Kebahagiaan Dunia
Ibnu Abbas ra adalah salah seorang sahabat Nabi SAW yang sangat telaten dalam menjaga dan melayani Rasulullah SAW, dimana ia pernah secara khusus didoakan Rasulullah. Selain itu pada usia 9 tahun Ibnu Abbas telah hafal Al-Quran dan telah menjadi imam di masjid.
Suatu hari ia ditanya oleh para Tab'in (generasi sesudah wafatnya Rasulullah SAW) mengenai apa yang dimaksud dengan KEBAHAGIAAN DUNIA.
Jawab Ibnu Abbas, bahwa ada 7 (tujuh) indikator kebahagiaan dunia, yaitu :
1. QALBUN SYAKIRUN (Hati Yang Selalu Bersyukur)
Memiliki jiwa bersyukur selalu menerima apa adanya (qana'ah), sehingga tidak ada ambisi yang berlebihan, tidak ada stress. Inilah nikmat bagi hati yang selalu bersyukur.
Seorang yang bersyukur sangatlah cerdas memahami sifat-sifat Allah SWT, sehingga apapun yang diberikan Allah, ia malah terpesona dengan pemberian dan keputusan Allah.
Bila sedang kesulitan maka ia segera ingat sabda Rasulullah SAW, yaitu :
" Kalau kita sedang sulit perhatikanlah orang yang lebih sulit dari kita."
Bila sedang diberi kemudahan, ia bersyukur dengan memperbanyak amal ibadahnya, kemudian Allah pun akan mengujinya dengan kemudahan yang lebih besar lagi.
Bila ita tetap "bandel" dengan terus bersyukur maka Allah akan mengujinya lagi dengan kemudahan yang lebih besar lagi.
Maka berbahagialah orang yang pandai bersyukur.
2. AL AZWAJA SHALIHAH ( Pasangan Hidup Yang Soleh )
Pasangan hidup yang soleh akan menciptakan suasana rumah da keluarga yang soleh pula.
Di akhirat kelak seorang suami (sebagai imam keluarga) akan diminta pertanggungjawaban dalam mengajak istri dan anaknya kepada kesolehan.
Berbahagialah menjadi seorang istri bila memiliki suami yang soleh, yang pasti akan bekerja keras untuk mengajak istri dan anaknya menjadi muslim yang soleh.
Demikian pula seorang istri yang soleh akan memiliki kesabaran dan keikhlasan yang luar biasa dalam melayani suaminya, walau seberapa buruknya kelakuan suaminya.
Maka berbahagialah menjadi seorang suami yang memiliki seorang istri yang soleh.
3. AL AULADUN ABRAR (Anak Yang Soleh)
Saat Rasulullah SAW sedang thawaf bertemu dengan seorang anak muda yang pundaknya lecet-lecet . Setelah selesai thawaf Rasulullah bertanya kepada anak muda itu," Kenapa pundakmu itu?"
Jawab anak muda itu :"Ya Rasulullah, saya dari Yaman. Saya mempunyai seorang ibu yang sudah udzur. Saya sangat mencintai dia dan saya tidak pernah melepaskan dia. Saya melepaskan ibu saya hanya ketika buang hajat, ketika solat, atau ketika istirahat, selain itu sisanya saya selalu menggendongnya."
Lalu anak muda itu bertanya : "Ya Rasulullah, apakah saya sudah termasuk ke dalam orang yang selalu berbakti kepada orang tua?"
Nabi SAW sambil memeluk anak muda itu dan mengatakan, " Sungguh Allah rido kepadamu, kamu anak yang soleh, anak yang berbakti, tapi ketahuilah cinta orangtuamu tidak akan terbalaskan olehmu."
Dari hadis tersebut kita mendapatkan gambaran bahwa amal ibadah kita ternyata tidak cukup untuk membalas cinta dan kebaikan orangtua kita, namun minimal kita bisa memulainya dengan menjadi anak yang soleh.\, dimana doa anak yang soleh kepada orangtuanya dijamin dikabulkan Allah.
Berbahagialah kita bila memiliki anak yang soleh.
4. ALBIATU SHALIHAH (Lingkungan Yang Kondusif)
Yang dimaksud dengan lingkungan yang kondusif ialah kita boleh mengenal siapapun tetapi untuk menjadikannya sebagai sahabat karib kita haruslah orang-orang yang mempunyai nilai tambah terhadap keimanan kita.
Dalam sebuah hadis, Rasulullah menganjurkan kita untuk bergaul dengan orang-orang soleh. Orang-orang soleh akan selalu mengajak kepada kebaikan dan mengingatkan kita bila kita berbuat salah.
Orang-orang soleh adalah orang-orang yang bahagia karena nikmat iman dan nikmat Islam yang selalu terpancar pada cahaya wajahnya.
Insya Allah cahaya tersebut akan ikut menyinari orang-orang yang ada di sekitarnya.
Berbahagialah orang-orang yang selalu dikelilingi oleh orang-orang yang soleh.
5. AL MALUL HALAL ( Harta Yang Halal )
Paradigma dalam Islam mengenai harta bukanlah banyaknya harta tetapi halalnya. Ini tidak berarti Islam tidak menyuruh umatnya untuk kaya.
Dalam riwayat Imam Muslim di dalam bab sadaqoh, Rasulullah SAW pernah bertemu dengan seorang sahabat yang berdoa mengangkat tangan.
" Kamu berdoa sudah bagus ", kata Nabi SAW, " Namun sayang makanan, minuman dan pakaian dan tempat tinggalnya didapat secara haram, bagaimana doamu dikabulkan ?".
Berbahagialah menjadi orang yang hartanya halal karena doanya sangat mudah dikabulkan Allah.
Harta yang halal juga akan menjauhkan setan dari hatinya, maka hatinya semakin bersih, suci dan kokoh, sehingga memberi ketenangan dalam hidupnya.
Maka berbahagialah orang-orang yang selalu dengan teliti menjaga kehalalan hartanya.
6. TAFAKUH FI DIIN ( Semangat Memahami Agama )
Semangat memahami agama diwujudkan dalam semangat memahami ilmu-ilmu agama Islam. Semakin ia belajar, maka semakin ia terangsang untuk belajar lebih jauh lagi ilmu mengenai sifat-sifat Allah dan ciptaan-Nya.
Allah menjanjikan nikmat bagi umat-Nya yang menuntut ilmu. Semakin ia belajar semakin cinta ia kepada agamanya. Semakin tinggi cintanya kepada Allah dan rasul-Nya. Cinta inilah yang akan memberi cahaya bagi hatinya.
