Ridha
Ridha Allah kepada hamba-Nya adalah berupa tambahan kenikmatan, pahala, dan ditinggikan derajat kemuliaannya.
Sedangkan ridha seorang hamba kepada Allah mempunyai arti menerima dengan sepenuh hati aturan dan ketetapan Allah. Menerima aturan Allah ialah dengan melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya.
Adapun menerima ketetapannya adalah dengan cara bersyukur ketika mendapatkan nikmat dan bersabar ketika ditimpa musibah.
Dalam kasus tertentu ridha dan ikhlas menunjuk pada pengertian yang sama. Namun sebenarnya ridha dan ikhlas adalah dua hal yang berbeda.
Ridha berarti rela yang berhubungan dengan takdir (qadha dan qadar) dari Allah SWT. Ridha adalah mempercayai sesungguh-sungguhnya bahwa apa yang menimpa kepada kita, baik suka maupun duka adalah yang terbaik menurut Allah. Dan apapun yang digariskan oleh Allah SWT kepada hamba-Nya pastilah akan berdampak baik pula bagi hamba-Nya.
Walhasil: ridha berkaitan dengan sikap hati yang rela menerima apa yang menjadi takdir hidupnya. Karena yakin dibalik itu semua ada hikmah dan kebaikan buat dirinya.
Sedangkan ikhlas berkaitan dengan tidak adanya penyekutuan dan unsur riya dalam amal perbuatan seorang hamba. Semua yang dikerjakannya murni karena Allah SWT semata.
Ridha bermakna menerima semua realita takdir dan ketentuan Allah dengan senang hati, ikhlas, lapang dada, bahagia, tanpa merasa kecewa atau marah. Walaupun ketentuan Allah tersebut tidak sesuai dengan keinginan kita dan kadang membawa kita pada kesedihan.
Kadang realita kehidupan memang ada yang membawa kita pada kekecewaan dan kesedihan. Tapi kalau kita bisa ridha menerima semuanya dan mengembalikan semua kejadian pada Penguasa Segala Kejadian (Allah), maka kita akan terbebas dari rasa kekecewaan dan kesedihan hingga kita pun bisa berlapang dada menerima kenyataan hidup, ridha menerima ketentuan-Nya.
Karena sesungguhnya, tidak ada ketentuan-Nya yang buruk, semua pasti ada hikmahnya, hanya saja memang kadang butuh waktu bagi kita untuk memahami, hikmah apa yang terkandung dalam setiap ketentuan-Nya.
Dalam hadits atha’, Ibnu Abbas berkata: Ketika Rasulullah SAW menemui sahabat – sahabat Anshor, Beliau bersabda: ”apakah kamu orang – orang mukmin?” , lalu mereka diam, maka berkatalah Umar : “ Ya, Rasulullah”. Beliau SAW bersabda lagi: “ apakah tanda keimananmu?”, mereka berkata: “ kami bersyukur menghadapi kelapangan, bersabar menghadapi bencana, dan ridha dengan qada’ ketentuan Allah”, kemudian Nabi SAW bersabda lagi:”Orang- orang mukmin yang benar, demi Tuhan Ka’ba”.
Dalam hadits diatas diterangkan dengan jelas bahwa ridha merupakan tanda dari keimanan seseorang, ridha adalah suatu maqam mulia karena didalamnya terhimpun tawakal dan sabar.
Namun kadang ada orang yang salah persepsi dalam memahami ridha dengan suatu pengertian pasrah tanpa usaha. Padahal menyerah pasrah dalam suatu keadaan, yang berupa pasrah secara total tanpa usaha sama sekali, tanpa ikhtiar sedkitpun untuk mencari jalan keluar, adalah pemahaman yang salah dari ridha. Karena ridha bukan berarti menerima begitu saja segala hal yang menimpa kita tanpa ada usaha sedikit pun untuk mengubahnya.
Ridha tidak sama dengan pasrah. Ketika sesuatu yang tidak diinginkan datang menimpa kita, kita memang dituntut untuk ridha menerimanya. Dalam pengertian kita meyakini bahwa apa yang telah menimpa kita itu adalah takdir yang telah Allah tetapkan untuk kita, namun kita tetap dituntut untuk berusaha. Allah berfirman, ”…..Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri…..” (QS Ar Ra’d ayat 11).
