adalah Amal tanpa Harap Balasan Apa pun.

Seorang manusia tidak akan meningkat kemuliaannya di mata Allah hanya karena amal, ibadah, sikap, dan kata-kata baiknya semata. Karena tentu saja semua itu sudah menjadi perbuatan yang harus dilakukan seorang muslim sepanjang hidup mereka, jika ingin mendapat balasan yang besar di hari pembalasan kelak di akhirat.

Akan tetapi, ada faktor terpenting yang harus diperhatikan sebelum semuanya itu saat melakukan amal ibadah, yaitu tingkat kedekatan yang dirasakan seorang hamba dengan Allah. Intinya penentu yang tidak kalah penting seseorang masuk surga bukanlah karena banyaknya perbuatan kebaikan yang dilakukan pada saat dia hidup di dunia, melainkan bagaimana seseorang selalu menghadap kepada Allah dengan kebersihan dan keikhlasan hati. Keikhlasan dalam arti memenuhi perintah Allah tanpa mempertimbangkan keuntungan pribadi atau balasan apa pun.

Seseorang yang ikhlas akan menghadap kepada Allah dengan hatinya dan hanya ingin mendapatkan ridha-Nya atas setiap perbuatan, langkah, kata-kata, dan doanya. Jadi, ia benar-benar yakin kepada Allah dan hanya mencari kebajikan semata.

~ Harun Yahya

Ikhlas itu merupakan sifat taat kepada Allah yaitu sungguh-sungguh taat.

"Padahal mereka tidak disuruh kecuali menyembah Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya. Dalam melaksanakan ajaran agama" (Al-Bayyinah:5).

Ikhlas itu berarti bersih (bersih dari syirik)

"Ingatlah, hanya kepunyaan Allah lah agama yang ikhlas" (Al-Zumar:3).

"Ikhlas adalah niat yang benar selalu bersama Allah."
~ Ibrahim bin Adam

"Ikhlas dalam amal adalah tidak menghendaki balasan dunia maupun akhirat."
~ Ruwaim

"Ikhlas adalah tidak mengharap keuntungan dari amal, sebab yang demikian itu adalah sifat Tuhan."
~ Al-Qadli Abu Bakar al Bayhaqi

"Ikhlas adalah lupa melihat makhluk karena hanya melihat Tuhan Maha Pencipta saja."
~ Abu Utsman

Kesimpulan ikhlas adalah istiqomah pada jalan Allah, ikhlas adalah tidak musyrik, ikhlas adalah lawan riya.

Setiap sesuatu itu bisa ia campuri oleh yang lain. Apabila ia bersih dari campuran lainnya maka ia disebut murni, murni itulah ikhlas; perbuatannya murni, itulah perbuatan yang ikhlas.

Ikhlas itu dalam aqidah adalah lawan isyrak (persekutuan). Bila tuhan lebih dari satu berarti tuhan itu tidak murni, tuhan bercampur dengan selain tuhan, bila tuhan tidak murni maka itu berarti tidak ikhlas.

Di sini ikhlas berarti tidak syirik. Ikhlas dan syirik itu sering datang bergantian di dalam hati, untuk membedakannya ditentukan oleh niat.

"Orang yang ikhlas adalah orang yang menyembunyikan amal baiknya seperti ia menyembunyikan amal buruknya."
~ Ya'qub al-Makfuf

"Bahagialah orang yang melakukan kebaikan selangkah tetapi karena Allah."
~ Sulaiman

"Barang siapa ikhlas niatnya maka Allah akan memudahkannya berurusan dengan manusia." 
~ Umar bin Khattab

Salah satu konsep ikhlas ialah wajar.
Menolong orang, bila kita sanggup, adalah wajar. Ucapan terima kasih dari yang menolong tidak ada hubungannya dengan perbuatan menolong. Bila kita tersinggung karena yang ditolong tidak berterima kasih, maka pertolongan kita itu tidak ikhlas karena tidak wajar, tidaklah wajar mengharap orang mengucapkan terima kasih karena kita telah menolongnya.

Bagaimana mempraktekkan ikhlas itu dalam kehidupan sehari-hari?
Untuk menjawab pertanyaan ini cukup bila kita mengambil definisi ikhlas sebagai wajar.

Adalah wajar bila isteri melayani suaminya secara ikhlas, artinya isteri itu melayani suaminya konsisten menurut aturan Tuhan. Suami juga wajib melayani isterinya secara ikhlas yaitu sesuai dengan aturan Tuhan dan itu dilakukan secara konsisten atau istiqomah.

Seorang atasan harus melayani bawahannya secara ikhlas, itu wajar, caranya sesuai dengan aturan dan dilakukan secara konsisten. Karyawan harus bekerja secara jujur, produktivitas tinggi, loyalitas tinggi. Ini semua wajar, bila dilakukan konsisten dan sesuai aturan maka karyawan itu telah bekerja secara ikhlas.

Koruptor adalah karyawan yang bekerja tidak ikhlas, maka institusi tempat ia bekerja pasti akan mengalami kemunduran atau kehancuran sama sekali.

Keikhlasan akan menghasilkan kemajuan, persaudaraan, loyalitas, kedamaian, dan produktivitas tinggi. Itu semua bertumpu pada penyebab: sesuai aturan dan konsisten.