Semangat memahami agama akan "menghidupkan" hatinya. Hati yang "hidup" adalah hati yang selalu dipenuhi cahaya nikmat Islam dan nikmat iman.
Maka berbahagialah orang yang penuh semangat memahami ilmu agama Islam.
7. UMUR YANG BAROKAH
Umur yang barokah itu artinya umur yang semakin tua semakin soleh, yang setiap detiknya diisi dengan amal ibadah. Orang yang mengisi umurnya dengan banyak mempersiapkan diri untuk akhirat (melalui amal ibadah), maka semakin tua semakin rindu ia untuk bertemu dengan Sang Pencipta.
Harinya tuanya diisi dengan bermesraan dengan Sang Pengasih. Tidak ada rasa takutnya untuk meninggalkan dunia ini, bahkan ia penuh harap untuk segera merasakan keindahan alam kehidupan berikutnya seperti yang dijanjikan Allah. Inilah semangat "hidup" orang-orang yang umurnya barokah.
Maka berbahagialah orang-orang yang umurnya barokah.
Raih kebahagiaan dengan mengikuti Sunnah Nabi
Seorang ulama bernana Ibnu Athailah berkata,
"Kamu akan diremehkan jika tidak mengikuti Nabi.
Sebaliknya kamu akan mendapat kedudukan mulia dan tinggi di sisi Allah jika mengikuti Sunnah Nabi."
(Kitab Taj-al-Arus Al-Hawi Li Tahdzib Al-Nufus)
Ibn Athailah mengatakan bahwa mengikuti Nabi itu ada dua aspek, yaitu lahiriah dan batiniah.
Aspek lahiriah meliputi shalat, puasa, haji, zakat, jihad di jalan Allah serta berbagai ibadah lainnya.
Sedang aspek batiniah meliputi keyakinan akan pertemuan dengan Allah SWT dalam shalat yang disertai perenungan terhadap bacaannya.
Ketika seseorang mendirikan shalat dan membaca Al-Quran, tetapi tidak bisa merasakan kehadiran Allah dan tidak bisa merenung, berarti dia telah terserang penyakit batin, entah itu sombong, ujub atau sejenisnya.
Belum bisa disebut mengikuti Nabi hanya sekedar menjalankan shalat, puasa, zakat, haji dan lain sebagainya, sementara kondisi hati masih belum sehat.
Sering merendahkan orang lain, menggunjing, tidak peduli dengan penderitaan sesama, atau berbagai macam tindak tercela lainnya, berawal dari ketiadaan penghayatan dari setiap ibadah lahir yang diamalkan.
Dalam sebuah Hadits Nabi mengingatkan umat Islam agar tidak salah memahami hakikat ibadah.
Seperti puasa, jangan sampai kita menjalankan ibadah puasa tetapi hanya sekedar menahan lapar dan dahaga. Karena hakikat puasa bukan sekedar tidak makan dan tidak minum, tetapi total mentaati perintah Allah SWT dan menjauhi larangan-Nya.
Apabila seorang Muslim mampu melakukan ibadah dengan menghadirkan hati dengan sebaik-baiknya, yang kemudian juga memiliki akhlak yang mulia karena ibadah yang diamalkannya, insya Allah ia akan mampu meneguhkan hubungannya dengan Allah SWT dan dengan nabi Muhammad SAW.
Ibnu Athailah mengilustrasikan bahwa pentingnya kita mengikuti Nabi sama seperti pentingnya kita memegang kunci rumah.
"Allah mengumpulkan seluruh kebaikan pada sebuah rumah. Kunci rumah itu berupa mengikuti Nabi SAW.
Ikutilah beliau dengan selalu merasa cukup terhadap segala karunia Allah, bersikap zuhud terhadap milik orang, tidak rakus kepada dunia, serta meninggalkan ucapan dan perbuatan yang tidak berguna."
Siapa yang dibukakan pintu oleh Allah untuk mengikuti Nabi berarti ia telah dicintai-Nya.
" Katakanlah (wahai Muhammad), ' Jika kalian benar-benar mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintai kalian.' " ( QS Ali Imran [3] : 31)
Ibnu Athaillah mengajak kita untuk lebih dalam lagi menyelami Sunnah Nabi SAW yang tidak sebatas ibadah semata, tetapi juga muamalah.
Nabi SAW tidak pernah memutuskan tali silaturrahim, tidak pernah membalas keburukan dengan keburukan, selalu memaafkan, mendahulukan yang berkebutuhan, tidak pemarah, serta sayang kepada anak-anak, dan sangat lembut kepada istri-istrinya.
Apabila seorang Muslim, selain mampu beribadah dengan hati yang khusyuk dan ikhlas, kemudian juga memiliki akhlak yang mulia, maka sungguh ia telah mengikuti idola dunia akhirat, Nabi Muhammad SAW.
Inilah orang yang tidak akan diremehkan oleh siapapun dan akan mendapat kemuliaan dari Allah dan Rasul-Nya.
Maka dari itu, milikilah kunci kebaikan ini untuk meraih kebahagiaan dengan segera.
TIDAK BERBUAT ZALIM
Satu hal yang terpenting untk kita perhatikan dalam upaya mengikuti sunnah Nabi SAW adalah jangan sampai kita terbesit, apalagi melakukan perbuatan zalim terhadap sesama.
Apabila itu tidak dihindari, maka sungguh kita akan menanggung beban kerugian yang sangat besar.
Nabi Muhammad SAW tidak pernah sekalipun berbuat zalim kepada siapapun. Sementara di zaman kita sekarang, betapa kezaliman berlangsung semarak dimana-mana.
Di antaranya bisa kita peroleh berita tentang pemerkosaan ayah terhadap anak kandungnya, istri membunuh suaminya dan sebaliknya, seseorang tega mencuri harta benda tetangganya yang kesulitan. Bahkan diduga tidak sedikit orang Islam yang menerapkan praktik riba demi keuntungan dunia.
Yang terjadi saat ini, mereka yang kuat menindas yang lemah, sehingga sebagian besar pemimpin tidak benar-benar peduli dan tidak memprioritaskan nasib rakyatnya, gemar korupsi dan tak segan menebar fitnah serta mengumbar perkataan dusta.
Padahal Allah SWT sangat membenci terhadap perbuatan zalim. Bagaimana jika perbuatan zalim itu dilakukan oleh seorang Muslim yang dikenal baik ibadahnya, tekun membaca Al-Quran, tidak telat membayar zakat dan tidak pernah ketinggalan shalat berjamaah.