Jadi, ridha menuntut adanya usaha aktif, dan itu sangat berbeda dengan sikap pasrah yang menerima kenyataan begitu saja tanpa ada usaha untuk mengubahnya. Walaupun di dalam ridha terdapat makna yang hampir sama dengan pasrah yaitu menerima dengan lapang dada suatu perkara, namun di dalam ridha dituntut adanya usaha untuk mengubah kondisi yang ada, misalnya saat kita sakit, kita wajib berusaha dan berikhtiar untuk sembuh dengan cara berobat.
Berikut beberapa keutamaan ridha dalam Al Quran.
Jikalau mereka sungguh-sungguh ridha dengan apa yang diberikan Allah dan Rasul-Nya kepada mereka dan berkata “cukuplah Allah bagi kami, Allah akan memberikan sebagian dari karunia-Nya dan demikian (pula) Rasul-Nya, sesungguhnya kami adalah orang-orang uyang berharap kepada Allah” (tentunya yang demikian itu lebih baik bagi mereka) (QS. At Taubah ayat 59)
Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah syurga ‘Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepadaNya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya. (QS.Al bayyinah ayat 8)
Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepda Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai didalamnya selama-lamanya. Mereka kekal didalamnya. Itulah kemenangan yang besar. (QS. At Taubah ayat 100)
“….Allah ridha terhadap mereka, dan merekapun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya. Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya hizbullah itu adalah golongan yang beruntung.” (QS. Al Mujaadilah ayat 22)
Sabar adalah tingkatan pertama.Saat mendapatkan masalah, seseorang harus sabar.Tetapi sebenarnya, ia masih punya keinginan: keinginan agar jangan ditimpakan masalah.
Setelah bisa sabar, seseorang baru bisa menanjak ke ridho.
Ridha adalah menerima. Mendapatkan kebahagiaan, ia ridha. Demikian pula mendapatkan kesusahan, ia juga ridha. Tetapi seseorang belum sampai. Dalam tingkatan ridha ini, ia masih memiliki keinginan sendiri. Ia lebih merasa nyaman dalam kesenangan.
Tingkatan terakhir adalah ikhlas.
Ikhlas adalah, tidak ada lagi keinginan si aku. Tujuannya hanya Allah SWT. Tidak ada lagi harapan untuk mendapatkan pujian manusia. Semuanya sudah dipasrahkan kepada Allah SWT. Tidak ada lagi keinginan menunggu terima kasih manusia. Karena itu pula, salah seorang isteri Rasulullah SAW mempunyai kebiasaan memberi kepada anak kecil. Kadang-kadang anak kecil mengambil pemberian sambil merebut, kemudian lari terbirit-birit. Itulah anak kecil. Sepi dari terima kasih.
Ikhlas dan Ridho kepada Ketetapan-Nya
Didalam ikhlas ...
tak ada rasa lelah untuk selalu menunggu,
tak ada rasa lelah untuk menanti,
tak juga bosan untuk mengantri.
Didalam Ikhlas
tak akan pernah ada luka batin,
tiak ada sakit hati, tidak pula ada rasa benci. -
Didalam Ikhlas
tak ada buruk sangka,
tak ada keluh kesah,
tak juga ada fitnah. –
Didalam Ikhlas
tidak ada rasa amarah dan emosi.
Didalam Ikhlas
tak ada rasa takut,
tak ada khawatir dan cemas,
tak juga ada rasa was-was.
Didalam Ikhlas itulah keridhaan itu terbentuk…..
Dan di dalam Keridhaan itulah keikhlasan teruji.
Keridhaan dan keikhlasan
adalah segala sesuatu yang kita sandarkan
hanya kepada Allah semata.
Hanya Allah lah yang berhak
untuk memberikan ke ikhlasan
ke dalam hati hamba-hamba-Nya.
Ingatlah jika kita Ikhlas dan Ridha pada Ketetapan-Nya,
maka Allah pun akan Ridha kepada kita.
“Berkaitan dengan Ikhlas, aku bertanya kepada Jibril. apakah Ikhlas itu ?
Lalu Jibril berkata, “Aku bertanya kepada Tuhan Yang Maha Suci tentang Ikhlas, apakah Ikhlas itu sebenarnya ?”