Bila seseorang bekerja secara tidak ikhlas maka akan muncul akibat akibat sebaliknya: kemunduran, permusuhan, tidak loyal, produktivitas kerja menurun. Pada tingkat ekstrem karyawan tidak ikhlas dapat melakukan sabotase pada institusi tempat ia bekerja.

Jadi, keikhlasan sangat penting dan tidak ikhlas sangat berbahaya. Ikhlas menjamin berjalannya kehidupan, tidak ikhlas akan menghancurkan kehidupan.

Orang yang ikhlas (mukhlashin) tidak akan mampu diganggu setan. Jadi orang yang ikhlas tidak usah takut kepada setan. Iblis itu nenek moyang setan. Karena itu shufi Ma'ruf al-Karkhi memukul dirinya dan berkata "Hai diri, ikhlaskanlah, niscaya kamu terlepas." Maksudnya, terlepas dari godaan setan.

Firman Allah :
Iblis menjawab: " Demi kekuasaan Engkau aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis di antara mereka." (QS Shaad 82-83)

Di ceritakan Ada seorang ahli ibadah yang mengunjungi suatu kaum, kaum itu mengadu kepadanya bahwa di tempat mereka itu ada pohon yang sering disembah penduduk, mereka tidak menyembah Allah. Ahli ibadah (abid) itu marah, lantas ia membawa kampak akan menebang pohon itu.

Iblis (nenek moyang setan) dalam bentuk seorang syekh menyambutnya dan berkata "Hendak kemana kamu, mudah mudahan Allah merahmati kamu."

Ahli ibadah itu menjawab "Saya hendak menebang pohon ini."

Iblis berkata "Apa urusanmu dengan pohon itu, kamu telah meninggalkan ibadahmu."

Ahli ibadah itu menjawab "Sesungguhnya ini sebagian dari ibadahku."

Iblis berkata "Aku tidak membiarkanmu menebangnya."

Lantas iblis itu berkelahi dengan ahli ibadah itu. Ahli ibadah itu berhasil menangkap iblis itu dan membantingnya ke tanah dan didudukinya iblis itu.

Iblis berkata "Lepaskan aku agar aku dapat berbicara denganmu."

Ahli ibadah itu berdiri, lantas iblis berkata "Sesungguhnya Allah telah menggugurkan kewajibanmu menebang pohon itu; menebang pohon itu adalah tugas nabi, bukan tugasmu kecuali bila nabi menyuruhmu."

Abid itu menjawab "Aku akan menebangnya."

Kemudian abid berkelahi kembali dengan iblis itu dan ia berhasil membantingnya ke tanah dan menduduki dada iblis itu.

Maka iblis berkata "Apakah tidak ada keputusan yang lebih baik untuk menyelesaikan urusan kita?"

Abid bertanya "Apa itu?"

"Lepaskan dahulu aku" kata iblis itu "supaya aku dapat mengatakan sesuatu kepadamu."

Abid melepaskannya. Iblis itu berkata "Kamu adalah orang miskin yang bergantung pada orang lain, maukah kamu melebihi orang-orang itu sehingga kamu dapat membantu tetanggamu, kamu kenyang dan tidak lagi memerlukan bantuan orang lain."

Abid menjawab "Ya."

"Pulanglah" kata iblis "aku akan menyelipkan di bawah bantalmu dua dinar setiap malam. Uang itu bisa membantu tetanggamu sehingga kamu lebih berguna bagi saudaramu, itu lebih baik dari pada kamu menebang pohon itu."

Abid kemudian berpikir dan ia berkesimpulan "Syekh itu benar, saya bukan seorang nabi, Allah tidak mewajibkan saya menebang pohon itu, nabi pun tidak, menerima uang lebih bermanfaat bagi orang banyak ketimbang menebang pohon itu."

Lantas Abid itu kembali ke tempat ibadahnya. Pagi pagi ada dua dinar dekat kepalanya, ia mengambilnya, begitu juga keesokan harinya. Pada pagi hari yang ketiga uang itu tidak ada.

Abid itu marah, ia mengambil kampaknya lagi hendak menebang pohon itu. la disambut iblis yang menyamar seorang syekh.

Syekh (sebenarnya iblis) bertanya "Kemana?"

Kata abid "Saya akan menebang pohon itu."

Iblis berkata "Kamu berdusta, kamu tidak akan mampu melakukannya."

Lalu abid itu memegang iblis tersebut hendak menangkapnya.

Kata iblis "kamu tidak akan sanggup."

Bahkan iblis yang sanggup membanting ahli ibadah itu dan menduduki dadanya sambil berkata "Akan kamu teruskan menebang pohon itu atau aku akan menyembelihmu."

Iblis berkata "Hai ahli ibadah, maukah kamu tahu mengapa kau kalah? Sesungguhnya mula-mula kamu marah karena Allah, lalu aku kalah, kali ini kamu marah karena uang (dunia) lalu kamu saya kalahkan."

Dalam cerita di atas ikhlas itu ialah melakukan sesuatu karena Allah, bukan karena dunia tetapi karena Allah.

~ Prof. Dr. Ahmad Tafsir

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kematian Menurut Islam

Tabung Haji Umroh

Doa-doa Nabi dan Rasul yang Mustajab