Jawabnya pasti, ia akan bangkrut alias rugi besar !
Rasulullah bertanya kepada para sahabat : "Tahukah kalian siapa yang disebut bangkrut ?"
Mereka menjawab :"Orang yang bangkrut adalah orang yang tidak memiliki dirham atau harta."
Rasulullah pun meneruskan sabdanya. " Orang yang bangkrut di antara umatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan membawa amalan shalat, puasa, dan zakat, tetapi ketika di dunia ia pernah mencela fulan, menuduh fulan serta memukul fulan. Maka sebagian amal kebaikannya diberikan kepada fulan dan fulan lainnya. Jika amal kebaikannya telah habis sementara belum semuanya dibayar, maka dosa mereka diambil dan diberikan kepadanya, sehingga ia dilemparkan ke dalam neraka." (Riwayat Muslim)
Ulama Sufyan ats-Tsauri berkata, " Bertemu Allah dengan 70 dosa yang engkau lakukan atas Allah SWT akan lebih ringan daripada bertemu dengan-Nya dengan membawa satu dosa yang engkau lakukan atas orang lain."
Abu Bakar Al-Warraq berkata, "Perkara yang banyak menyebabkan terlepasnya iman dalam hati adalah berlaku zalim terhadap sesama manusia."
Satu indikasi terkuat seorang Muslim memliki akhlak mulia bukan semata ia bertutur lemah lembut kepada sesama, banyak menguntai kata-kata mutiara, banyak gelar, pandai berbicara dan sebagainya.
Tetapi seorang Muslim yang benar-benar teguh berusaha sekuat tenaga menghindari perbuatan zalim.
Banyak umat Islam yang lalai, mereka merasa puas dan mengklaim diri telah mengikuti Sunnah Nabi SAW dengan hanya melakukan ibadah lahiriah, tetapi pada saat yang lain, lisan tidak terjaga, syahwat duniawinya sangat dominan, dan paling parah tidak segan menebar fitnah, kebohongan dan permusuhan.
Padahal perbuatan zalim itu akan menyusahkan diri sendiri. Alih-alih masuk surga, bertemu Nabi saja akan terhalang.
Oleh karena itu, komprehensiflah dalam memahami dan mengamalkan Sunah Nabi, jika kita benar-benar ingin meraih kebahagiaan.
~ Imam Nawawi, dosen STIE Hidayatullah Depok Jawa Barat
Rasulullah SAW bersabda, bahwa kehidupan dunia ini laksana seseorang yang bepergian jauh dan dia beristirahat sebentar di bawah sebuah pohon untuk melepas lelah. Ketika lelahnya hilang, dia pun melanjutkan perjalanannya.
Makna hadis tersebut adalah bahwa dunia tidak lebih dari masa sementara ketika musafir itu melepas penat. Adapun perjalanan panjang musafir merupakan perlambang dari akhirat. Dunia sementara, akhirat abadi.
Sebagai muslim, kita berkeyakinan bahwa setelah kehidupan dunia ada kehidupan akhirat. Alam akhirat adalah alam pembalasan atas segala amal kita di dunia.
Karena itu, tak pernah sirna dari benak kita harapan agar dapat hidup bahagia di dunia dan akhirat. Walaupun kebahagiaan akhirat itu lebih abadi dan lebih dicari, tetapi kita juga menghasratkan kebahagiaan di dunia. Jadi, ada kebahagiaan ganda yang kita inginkan.
Doa Mohon Diperbaiki Urusan Dunia Dan Akhirat
“Allahumma ‘ashlihlii diinilladzii huwa ‘ishmatu ‘amrii wa ‘ashlihlii dunyaayallatii fiihaa ma’aasyii wa ‘ashlih aakhiratillatii fiihaa ma’aadii waj’alihayaata dziyaadatanlii fi kulli khairin waj’alil mauta raahatanlii min kulli syarr”
“Ya Allah, perbaikilah agamaku untukku, yang ia merupakan benteng pelindung bagi urusanku. Perbaikilah duniaku untukku, yang ia menjadi tempat hidupku. Dan perbaikilah akhiratku, yang ia menjadi tempat kembaliku. Jadikanlah kehidupan ini sebagai tambahan bagiku dalam setiap kebaikan, serta jadikanlah kematian sebagai kebebasan bagiku dari segala kejahatan."
~ HR Muslim, Al-Nasa’i, dan Al-Thabarani
Doa Mohon Kebaikan Yang Tetap
“Waktub ‘alainaa fii haadzihid-dunyaa hasanataw wa fii ‘aakhirah, ‘innaa hudnaa ‘ilaik”
“Dan tetapkanlah untuk kami kebajikan di dunia ini dan di akhirat, sesungguhnya kami kembali (bertobat) kepada Engkau."
~ QS Al-A’raaf [7]:156
Doa Mohon Ampunan, Rahmat, Hidayah, Keselamatan, Dan Rezeki
“Allaahummaghfirlii, allaahummarhamnii, allaahummahdinii, allaahumma saddidnii, allaahumma ‘aafinii, allaahummarzuqnii”
“Ya Allah, ampunilah aku, sayangilah aku, berikanlah petunjuk kepadaku, limpahkanlah afiat (kesejahteraan) kepadaku, serta karuniakanlah rezeki kepadaku."
~ HR Ibn Abi Syaibah
Doa Mohon Khasiat Kebaikan Dari Al-Qur’an
“Allaahummaghfirlii bi al-qur’aani. Allaahummarhamnii bi al-qur’aani. Allaahummahdinii bii al-qur’aani. Allaahummarzuqnii bi al-qur’aani.”
“Ya Allah, ampunilah aku dengan Al-Quran. Ya Allah, kasihilah aku dengan Al-Quran. Ya Allah, berilah petunjuk kepadaku dengan Al-Quran. Ya Allah, berilah rezeki kepadaku dengan Al-Quran.
~ HR Ibn Abi Syaibah
Doa Mohon Karunia Dan Rahmat Allah
“Allaahumma innii as’aluka min fadhlika wa rahmatika fa innahu laa yamlikuhaa illaa anta”
“Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu karunia dan rahmat-Mu, karena tidak ada yang memilikinya kecuali Engkau."