Allah SWT Menjawab “Ikhlas adalah suatu Rahasia dari Rahasia-Ku yang Aku tempatkan di hati hamba-hamba-Ku yang Ku-cintai.”
(HR. Al-Qazwini)
(¯`*•.¸☆♥ Ikhlas ,Ridha,dan Tersenyumlah ♥☆¸.•*´¯)
بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم
Assalamu'allaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Sahabat saudaraku fillah...
Mari kita
Belajar BERSYUKUR walau KEKURANGAN
Belajar IKHLAS walau TAK RELA
Belajar TAAT walau BERAT
Belajar MEMAHAMI walau TAK SEHATI
Belajar SETIA walau BANYAK GODAAN
Belajar MEMBERI walau TAK SEBERAPA
Belajar MENGASIHI walau DISAKITI
Belajar TENANG walau sedang GELISAH
Belajar PERCAYA walaupun SUSAH
Percaya bahwa Allah Subhanahu wa ta'ala masih sanggup menolong kita..
Berterima kasih kepada orang yang telah..
MELUKAI HATI kita karena dia telah membuat HATI kita KUAT…
MEMBOHONGI kita karena dia membuat HIDUP kita makin BIJAKSANA…
MEMBENCI kita karena dia yang MENGASAH KETEGARAN kita…
Dan MENYAYANGI kita karena itulah ANUGERAH TERINDAH dalam hidup kita..♥
Sahabatku sayang...
Mari kita
Tersenyum andai diri kita dilukai
Tersenyum andai diri kita dilupakan
Tersenyum andai diri kita dikhianati
Tersenyum andai diri kita ditindas
Tersenyum andai diri kita dibebani
Tersenyum andai diri kita disakiti
karena senyum itu obat segalanya.
INSYA ALLAH
Keep Istiqomah ♥♥ senyum it's sunnah (^__^)
Silahkan share,
Semoga bermanfaat..
*¨¨*•♪ღ♪*•.¸ ¸¸*¨¨*•♪ღ♪*•.¸ ¸¸*¨¨*•♪ღ♪*•.¸ ¸
❀SaLaM SantuN Erat SiLatuRahmi dan UkhuWaH FillaH❀
Sedangkan ridha seorang hamba kepada Allah mempunyai arti menerima dengan sepenuh hati aturan dan ketetapan Allah. Menerima aturan Allah ialah dengan melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya.
Adapun menerima ketetapannya adalah dengan cara bersyukur ketika mendapatkan nikmat dan bersabar ketika ditimpa musibah.
Dalam kasus tertentu ridha dan ikhlas menunjuk pada pengertian yang sama. Namun sebenarnya ridha dan ikhlas adalah dua hal yang berbeda.
Ridha berarti rela yang berhubungan dengan takdir (qadha dan qadar) dari Allah SWT. Ridha adalah mempercayai sesungguh-sungguhnya bahwa apa yang menimpa kepada kita, baik suka maupun duka adalah yang terbaik menurut Allah. Dan apapun yang digariskan oleh Allah SWT kepada hamba-Nya pastilah akan berdampak baik pula bagi hamba-Nya.
Walhasil: ridha berkaitan dengan sikap hati yang rela menerima apa yang menjadi takdir hidupnya. Karena yakin dibalik itu semua ada hikmah dan kebaikan buat dirinya.
Sedangkan ikhlas berkaitan dengan tidak adanya penyekutuan dan unsur riya dalam amal perbuatan seorang hamba. Semua yang dikerjakannya murni karena Allah SWT semata.
Ridha bermakna menerima semua realita takdir dan ketentuan Allah dengan senang hati, ikhlas, lapang dada, bahagia, tanpa merasa kecewa atau marah. Walaupun ketentuan Allah tersebut tidak sesuai dengan keinginan kita dan kadang membawa kita pada kesedihan.
Kadang realita kehidupan memang ada yang membawa kita pada kekecewaan dan kesedihan. Tapi kalau kita bisa ridha menerima semuanya dan mengembalikan semua kejadian pada Penguasa Segala Kejadian (Allah), maka kita akan terbebas dari rasa kekecewaan dan kesedihan hingga kita pun bisa berlapang dada menerima kenyataan hidup, ridha menerima ketentuan-Nya.