~ HR Ibn Abi Syaibah, Al-Thabarani, Al-Baihaqi
Doa Mohon Ampunan Pada Hari Perhitungan
“Rabbanaaghfirlii wa li waalidayya wa lil-mu’miniina yauma yaquumu al-hisaab”
“Ya Tuhan kami, ampunilah aku dan kedua ibu bapakku dan semua orang yang beriman pada hari diadakannya perhitungan (Hari Kiamat)."
~ QS Ibraahiim [14]:41
Doa Mohon Ampunan Diri, Keluarga, Dan Orang-Orang Mukmin
“Rabbighfirlii wa li waalidayya wa li man dakhala baitiya mu’minan wa lil-mu’miniina wa laa tazidi al-zhaalimiina illaa tabaaraan”
“Ya Tuhanku, ampunilah aku, ibu bapakku, siapa pun yang memasuki rumahku dengan beriman, dan semua orang beriman, laki-laki dan perempuan. Dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim itu selain kehancuran.
~ QS Nuh [71]:28
Doa Mohon Ampunan Dan Terhindar Dari Kedengkian Terhadap Orang-Orang Beriman
“Rabbanaaghfirlanaa wa li ikhwaaninaa alladziina sabaquunaa bi al-iimaani wa laa taj’al fii quluubinaa ghillan lilladziina aamanuu. Rabbanaa innaka ra’uufun rahiimun.”
“Ya Rabb kami, ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau tanamkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman. Ya Rabb kami, sungguh Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.
~ QS Al-Hasyr [59]:10
Doa Mohon Diringankan Beban Hidup
“Rabbanaa laa tu’aakhidznaa in nasiinaa au akhtha’naa.
Rabbanaa wa laa tahmil ‘alainaa ishran kamaa hamaltahuu ‘alaa alladziina min qablina.
Rabbanaa wa laa tuhammilnaa maa laa thaa qatalanaa bihi wa’fu’annaa waghfirlanaa warhamnaa anta maulaanaa fanshurnaa ‘alaa al-qaumi al-kaafiriin.”
“Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami melakukan kesalahan.
Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebani kami dengan beban yang berat, sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami.
Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup kami memikulnya. Maafkanlah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah pelindung kami, maka tolonglah kami menghadapi orang-orang kafir."
~ QS Al-Baqarah [2]:286
Doa Mohon Ampunan Dan Terhindar Dari Siksa Neraka
“Rabbanaa innanaa aamannaa faghfirlanaa dzunuubanaa wa qinaa ‘adzaab al-naar”
“Ya Tuhan kami, kami benar-benar beriman, maka ampunilah dosa-dosa kami dan lindungilah kai dari azab neraka.
~ QS Aali ‘Imraan [3]:16
Doa Mohon Dicintai Dan Mencintai Allah SWT
“Allaahumma innii as’aluka hubbaka wa hubba man yuhibbuka wa al-’amala alladzii yuballighunii hubbaka. Allaahummaj’al hubbaka ahabba ilayya min nafsii wa ahlii.”
“Ya Allah, aku memohon curahan cinta-Mu dan kecintaan orang-orang yang mencintai-Mu, serta memohon curahan amal yang dapat mengantarkan diriku mencintai-Mu. Ya Allah, jadikanlah kecintaan kepada-Mu lebih tertanam dalam jiwaku melebihi kecintaanku kepada diri sendiri dan keluargaku."
~ HR Al-Tirmidzi dan Al-Hakim
Doa Mohon Ampunan Dan Kasih Sayang
“Rabbanaa aamannaa faghfirlanaa warhamnaa wa anta khairu al-raahimiin”
“Ya Tuhan kami, kami telah beriman, maka ampunilah kami dan berilah kami rahmat, Engkau adalah pemberi rahmat yang terbaik."
~ QS Al-Mu’minuun [23]:109)
Menurut Sayyidina Ali bin Abi Thalib RA, 7 Kunci Kebahagiaan adalah :
1. Jangan membenci siapapun, walau ada yg menyalahi hakmu.
2. Jangan pernah bersedih secara berlebihan, sekalipun problem memuncak.
3. Hiduplah dalam kesederhanaan sekalipun serba ada.
4. Berbuatlah kebaikan sekalipun banyak musibah.
5. Perbanyaklah memberi walaupun anda sedang susah.
6. Tersenyumlah walaupun hatimu sedang mnangis.
7. Jangan memutus doa untuk saudara mukmin.
Ya Allah...
✔ Muliakanlah orang yang membaca ini
✔ Lapangkanlah hatinya
✔ Bahagiakanlah keluarganya
✔ Luaskan rezekinya seluas lautan
✔ Mudahkan segala urusannya
✔ Kabulkan cita-citanya
✔ Jauhkan dari segala Musibah
✔ Jauhkan dari segala Penyakit, Fitnah, Prasangka Keji, Berkata Kasar, dan Mungkar
Aamiin...
Semoga bermanfaat
Suatu hari ia ditanya oleh para Tab'in (generasi sesudah wafatnya Rasulullah SAW) mengenai apa yang dimaksud dengan KEBAHAGIAAN DUNIA.
Jawab Ibnu Abbas, bahwa ada 7 (tujuh) indikator kebahagiaan dunia, yaitu :
1. QALBUN SYAKIRUN (Hati Yang Selalu Bersyukur)
Memiliki jiwa bersyukur selalu menerima apa adanya (qana'ah), sehingga tidak ada ambisi yang berlebihan, tidak ada stress. Inilah nikmat bagi hati yang selalu bersyukur.
Seorang yang bersyukur sangatlah cerdas memahami sifat-sifat Allah SWT, sehingga apapun yang diberikan Allah, ia malah terpesona dengan pemberian dan keputusan Allah.
Bila sedang kesulitan maka ia segera ingat sabda Rasulullah SAW, yaitu :
" Kalau kita sedang sulit perhatikanlah orang yang lebih sulit dari kita."
Bila sedang diberi kemudahan, ia bersyukur dengan memperbanyak amal ibadahnya, kemudian Allah pun akan mengujinya dengan kemudahan yang lebih besar lagi.
Bila ita tetap "bandel" dengan terus bersyukur maka Allah akan mengujinya lagi dengan kemudahan yang lebih besar lagi.
Maka berbahagialah orang yang pandai bersyukur.
2. AL AZWAJA SHALIHAH ( Pasangan Hidup Yang Soleh )
Pasangan hidup yang soleh akan menciptakan suasana rumah da keluarga yang soleh pula.
Di akhirat kelak seorang suami (sebagai imam keluarga) akan diminta pertanggungjawaban dalam mengajak istri dan anaknya kepada kesolehan.
Berbahagialah menjadi seorang istri bila memiliki suami yang soleh, yang pasti akan bekerja keras untuk mengajak istri dan anaknya menjadi muslim yang soleh.
Demikian pula seorang istri yang soleh akan memiliki kesabaran dan keikhlasan yang luar biasa dalam melayani suaminya, walau seberapa buruknya kelakuan suaminya.
Maka berbahagialah menjadi seorang suami yang memiliki seorang istri yang soleh.
3. AL AULADUN ABRAR (Anak Yang Soleh)
Saat Rasulullah SAW sedang thawaf bertemu dengan seorang anak muda yang pundaknya lecet-lecet . Setelah selesai thawaf Rasulullah bertanya kepada anak muda itu," Kenapa pundakmu itu?"
Jawab anak muda itu :"Ya Rasulullah, saya dari Yaman. Saya mempunyai seorang ibu yang sudah udzur. Saya sangat mencintai dia dan saya tidak pernah melepaskan dia. Saya melepaskan ibu saya hanya ketika buang hajat, ketika solat, atau ketika istirahat, selain itu sisanya saya selalu menggendongnya."
Lalu anak muda itu bertanya : "Ya Rasulullah, apakah saya sudah termasuk ke dalam orang yang selalu berbakti kepada orang tua?"
Nabi SAW sambil memeluk anak muda itu dan mengatakan, " Sungguh Allah rido kepadamu, kamu anak yang soleh, anak yang berbakti, tapi ketahuilah cinta orangtuamu tidak akan terbalaskan olehmu."
Dari hadis tersebut kita mendapatkan gambaran bahwa amal ibadah kita ternyata tidak cukup untuk membalas cinta dan kebaikan orangtua kita, namun minimal kita bisa memulainya dengan menjadi anak yang soleh.\, dimana doa anak yang soleh kepada orangtuanya dijamin dikabulkan Allah.
Berbahagialah kita bila memiliki anak yang soleh.
4. ALBIATU SHALIHAH (Lingkungan Yang Kondusif)
Yang dimaksud dengan lingkungan yang kondusif ialah kita boleh mengenal siapapun tetapi untuk menjadikannya sebagai sahabat karib kita haruslah orang-orang yang mempunyai nilai tambah terhadap keimanan kita.
Dalam sebuah hadis, Rasulullah menganjurkan kita untuk bergaul dengan orang-orang soleh. Orang-orang soleh akan selalu mengajak kepada kebaikan dan mengingatkan kita bila kita berbuat salah.
Orang-orang soleh adalah orang-orang yang bahagia karena nikmat iman dan nikmat Islam yang selalu terpancar pada cahaya wajahnya.
Insya Allah cahaya tersebut akan ikut menyinari orang-orang yang ada di sekitarnya.
Berbahagialah orang-orang yang selalu dikelilingi oleh orang-orang yang soleh.
5. AL MALUL HALAL ( Harta Yang Halal )
Paradigma dalam Islam mengenai harta bukanlah banyaknya harta tetapi halalnya. Ini tidak berarti Islam tidak menyuruh umatnya untuk kaya.
Dalam riwayat Imam Muslim di dalam bab sadaqoh, Rasulullah SAW pernah bertemu dengan seorang sahabat yang berdoa mengangkat tangan.
" Kamu berdoa sudah bagus ", kata Nabi SAW, " Namun sayang makanan, minuman dan pakaian dan tempat tinggalnya didapat secara haram, bagaimana doamu dikabulkan ?".
Berbahagialah menjadi orang yang hartanya halal karena doanya sangat mudah dikabulkan Allah.
Harta yang halal juga akan menjauhkan setan dari hatinya, maka hatinya semakin bersih, suci dan kokoh, sehingga memberi ketenangan dalam hidupnya.
Maka berbahagialah orang-orang yang selalu dengan teliti menjaga kehalalan hartanya.
6. TAFAKUH FI DIIN ( Semangat Memahami Agama )
Semangat memahami agama diwujudkan dalam semangat memahami ilmu-ilmu agama Islam. Semakin ia belajar, maka semakin ia terangsang untuk belajar lebih jauh lagi ilmu mengenai sifat-sifat Allah dan ciptaan-Nya.
Allah menjanjikan nikmat bagi umat-Nya yang menuntut ilmu. Semakin ia belajar semakin cinta ia kepada agamanya. Semakin tinggi cintanya kepada Allah dan rasul-Nya. Cinta inilah yang akan memberi cahaya bagi hatinya.
Semangat memahami agama akan "menghidupkan" hatinya. Hati yang "hidup" adalah hati yang selalu dipenuhi cahaya nikmat Islam dan nikmat iman.
Maka berbahagialah orang yang penuh semangat memahami ilmu agama Islam.
7. UMUR YANG BAROKAH
Umur yang barokah itu artinya umur yang semakin tua semakin soleh, yang setiap detiknya diisi dengan amal ibadah. Orang yang mengisi umurnya dengan banyak mempersiapkan diri untuk akhirat (melalui amal ibadah), maka semakin tua semakin rindu ia untuk bertemu dengan Sang Pencipta.
Harinya tuanya diisi dengan bermesraan dengan Sang Pengasih. Tidak ada rasa takutnya untuk meninggalkan dunia ini, bahkan ia penuh harap untuk segera merasakan keindahan alam kehidupan berikutnya seperti yang dijanjikan Allah. Inilah semangat "hidup" orang-orang yang umurnya barokah.
Maka berbahagialah orang-orang yang umurnya barokah.
Demikianlah pesan-pesan dari Ibnu Abbas ra mengenai 7 indikator kebahagiaan dunia.
Bagaimana caranya agar kita dikaruniakan Allah ketujuh buah indikator kebahagiaan dunia tersebut?
Selain usaha keras kita untuk memperbaiki diri, maka mohonlah kepada Allah SWT dengan sesering dan sekhusyuk mungkin membaca doa "sapu jagat", yaitu doa yang paling sering dibaca oleh Rasulullah SAW.
Kebahagiaan akhirat itu bukanlah surga tetapi rahmat Allah, kasih sayang Allah. Surga itu hanyalah sebagian kecil dari rahmat Allah. Kita masuk surga bukan karena amal soleh kita, tetapi karena rahmat Allah.
Nabi SAW bersabda, " Amal soleh yang kalian lakukan tidak bisa memasukkan kalian ke surga."
Lalu para sahabat bertanya : " Bagaimana dengan engkau ya Rasulullah?"
Rasulullah menjawab : " Amal soleh sayapun juga tidak cukup."