Karena sesungguhnya, tidak ada ketentuan-Nya yang buruk, semua pasti ada hikmahnya, hanya saja memang kadang butuh waktu bagi kita untuk memahami, hikmah apa yang terkandung dalam setiap ketentuan-Nya.
Dalam hadits atha’, Ibnu Abbas berkata: Ketika Rasulullah SAW menemui sahabat – sahabat Anshor, Beliau bersabda: ”apakah kamu orang – orang mukmin?” , lalu mereka diam, maka berkatalah Umar : “ Ya, Rasulullah”. Beliau SAW bersabda lagi: “ apakah tanda keimananmu?”, mereka berkata: “ kami bersyukur menghadapi kelapangan, bersabar menghadapi bencana, dan ridha dengan qada’ ketentuan Allah”, kemudian Nabi SAW bersabda lagi:”Orang- orang mukmin yang benar, demi Tuhan Ka’ba”.
Dalam hadits diatas diterangkan dengan jelas bahwa ridha merupakan tanda dari keimanan seseorang, ridha adalah suatu maqam mulia karena didalamnya terhimpun tawakal dan sabar.
Namun kadang ada orang yang salah persepsi dalam memahami ridha dengan suatu pengertian pasrah tanpa usaha. Padahal menyerah pasrah dalam suatu keadaan, yang berupa pasrah secara total tanpa usaha sama sekali, tanpa ikhtiar sedkitpun untuk mencari jalan keluar, adalah pemahaman yang salah dari ridha. Karena ridha bukan berarti menerima begitu saja segala hal yang menimpa kita tanpa ada usaha sedikit pun untuk mengubahnya.
Ridha tidak sama dengan pasrah. Ketika sesuatu yang tidak diinginkan datang menimpa kita, kita memang dituntut untuk ridha menerimanya. Dalam pengertian kita meyakini bahwa apa yang telah menimpa kita itu adalah takdir yang telah Allah tetapkan untuk kita, namun kita tetap dituntut untuk berusaha. Allah berfirman, ”…..Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri…..” (QS Ar Ra’d ayat 11).
Jadi, ridha menuntut adanya usaha aktif, dan itu sangat berbeda dengan sikap pasrah yang menerima kenyataan begitu saja tanpa ada usaha untuk mengubahnya. Walaupun di dalam ridha terdapat makna yang hampir sama dengan pasrah yaitu menerima dengan lapang dada suatu perkara, namun di dalam ridha dituntut adanya usaha untuk mengubah kondisi yang ada, misalnya saat kita sakit, kita wajib berusaha dan berikhtiar untuk sembuh dengan cara berobat.
Berikut beberapa keutamaan ridha dalam Al Quran.
Jikalau mereka sungguh-sungguh ridha dengan apa yang diberikan Allah dan Rasul-Nya kepada mereka dan berkata “cukuplah Allah bagi kami, Allah akan memberikan sebagian dari karunia-Nya dan demikian (pula) Rasul-Nya, sesungguhnya kami adalah orang-orang uyang berharap kepada Allah” (tentunya yang demikian itu lebih baik bagi mereka) (QS. At Taubah ayat 59)
Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah syurga ‘Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepadaNya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya. (QS.Al bayyinah ayat 8)
Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepda Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai didalamnya selama-lamanya. Mereka kekal didalamnya. Itulah kemenangan yang besar. (QS. At Taubah ayat 100)
“….Allah ridha terhadap mereka, dan merekapun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya. Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya hizbullah itu adalah golongan yang beruntung.” (QS. Al Mujaadilah ayat 22)
Sabar adalah tingkatan pertama.Saat mendapatkan masalah, seseorang harus sabar.Tetapi sebenarnya, ia masih punya keinginan: keinginan agar jangan ditimpakan masalah.
Setelah bisa sabar, seseorang baru bisa menanjak ke ridho.
Ridha adalah menerima. Mendapatkan kebahagiaan, ia ridha. Demikian pula mendapatkan kesusahan, ia juga ridha. Tetapi seseorang belum sampai. Dalam tingkatan ridha ini, ia masih memiliki keinginan sendiri. Ia lebih merasa nyaman dalam kesenangan.
Tingkatan terakhir adalah ikhlas.