Lalu para sahabat kembali bertanya : " Kalau begitu dengan apa kita masuk surga ?"
Nabi SAW kembali menjawab : " Kita dapat masuk surga hanya karena rahmat dan kebaikan Allah semata."
Jadi solat kita, puasa kita, taqarub kita kepada Allah sebenarnya bukan untuk surga, tetapi untuk mendapatkan rahmat Allah.
Dengan rahmat Allah itulah kita mendapatkan surga Allah.
Insya Allah. Aamiin
~ Ustadz Aam Aminudin Lc di Sapporo, Jepang
Bagaimana caranya agar kita dikaruniakan Allah ketujuh buah indikator kebahagiaan dunia tersebut?
Selain usaha keras kita untuk memperbaiki diri, maka mohonlah kepada Allah SWT dengan sesering dan sekhusyuk mungkin membaca doa "sapu jagat", yaitu doa yang paling sering dibaca oleh Rasulullah SAW.
Kebahagiaan akhirat itu bukanlah surga tetapi rahmat Allah, kasih sayang Allah. Surga itu hanyalah sebagian kecil dari rahmat Allah. Kita masuk surga bukan karena amal soleh kita, tetapi karena rahmat Allah.
Nabi SAW bersabda, " Amal soleh yang kalian lakukan tidak bisa memasukkan kalian ke surga."
Lalu para sahabat bertanya : " Bagaimana dengan engkau ya Rasulullah?"
Rasulullah menjawab : " Amal soleh sayapun juga tidak cukup."
Lalu para sahabat kembali bertanya : " Kalau begitu dengan apa kita masuk surga ?"
Nabi SAW kembali menjawab : " Kita dapat masuk surga hanya karena rahmat dan kebaikan Allah semata."
Jadi solat kita, puasa kita, taqarub kita kepada Allah sebenarnya bukan untuk surga, tetapi untuk mendapatkan rahmat Allah.
Dengan rahmat Allah itulah kita mendapatkan surga Allah.
Insya Allah. Aamiin
~ Ustadz Aam Aminudin Lc di Sapporo, Jepang
Raih kebahagiaan dengan mengikuti Sunnah Nabi
Seorang ulama bernana Ibnu Athailah berkata,
"Kamu akan diremehkan jika tidak mengikuti Nabi.
Sebaliknya kamu akan mendapat kedudukan mulia dan tinggi di sisi Allah jika mengikuti Sunnah Nabi."
(Kitab Taj-al-Arus Al-Hawi Li Tahdzib Al-Nufus)
Ibn Athailah mengatakan bahwa mengikuti Nabi itu ada dua aspek, yaitu lahiriah dan batiniah.
Aspek lahiriah meliputi shalat, puasa, haji, zakat, jihad di jalan Allah serta berbagai ibadah lainnya.
Sedang aspek batiniah meliputi keyakinan akan pertemuan dengan Allah SWT dalam shalat yang disertai perenungan terhadap bacaannya.
Ketika seseorang mendirikan shalat dan membaca Al-Quran, tetapi tidak bisa merasakan kehadiran Allah dan tidak bisa merenung, berarti dia telah terserang penyakit batin, entah itu sombong, ujub atau sejenisnya.
Belum bisa disebut mengikuti Nabi hanya sekedar menjalankan shalat, puasa, zakat, haji dan lain sebagainya, sementara kondisi hati masih belum sehat.
Sering merendahkan orang lain, menggunjing, tidak peduli dengan penderitaan sesama, atau berbagai macam tindak tercela lainnya, berawal dari ketiadaan penghayatan dari setiap ibadah lahir yang diamalkan.
Dalam sebuah Hadits Nabi mengingatkan umat Islam agar tidak salah memahami hakikat ibadah.
Seperti puasa, jangan sampai kita menjalankan ibadah puasa tetapi hanya sekedar menahan lapar dan dahaga. Karena hakikat puasa bukan sekedar tidak makan dan tidak minum, tetapi total mentaati perintah Allah SWT dan menjauhi larangan-Nya.
Apabila seorang Muslim mampu melakukan ibadah dengan menghadirkan hati dengan sebaik-baiknya, yang kemudian juga memiliki akhlak yang mulia karena ibadah yang diamalkannya, insya Allah ia akan mampu meneguhkan hubungannya dengan Allah SWT dan dengan nabi Muhammad SAW.
Ibnu Athailah mengilustrasikan bahwa pentingnya kita mengikuti Nabi sama seperti pentingnya kita memegang kunci rumah.
"Allah mengumpulkan seluruh kebaikan pada sebuah rumah. Kunci rumah itu berupa mengikuti Nabi SAW.
Ikutilah beliau dengan selalu merasa cukup terhadap segala karunia Allah, bersikap zuhud terhadap milik orang, tidak rakus kepada dunia, serta meninggalkan ucapan dan perbuatan yang tidak berguna."
Siapa yang dibukakan pintu oleh Allah untuk mengikuti Nabi berarti ia telah dicintai-Nya.
" Katakanlah (wahai Muhammad), ' Jika kalian benar-benar mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintai kalian.' " ( QS Ali Imran [3] : 31)
Ibnu Athaillah mengajak kita untuk lebih dalam lagi menyelami Sunnah Nabi SAW yang tidak sebatas ibadah semata, tetapi juga muamalah.
Nabi SAW tidak pernah memutuskan tali silaturrahim, tidak pernah membalas keburukan dengan keburukan, selalu memaafkan, mendahulukan yang berkebutuhan, tidak pemarah, serta sayang kepada anak-anak, dan sangat lembut kepada istri-istrinya.
Apabila seorang Muslim, selain mampu beribadah dengan hati yang khusyuk dan ikhlas, kemudian juga memiliki akhlak yang mulia, maka sungguh ia telah mengikuti idola dunia akhirat, Nabi Muhammad SAW.
Inilah orang yang tidak akan diremehkan oleh siapapun dan akan mendapat kemuliaan dari Allah dan Rasul-Nya.
Maka dari itu, milikilah kunci kebaikan ini untuk meraih kebahagiaan dengan segera.
TIDAK BERBUAT ZALIM
Satu hal yang terpenting untk kita perhatikan dalam upaya mengikuti sunnah Nabi SAW adalah jangan sampai kita terbesit, apalagi melakukan perbuatan zalim terhadap sesama.
Apabila itu tidak dihindari, maka sungguh kita akan menanggung beban kerugian yang sangat besar.
Nabi Muhammad SAW tidak pernah sekalipun berbuat zalim kepada siapapun. Sementara di zaman kita sekarang, betapa kezaliman berlangsung semarak dimana-mana.
Di antaranya bisa kita peroleh berita tentang pemerkosaan ayah terhadap anak kandungnya, istri membunuh suaminya dan sebaliknya, seseorang tega mencuri harta benda tetangganya yang kesulitan. Bahkan diduga tidak sedikit orang Islam yang menerapkan praktik riba demi keuntungan dunia.
Yang terjadi saat ini, mereka yang kuat menindas yang lemah, sehingga sebagian besar pemimpin tidak benar-benar peduli dan tidak memprioritaskan nasib rakyatnya, gemar korupsi dan tak segan menebar fitnah serta mengumbar perkataan dusta.
Padahal Allah SWT sangat membenci terhadap perbuatan zalim. Bagaimana jika perbuatan zalim itu dilakukan oleh seorang Muslim yang dikenal baik ibadahnya, tekun membaca Al-Quran, tidak telat membayar zakat dan tidak pernah ketinggalan shalat berjamaah.
Jawabnya pasti, ia akan bangkrut alias rugi besar !
Rasulullah bertanya kepada para sahabat : "Tahukah kalian siapa yang disebut bangkrut ?"
Mereka menjawab :"Orang yang bangkrut adalah orang yang tidak memiliki dirham atau harta."
Rasulullah pun meneruskan sabdanya. " Orang yang bangkrut di antara umatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan membawa amalan shalat, puasa, dan zakat, tetapi ketika di dunia ia pernah mencela fulan, menuduh fulan serta memukul fulan. Maka sebagian amal kebaikannya diberikan kepada fulan dan fulan lainnya. Jika amal kebaikannya telah habis sementara belum semuanya dibayar, maka dosa mereka diambil dan diberikan kepadanya, sehingga ia dilemparkan ke dalam neraka." (Riwayat Muslim)
Ulama Sufyan ats-Tsauri berkata, " Bertemu Allah dengan 70 dosa yang engkau lakukan atas Allah SWT akan lebih ringan daripada bertemu dengan-Nya dengan membawa satu dosa yang engkau lakukan atas orang lain."
Abu Bakar Al-Warraq berkata, "Perkara yang banyak menyebabkan terlepasnya iman dalam hati adalah berlaku zalim terhadap sesama manusia."
Satu indikasi terkuat seorang Muslim memliki akhlak mulia bukan semata ia bertutur lemah lembut kepada sesama, banyak menguntai kata-kata mutiara, banyak gelar, pandai berbicara dan sebagainya.
Tetapi seorang Muslim yang benar-benar teguh berusaha sekuat tenaga menghindari perbuatan zalim.
Banyak umat Islam yang lalai, mereka merasa puas dan mengklaim diri telah mengikuti Sunnah Nabi SAW dengan hanya melakukan ibadah lahiriah, tetapi pada saat yang lain, lisan tidak terjaga, syahwat duniawinya sangat dominan, dan paling parah tidak segan menebar fitnah, kebohongan dan permusuhan.
Padahal perbuatan zalim itu akan menyusahkan diri sendiri. Alih-alih masuk surga, bertemu Nabi saja akan terhalang.
Oleh karena itu, komprehensiflah dalam memahami dan mengamalkan Sunah Nabi, jika kita benar-benar ingin meraih kebahagiaan.
~ Imam Nawawi, dosen STIE Hidayatullah Depok Jawa Barat
Rasulullah SAW bersabda, bahwa kehidupan dunia ini laksana seseorang yang bepergian jauh dan dia beristirahat sebentar di bawah sebuah pohon untuk melepas lelah. Ketika lelahnya hilang, dia pun melanjutkan perjalanannya.
Makna hadis tersebut adalah bahwa dunia tidak lebih dari masa sementara ketika musafir itu melepas penat. Adapun perjalanan panjang musafir merupakan perlambang dari akhirat. Dunia sementara, akhirat abadi.
Sebagai muslim, kita berkeyakinan bahwa setelah kehidupan dunia ada kehidupan akhirat. Alam akhirat adalah alam pembalasan atas segala amal kita di dunia.
Karena itu, tak pernah sirna dari benak kita harapan agar dapat hidup bahagia di dunia dan akhirat. Walaupun kebahagiaan akhirat itu lebih abadi dan lebih dicari, tetapi kita juga menghasratkan kebahagiaan di dunia. Jadi, ada kebahagiaan ganda yang kita inginkan.
Doa Sapu Jagad
Doa sapu jagad menurut para ulama mencakup seluruh permintaan manusia. Karena itu dinamakan doa sapu jagad. Sebab, seluruh permohonan manusia pada hakikatnya tidak lepas dari kebahagiaan dunia dan akhirat.
Doa sapu jagad menurut para ulama mencakup seluruh permintaan manusia. Karena itu dinamakan doa sapu jagad. Sebab, seluruh permohonan manusia pada hakikatnya tidak lepas dari kebahagiaan dunia dan akhirat.
“Rabbanaa aatinaa fid dunyaa hasanatan wa fil aakhirati hasanaatan wa qinaa ‘azaaban naari”
“Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan lindungilah kami dari azab neraka. "
(Q.S. al-Baqarah [2]: 201)
Doa Mohon Diperbaiki Urusan Dunia Dan Akhirat
“Allahumma ‘ashlihlii diinilladzii huwa ‘ishmatu ‘amrii wa ‘ashlihlii dunyaayallatii fiihaa ma’aasyii wa ‘ashlih aakhiratillatii fiihaa ma’aadii waj’alihayaata dziyaadatanlii fi kulli khairin waj’alil mauta raahatanlii min kulli syarr”
“Ya Allah, perbaikilah agamaku untukku, yang ia merupakan benteng pelindung bagi urusanku. Perbaikilah duniaku untukku, yang ia menjadi tempat hidupku. Dan perbaikilah akhiratku, yang ia menjadi tempat kembaliku. Jadikanlah kehidupan ini sebagai tambahan bagiku dalam setiap kebaikan, serta jadikanlah kematian sebagai kebebasan bagiku dari segala kejahatan."
~ HR Muslim, Al-Nasa’i, dan Al-Thabarani
Doa Mohon Kebaikan Yang Tetap
“Waktub ‘alainaa fii haadzihid-dunyaa hasanataw wa fii ‘aakhirah, ‘innaa hudnaa ‘ilaik”
“Dan tetapkanlah untuk kami kebajikan di dunia ini dan di akhirat, sesungguhnya kami kembali (bertobat) kepada Engkau."