Ikhlas adalah, tidak ada lagi keinginan si aku. Tujuannya hanya Allah SWT. Tidak ada lagi harapan untuk mendapatkan pujian manusia. Semuanya sudah dipasrahkan kepada Allah SWT. Tidak ada lagi keinginan menunggu terima kasih manusia. Karena itu pula, salah seorang isteri Rasulullah SAW mempunyai kebiasaan memberi kepada anak kecil. Kadang-kadang anak kecil mengambil pemberian sambil merebut, kemudian lari terbirit-birit. Itulah anak kecil. Sepi dari terima kasih.
Ikhlas dan Ridho kepada Ketetapan-Nya
Didalam ikhlas ...
tak ada rasa lelah untuk selalu menunggu,
tak ada rasa lelah untuk menanti,
tak juga bosan untuk mengantri.
Didalam Ikhlas
tak akan pernah ada luka batin,
tiak ada sakit hati, tidak pula ada rasa benci. -
Didalam Ikhlas
tak ada buruk sangka,
tak ada keluh kesah,
tak juga ada fitnah. –
Didalam Ikhlas
tidak ada rasa amarah dan emosi.
Didalam Ikhlas
tak ada rasa takut,
tak ada khawatir dan cemas,
tak juga ada rasa was-was.
Didalam Ikhlas itulah keridhaan itu terbentuk…..
Dan di dalam Keridhaan itulah keikhlasan teruji.
Keridhaan dan keikhlasan
adalah segala sesuatu yang kita sandarkan
hanya kepada Allah semata.
Hanya Allah lah yang berhak
untuk memberikan ke ikhlasan
ke dalam hati hamba-hamba-Nya.
Ingatlah jika kita Ikhlas dan Ridha pada Ketetapan-Nya,
maka Allah pun akan Ridha kepada kita.
“Berkaitan dengan Ikhlas, aku bertanya kepada Jibril. apakah Ikhlas itu ?
Lalu Jibril berkata, “Aku bertanya kepada Tuhan Yang Maha Suci tentang Ikhlas, apakah Ikhlas itu sebenarnya ?”
Allah SWT Menjawab “Ikhlas adalah suatu Rahasia dari Rahasia-Ku yang Aku tempatkan di hati hamba-hamba-Ku yang Ku-cintai.”
(HR. Al-Qazwini)
(¯`*•.¸☆♥ Ikhlas ,Ridha,dan Tersenyumlah ♥☆¸.•*´¯)
بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم
Assalamu'allaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Sahabat saudaraku fillah...
Mari kita
Belajar BERSYUKUR walau KEKURANGAN
Belajar IKHLAS walau TAK RELA
Belajar TAAT walau BERAT
Belajar MEMAHAMI walau TAK SEHATI
Belajar SETIA walau BANYAK GODAAN
Belajar MEMBERI walau TAK SEBERAPA
Belajar MENGASIHI walau DISAKITI
Belajar TENANG walau sedang GELISAH
Belajar PERCAYA walaupun SUSAH
Percaya bahwa Allah Subhanahu wa ta'ala masih sanggup menolong kita..
Berterima kasih kepada orang yang telah..
MELUKAI HATI kita karena dia telah membuat HATI kita KUAT…
MEMBOHONGI kita karena dia membuat HIDUP kita makin BIJAKSANA…
MEMBENCI kita karena dia yang MENGASAH KETEGARAN kita…
Dan MENYAYANGI kita karena itulah ANUGERAH TERINDAH dalam hidup kita..♥
Sahabatku sayang...
Mari kita
Tersenyum andai diri kita dilukai
Tersenyum andai diri kita dilupakan
Tersenyum andai diri kita dikhianati
Tersenyum andai diri kita ditindas
Tersenyum andai diri kita dibebani
Tersenyum andai diri kita disakiti
karena senyum itu obat segalanya.
INSYA ALLAH
Keep Istiqomah ♥♥ senyum it's sunnah (^__^)
Silahkan share,
Semoga bermanfaat..
*¨¨*•♪ღ♪*•.¸ ¸¸*¨¨*•♪ღ♪*•.¸ ¸¸*¨¨*•♪ღ♪*•.¸ ¸
❀SaLaM SantuN Erat SiLatuRahmi dan UkhuWaH FillaH❀
Komentar
Posting Komentar