~ QS Al-A’raaf [7]:156
Doa Mohon Ampunan, Rahmat, Hidayah, Keselamatan, Dan Rezeki
“Allaahummaghfirlii, allaahummarhamnii, allaahummahdinii, allaahumma saddidnii, allaahumma ‘aafinii, allaahummarzuqnii”
“Ya Allah, ampunilah aku, sayangilah aku, berikanlah petunjuk kepadaku, limpahkanlah afiat (kesejahteraan) kepadaku, serta karuniakanlah rezeki kepadaku."
~ HR Ibn Abi Syaibah
Doa Mohon Khasiat Kebaikan Dari Al-Qur’an
“Allaahummaghfirlii bi al-qur’aani. Allaahummarhamnii bi al-qur’aani. Allaahummahdinii bii al-qur’aani. Allaahummarzuqnii bi al-qur’aani.”
“Ya Allah, ampunilah aku dengan Al-Quran. Ya Allah, kasihilah aku dengan Al-Quran. Ya Allah, berilah petunjuk kepadaku dengan Al-Quran. Ya Allah, berilah rezeki kepadaku dengan Al-Quran.
~ HR Ibn Abi Syaibah
Doa Mohon Karunia Dan Rahmat Allah
“Allaahumma innii as’aluka min fadhlika wa rahmatika fa innahu laa yamlikuhaa illaa anta”
“Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu karunia dan rahmat-Mu, karena tidak ada yang memilikinya kecuali Engkau."
~ HR Ibn Abi Syaibah, Al-Thabarani, Al-Baihaqi
Doa Mohon Ampunan Pada Hari Perhitungan
“Rabbanaaghfirlii wa li waalidayya wa lil-mu’miniina yauma yaquumu al-hisaab”
“Ya Tuhan kami, ampunilah aku dan kedua ibu bapakku dan semua orang yang beriman pada hari diadakannya perhitungan (Hari Kiamat)."
~ QS Ibraahiim [14]:41
Doa Mohon Ampunan Diri, Keluarga, Dan Orang-Orang Mukmin
“Rabbighfirlii wa li waalidayya wa li man dakhala baitiya mu’minan wa lil-mu’miniina wa laa tazidi al-zhaalimiina illaa tabaaraan”
“Ya Tuhanku, ampunilah aku, ibu bapakku, siapa pun yang memasuki rumahku dengan beriman, dan semua orang beriman, laki-laki dan perempuan. Dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim itu selain kehancuran.
~ QS Nuh [71]:28
Doa Mohon Ampunan Dan Terhindar Dari Kedengkian Terhadap Orang-Orang Beriman
“Rabbanaaghfirlanaa wa li ikhwaaninaa alladziina sabaquunaa bi al-iimaani wa laa taj’al fii quluubinaa ghillan lilladziina aamanuu. Rabbanaa innaka ra’uufun rahiimun.”
“Ya Rabb kami, ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau tanamkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman. Ya Rabb kami, sungguh Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.
~ QS Al-Hasyr [59]:10
Doa Mohon Diringankan Beban Hidup
“Rabbanaa laa tu’aakhidznaa in nasiinaa au akhtha’naa.
Rabbanaa wa laa tahmil ‘alainaa ishran kamaa hamaltahuu ‘alaa alladziina min qablina.
Rabbanaa wa laa tuhammilnaa maa laa thaa qatalanaa bihi wa’fu’annaa waghfirlanaa warhamnaa anta maulaanaa fanshurnaa ‘alaa al-qaumi al-kaafiriin.”
“Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami melakukan kesalahan.
Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebani kami dengan beban yang berat, sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami.
Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup kami memikulnya. Maafkanlah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah pelindung kami, maka tolonglah kami menghadapi orang-orang kafir."
~ QS Al-Baqarah [2]:286
Doa Mohon Ampunan Dan Terhindar Dari Siksa Neraka
“Rabbanaa innanaa aamannaa faghfirlanaa dzunuubanaa wa qinaa ‘adzaab al-naar”
“Ya Tuhan kami, kami benar-benar beriman, maka ampunilah dosa-dosa kami dan lindungilah kai dari azab neraka.
~ QS Aali ‘Imraan [3]:16
Doa Mohon Dicintai Dan Mencintai Allah SWT
“Allaahumma innii as’aluka hubbaka wa hubba man yuhibbuka wa al-’amala alladzii yuballighunii hubbaka. Allaahummaj’al hubbaka ahabba ilayya min nafsii wa ahlii.”
“Ya Allah, aku memohon curahan cinta-Mu dan kecintaan orang-orang yang mencintai-Mu, serta memohon curahan amal yang dapat mengantarkan diriku mencintai-Mu. Ya Allah, jadikanlah kecintaan kepada-Mu lebih tertanam dalam jiwaku melebihi kecintaanku kepada diri sendiri dan keluargaku."
~ HR Al-Tirmidzi dan Al-Hakim
Doa Mohon Ampunan Dan Kasih Sayang
“Rabbanaa aamannaa faghfirlanaa warhamnaa wa anta khairu al-raahimiin”
“Ya Tuhan kami, kami telah beriman, maka ampunilah kami dan berilah kami rahmat, Engkau adalah pemberi rahmat yang terbaik."
~ QS Al-Mu’minuun [23]:109)
Menurut Sayyidina Ali bin Abi Thalib RA, 7 Kunci Kebahagiaan adalah :
1. Jangan membenci siapapun, walau ada yg menyalahi hakmu.
2. Jangan pernah bersedih secara berlebihan, sekalipun problem memuncak.
3. Hiduplah dalam kesederhanaan sekalipun serba ada.
4. Berbuatlah kebaikan sekalipun banyak musibah.
5. Perbanyaklah memberi walaupun anda sedang susah.
6. Tersenyumlah walaupun hatimu sedang mnangis.
7. Jangan memutus doa untuk saudara mukmin.
Ya Allah...
✔ Muliakanlah orang yang membaca ini
✔ Lapangkanlah hatinya
✔ Bahagiakanlah keluarganya
✔ Luaskan rezekinya seluas lautan
✔ Mudahkan segala urusannya
✔ Kabulkan cita-citanya
✔ Jauhkan dari segala Musibah
✔ Jauhkan dari segala Penyakit, Fitnah, Prasangka Keji, Berkata Kasar, dan Mungkar
Aamiin...
Semoga bermanfaat
Komentar
Posting Komentar